"Aish... Kenapa sih soal Bu Retno susah banget?! Perasaan Bu Retno kagak pernah ngajar materi itu, kok ada di ulangan." Zweitson menunduk lemas sembari mengacak-acak rambutnya beberapa detik setelah guru yang dia maksud meninggalkan kelas dengan membawa setumpuk kertas.
"Ya udah sih, Son. Lu ngoceh gitu juga kagak bikin nilai lu mendadak bagus." Fajri membereskan beberapa lembar kertas di atas mejanya yang berisi puluhan coretan hitungan soal ulangannya.
"Guys, Pak Ahmad gak masuk hari ini." Ujar Satria -ketua kelas ketika kembali dari ruang guru, disambut dengan teriakan kebahagiaan dan kebebasan dari teman-temannya. "Tapi ada tugas, rangkum buku paket halaman 32-47 dan dikumpulkan hari ini." Kalimat lanjutan itu menghasilkan suara kekecewaan dalam kelas tersebut.
"Yah... Kantin dulu lah, Ji." Melihat Fajri yang mengeluarkan buku paket, Zweitson berusaha untuk membujuknya untuk beristirahat sebentar.
"Duluan aja, Son. Kaki gue masih kerasa sakit, males jalan gue." Tanpa melirik Zweitson, Fajri mulai membuka buku paket dan mempersiapkan alat tulisnya.
"Eh iya, Ji. By the way, lu sebelumnya pernah ngobrol sama Fenly? Kok tadi dia mau bantu lu?" Zweitson bertopang dagu dan mengingat kejadian tadi pagi.
"Kagak tau." Fenly mulai menulis beberapa kata dalam buku catatannya.
"Terus terus, sejak kapan Fenly kenal sama Kezia? Gue kok belum pernah liat mereka ngobrol ya? Kapan juga Kezia ngasih coklat ke Fenly?"
"Ya, lu tanya aja sama mereka."
"Lu liat ga senyum Kezia tadi pas ditanya sama Fenly?" Zweitson melihat ke arah Fajri. Perlahan Fajri menaruh alat tulisnya dan menarik nafas pelan.
"Lu bisa berhenti bahas itu kagak? Kalau lu penasaran tentang mereka berdua, ya langsung tanya aja, kagak perlu interview gue dulu." Zweitson kaget saat Fajri membalas perkataannya dengan tatapan sinis.
"I... Iya, sorry." Zweitson terdiam menunduk, dia baru menyadari ucapannya itu pasti menyinggung sahabatnya, buru-buru dia mengeluarkan buku paket dan mulai mengerjakan tugas rangkumannya. Fajri membuang muka dan kembali melanjutkan tulisannya.
҉҉҉
Kriiing...
"Akhirnya istirahat juga." Seorang siswi melepas pulpen dalam genggamannya dan merentangkan tangannya.
"Yok, kantin. Laper nih." Teman sebangkunya memegang perutnya dan menarik siswi tersebut keluar kelas.
"Ji, lu..." Zweitson berkata pelan, berharap sahabatnya itu sudah melupakan kejadian tadi.
"Kagak, lu duluan aja sana." Seolah bisa menebak kalimat selanjutnya, Fajri memotong ucapan Zweitson dan mengeluarkan smartphone dari saku celananya.
"Hey, Ji." Dobrakan kecil pada mejanya itu mampu mengalihkan pandangan Fajri dari layar smartphone. Terlihat Kezia -bersama Abelle di belakangnya tersenyum manis.
"Hem?" Fajri kembali memandang smartphone miliknya dan membuka salah satu aplikasi game kesukaannya. Kezia menatap heran.
"Kantin?" Pertanyaan itu hanya dibalas dengan gelengan kecil dari Fajri. Kezia melirik Zweitson yang hanya mengangkat kecil bahunya menandakan dia tidak mengetahui apa yang terjadi dengan Fajri. "Kaki lu masih sakit, Ji?" Kezia memegang lengan kanan Fajri. Melirik sekilas genggaman itu, Fajri melepasnya dengan lembut.
"Kalian ke kantin aja." Fajri mengeluarkan earbuds -wireless earphone dari saku bajunya dan langsung menggunakannya tanpa menghiraukan tatapan heran tiga orang di sekitarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer || UN1TY × StarBe [END]
Fanfiction"Bisakah kita memandang langit yang sama, pada waktu dan tempat yang sama, dengan perasaan yang sama?" -Kezia Lizina Alexandra "Entah memang dirinya yang menarik, atau hanya hatiku saja yang tertarik." -Fenly Christovel Wongjaya "Hanya senyum itu ya...