23 - Tujuh belasan

27 4 38
                                    

Malam sehari sebelum 17 agustus. Candra, Fachri, Mas jo, Abang Alif, serta Sheffa dan Aira sedang kumpul di pos Ronda bersama. di bilang pos ronda, yang jaga permata hijau juga ada mang Dadang, emang pos ronda di buat hanya untuk nongkrong aja bisa di bilang juga sebagai gazebo umum.

Tadi abis Isya, cuma ada Fachri dan Candra yang sedang mabar mobile legend disana, disusul oleh Bang Alif dan mas Jo yang baru  selesai sholat di masjid. Sheffa dan Aira juga kebetulan nimbrung karena selera nasi goreng abang abang yang lewat di depan gapura permata hijau.

"Jadi besok lo pada sekolah?" Tanya bang Alif sambil melihat satu-satu adek-adeknya ini.

"iyee" jawab Candra tanpa minat masih sibuk dengan gamenya.

"Ra lo gak ngibar?" tanya bang Alif ke adek kandungnya, Aira jadi mendelik, ini orang gak tau apa ya gue anak baru?

"nggak lah, yang di pake peleton lama, Aira kan anak baru. mau ikut lagi tapi rasanya magerr" jelas Aira di akhiri dengan sambatan, Sheffa di sebelahnya mangut mangut sok paham.

"Ikut aja, paskib seru tau" celetuk mas Jo yang dari tadi diam, Aira yang mendengar suara mas Jo jadi terperangah, mengerjapkan matanya. menunduk salah tingkah.

"eh? . ..  iya hehehe" Balas Aira cengengesan dengan pipi yang sudah merona, membuat abangnya jadi mendelik ingin mengumpat.

"Mas jo dulu juga ngibar waktu SMA," kata mas Jo memulai topik.

Sheffa dan Aira serentak menatap mas Jo dengan mata yang berbinar binar, jadi terpana sendiri.

Abang Alif jadi mendelik, "dulu gue juga jadi pasukan 17 waktu ngibar di kota" katanya jadi pamer dengan wajah songongnya.

Mas jo mengerjapkan matanya, menahan diri agar tak mengernyitkan dahinya. jadi berhedem pelan mengubah posisi duduknya.

"ha?. . . " Sheffa mengerjapkan mata polos, tak mengerti apa yang Abang alif ucapkan, sementara Aira sudah mendelik kesal jadi malu sendiri.

"ehm. . . mas jo dulu jadi apa pas di sekolah?" Aira bertanya ke mas Jo tak memerdulikan omongan abangnya tadi.

"hmm danpok, di sekolah doang kok gak sampe kota kaya abang kamu" balasnya kalem, menekan kata kota menyindir Alif.

"danpok yang teriak itu ya mas?" tanya Sheffa menatap bingung, Mas jo hanya mengangguk tersenyum kalem.

"keren dong, Aira dulu juga pernah jadi danpok waktu SMP," ucap Aira tersenyum bangga membuat Sheffa dan Alif jadi mendelik.

"gue dulu SD pernah jadi pembaca UUD," balas Sheffa jadi ikut membanggakan diri sendiri. mas Jo jadi mengerjapkan matanya, mengernyitkan dahi samar.

"dih, diam aja deh lo sep." celetuk Fachri mendengar omongan Sheffa, Sheffa memeletkan lidah tak perduli dengan celetukan Fachri.

"kalo gitu gue dulu juga pernah jadi pemimpin upacara waktu SD" sahut Candra jadi ikut ikutan terbawa suasana.

"gue juga pernah kalau gitu." Alif jadi ikut ikutan dengan wajah songong nya, mereka jadi mendelik satu sama lain. tak sadar di ujung kanan ada yang menahan diri untuk tidak berceletuk, masih ingin menjaga image nya sebagai tetangga yang kalem.

"apaan sih Abang Alif gak jelas, sana sana pulang aja," usir Aira ke abangnya, lalu berdehem pelan jadi mengalihkan pandangan ke mas Jo yang masih kalem di depannya.

"Mas Jo emang sering sholat di masjid ya?, kayak setiap waktu gitu, emang gak kuliah?" tanya Aira beruntun.

"kepo amat anjir, udah kaya interview kerja aja," celetuk Candra yang tentu saja masih fokus dengan game nya.

PERMATA HIJAU SQUADWhere stories live. Discover now