05 - Jesya

51 14 18
                                    


Jesya memasuki rumah Om Del dengan menggunakan piyama nya, kebetulan dia baru bangun tidur dan dirumah nya tidak ada makanan, sebab umminya tidak sempat masak karena buru buru untuk berangkat kerja, hari ini emang hari libur tetapi umminya sedang ada urusan disekolah tempatnya mengajar.

Berjalan melewati Om Del yang kebetulan sedang menjaga warungnya karena hari libur, lalu menyapanya dengan tersenyum manis sambil menggaruk matanya yang ada tahi mata, biasanya yang menjaga warung tante Emi namun karena weekend tante Emi biasanya sedang masak pagi pagi ini.

Berjalan memasuki rumah yang sudah disambut dengan lirikan sinis dari Dwyna adik perempuan nindy alias si anak bungsu, sambil meng-scroll tiktok dan tidur tiduran di sofa ruang tamu dengan santai serta dimeja terdapat roti bakar dan susu putih digelas tinggi.

"pasti mau numpang makan, ngakuu" ucap Dwyna dengan nada sinis namun itu hanya bercandaan biasa.

"iya, iri lo?" balas Jesya dengan sewot sambil memicingkan matanya dan mengerutkan dahinya.

"bayar" katanya sambil menodongkan tangan ala ala tukang parkir menagih uang parkir dengan galak, Jesya hanya memeletkan lidah lalu berjalan masuk mengabaikan candaan Dwyna.

Jesya berjalan melewati Nindy yang sedang menonton televisi diruang tengah, Nindy tersenyum simpul melihat Jesya mengabaikan kehadirannya.

Jesya memasuki dapur lalu tersenyum girang, mengendus endus bau masakan yang harum itu lalu berjalan mendekati Tante Emi yang sedang masak.

"Selamat pagi oh ibuku" Jesya menyapa tante Emi yang sedang mengaduk gulai yang sedang ia masak.

"hmmm pasti mau numpang makan yaa" ucap Tante Emi sambil menaik naik kan kedua alisnya.

"tau aja ah" Jesya cengengesan sambil menggaru tengkuk nya yang tidak gatal, lalu duduk di meja makan sambil melihat sekeliling apa yang harus dibantunya.

"tolong bersihin sayur kangkung nya, ante mau masak tumis kangkung" suruh tante Emi sambil menunjuk sayur kangkung yang masih berada di plastik bening dekat wastafel.

Jesya menurut, berjalan mendekati wastafel lalu meraih plastik bening, membuka karet yang mengikat kangkung tersebut, lalu memisahkan daun dari batangnya dan mengambil batang yang muda untuk di masak, dan membuang batang yang tua.

Nindy memasuki dapur lalu mendekat ke arah Jesya dan ikut membersihkan sayur.

"Nah, anak tetangga bantu masak, masa anak sendiri nggak" kata tante Emi dengan nada sinis yang mengarah ke Nindy,

Nindy mencibir, "tadi kan aku abis nyapu mah, sama ngepel" jawab Nindy, tante Emi tak banyak bicara lagi fokus dengan masakannya, sementara Jesya hanya mengatup bibir dan merasa tidak enak hati.
Nindy mencuci sayur yang ingin di masak, Jesya masih diam,merasa canggung melihat muka Nindy yang mengeruh sebab ia sedang badmood , berjalan mengendap-endap keluar dari dapur, berjalan menuju ruang tamu.

Jesya menghela nafas gusar, lalu duduk di sofa ruang tamu berseberangan dengan Dwyna yang sedang tiduran.

"kenapa?" Dwyna mengalihkan pandangannya dari handphone ke arah Jesya,

"gapapa" kata Jesya dengan santai, lalu meraih toples yang berada dimeja ruang tamu dan memakan kue kering coklat yang biasa ditaruh di sana.

"pasti lo liat mamah sinisin kak nin, kann," tebak Dwyna, Jesya hanya hanya mencibir, "si Nindy lagi datang bulan jadi badmood" jelas Dwyna lalu lanjut melihat handphone nya lagi, membalas chat temannya sambil tersenyum sesekali membuat Jesya mendelik.

"nan nin nan nin aja lo," kata Jesya sinis, Dwyna mencebikan bibir, tak perduli.

" dah ah bosan,gue keluar ya, klo dah masak. chat" lanjut Jesya dengan santai membuat Dwyna mendelik, lalu keluar pintu rumah om del.

Jesya memakai sendalnya lalu berjalan keluar pagar samar samar mendengar teriakan Dwyna yang membuatnya terkikik.

Jesya melewati om Del yang sedang membaca koran di kursi panjang yang terletak di depan warungnya, melihat sekeliling, melewati rumah om Amrizal alias ayahnya Nadya yang kebetulan lagi keluar pagar rumahnya yang Jesya yakini bahwa om Amrizal ingin ke rumah om Del bercerita cerita di sabtu pagi, Jesya hanya menganggukkan kepalanya sambil tersenyum sopan.

Rumah Haikal sudah terlewati, lalu mukanya berubah jadi masam melihat temannya datang dari ujung sana dengan kantong plastik bening di tangannya,temannya yang mulutnya lemes banget si Haikal. Namun segera mengalihkan pandangannya menuju rumah yang berada di seberang rumah pak Hendri, terdapat om Mawardi sedang menyiram rumput, serta Awa dan Falih yang bermain sepeda roda tiga mereka di dekat sana.

"Hei tayo!," sapa Haikal membuat Jesya terperanjat, mencebikan bibirnya, Haikal tersenyum menggoda, "neng manis mau kemana neng" usil Haikal.

Jesya berdecak lalu mengibas kan tangan seraya menyuruh Haikal untuk jauh jauh darinya, "hush hush", Haikal mendelik.

"abis dari mana lo?" tanya Jesya, lalu melirik kantong plastik bening yang berada di tangan kiri Haikal, Haikal yang sadar Jesya melirik lirik makanannya membuat ia menyembunyikan plastik nya di belakang badannya.

"dih, kaga ada yang mintak keleuss" Jesya mendelik sinis agak tersinggung dikira ingib merampas.

Haikal jadi tertawa kecil, melihat orang kesal itu adalah kebahagiaan nya. Jesya jadi melotot menantang.

"santai ae kali eneng jeje" goda Haikal, mencolek bahu Jesya lalu menaik naikan alisnya, Jesya mengusap bahunya lalu meniup niup membuat Haikal geram jadi menoyor kepala Jesya pelan.

"ck dah ah, gak jelas ngobrol sama temennya setan" Jesya melewati Haikal begitu saja, tak mau berlama lama nanti tekanan nya naik pula.

                         <( ̄︶ ̄)>

Jesya sudah sampai di tempat jual bubur,  ia memesan dua porsi bubur ayam, lalu duduk di kursi yang di sediakan, lalu samar samar mendengar gosipan ibu ibu yang sedang membeli sayur yang berada di depan jualan bubur ayam.

biasa ala ibu ibu, suka ngerumpiin anak tetangga yang dirasa nggak beres, sambil memilih milih sayur hingga lupa waktu, ala ala sinetron RCTI.

" si Ciara itu anak ibuk riana, kemarin aku liat dia pulang sama cowok jam 8 malem, hih gak betul dia itu" ucap ibu ber daster dengan motif bungan yang berwarna merah terang.

"masa iya jeng?" ucap satu ibu ibu sambil memilih milih ikan yang digantung di samping kanan grobak sayur.

" iya, aku juga liat jeng, itu juga si Hila sama Haikal anaknya pak Hendri kayanya pacaran ya, tadi malam mereka abis jalan kayanya" timpal ibuk ibuk berdaster pink dengan jaket partai berwarna putih yang diyakini itu milik suaminya.

Jesya hanya mengerutkan dahi, bingung sebab ibu ibu ini lebih tau dari pada ia, bahkan ia tak tahu kalau Hila dan Haikal berjalan tadi malam.

Jesya sedikit menggeserkan kursinya mendekat, untuk mendengar lebih jelas rumpian ibuk ibuk ini.

"mereka gak cocok ya jeng, si Hila anak nya ibu Helmesra itu cantik, tapi si Haikal itu agak kurang menurut saya" koreksi ibu yang berdaster merah tadi, membuat Jesya mengulum bibir menahan tawanya yang ingin meledak.

" si Jesya anak pak Rozi itu, gak pernah kelihatan, padahal blok G biasanya paling aktif" mendengar namanya disebut membuat Jesya memasang telinga dan mendengar dengan seksama.

" ngga ada yang spesial jeng, gak pernah ngapa ngapain" timpal ibu berjaket partai, membuat Jesya mendelik lalu ber decih membuatnya malas.

"ini neng" kata si penjual bubur sambil menyerahkan pesanan Jesya, Jesya berdiri mengambil pesanannya, lalu melewati ibu ibu tadi seraya menyindir

" Gosip terus di gosipin ngamok" lalu berjalan cepat takut di keroyok, saat sudah jauh dari ibu ibu tersebut Jesya tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya, mang dadang hanya bisa menggelengkan kepala dari kejauhan.









a.n

AOWKWKKWKWKE ISTIGHFAR

PERMATA HIJAU SQUADWhere stories live. Discover now