15 - hari raya nyepi

39 17 21
                                    


Ghania berjalan memasuki gang Blok G, ingin berbelanja di rumah Nindy sebab mamahnya menyuruh ia untuk membeli bumbu rendang. suasana sepi, seperti tidak ada orang padahal biasanya Blok G ini cukup ribut, bukan cukup bahkan sangat ribut, kadang Haikal dan Jesya yang beradu mulut di balkon sambil berteriak teriak, atau Sheffa yang menenangkan anak kecil yang di buat Awa nangis, atau Nadya yang mengamuk saat Falih ngompol di celana, biasanya ada om Del yang sibuk teriak memanggil Nindy, atau om Am jika libur biasanya bertengger di warung Nindy, ngopi dan main catur bersama om Del.

Ghania berjalan menelusuri rumah rumah, merasa heran kenapa bisa berteman dengan mereka, lalu mengingat bahwa dulu saat SD kelas 5 mereka menyukai artis Korea yang sama membuat mereka menjadi dekat sampai sekarang walau sudah beda idola.

Memasuki warung Om Del, melihat disana hanya ada Nindy yang sedang menjaga warung yang sedang menulis pengeluaran uang bulan ini dan bon di warungnya.

"NINDY, BELIIII, YUKKK JAJAN YUKKK" Ghania berteriak iseng, memanggil manggil padahal ada Nindy di hadapannya.

"ssshhtt" tegur Nindy ke Ghania, meletakan pena di depan bibirnya membuat Ghania jadi merapatkan bibirnya.

"mau beli bumbu rendang nin" kata Ghania sambil melihat lihat jajanan di warung Nindy.

"kosong" jawab Nindy yang masih fokus dengan catatannya.

"ck, kalo gitu minta bumbunya dong" ucap Ghania tak tahu malu, Nindy mengerjapkan matanya.

"minta sama mama Sheffa, atau sama mama Fachri noh, cuma ada mereka hari ini" kata Nindy, lalu mengibaskan tangannya menyuruh Ghania untuk pergi dari warungnya.

"emang yang lain kemana" tanya Ghania.

"kan ini hari ngantor?, hari ini hari rabu" jawab Nindy dengan malas, Ghania hanya ber oh ria, paham.

"ah udah, gue sibuk" katanya lalu mengibas ngibaskan tangannya sekali lagi, menyuruh Ghania pergi dari warungnya.

"ngusir lo?" Nindy menganggukkan kepalanya membuat Ghania jadi menatapnya sinis, merampas bengbeng lalu pergi melesat tanpa membayar.

"WOY BAYAR, INI WARUNG MAK GUE BUKAN WARUNG GUE" kata Nindy berteriak menyuruh Ghania untuk membayar.

"hoi, jangan teriak" tegur Jesya yang entah kapan sudah berdiri didepan warung.

"ya Allah" Nindy terperanjat lalu mengelus dadanya, bisa bisa kena serangan jantung sejak dini, kenapa tetangganya sudah seperti hantu, tiba tiba muncul.

"hah, biasanya juga lo yang teriak teriak?" tanya Ghania mengernyitkan dahinya, heran.

Jesya mengerjapkan matanya lalu menoleh menghadap Ghania, "blok G lagi hari raya nyepi" katanya bisik bisik takut membuat kebisingan.

Lagi lagi ghania mengernyitkan dahinya, mendekat ke Jesya, menatap Nindy dengan tatapan bertanya, "em . . . tapi bukannya udah lewat?" tanya Ghania ke Nindy.

Nindy menghela nafas kasar, membalas tatapan Ghania, lalu mengulum senyum, "udah berkali kali gue bilang ke si gila, dan si gila satu lagi" kata Nindy sambil menunjuk Jesya, dan menunjuk ke samping, "tapi kekeuh banget" lanjut Nindy.

Ghania membulatkan bibirnya, ber oh ria, mangut mangut, lalu menatap kasian ke Nindy, lalu menepuk pelan bahu Jesya seolah menguatkan temannya.

"dah ah pulang gue" kata Ghania pamit, memberi uang berwarna kuning,lalu berjalan keluar dari blok G. Jesya dan Nindy pun ikut pamit, lalu pergi memasuki rumah masing masing.


PERMATA HIJAU SQUADOnde histórias criam vida. Descubra agora