12 - Pos ronda

50 16 20
                                    

Malam ini Permata Hijau ramai, karna ada yang pesta di blok C beberapa ibu ibu pergi kesana untuk membantu memasak, awalnya ingin catering saja, namun tak jadi karna ada yang menyarankan ingin masak bersama, sudah lama tak ada acara seperti itu. Dan bapak bapak juga kesana untuk bermain domino atau remi sambil meminum kopi, tidak lupa dengan dangdut yang memekak kan telinga.

Kawasan Permata Hijau di bilang kawasan elit juga tidak, tapi tidak bisa dibilang kawasan perdalaman karena berada di dekat kota, dekat dengan Mall Mall mewah, dan isi perumahan Permata Hijau bisa dibilang orangnya berada.

Kini di pos ronda yang berada di dekat taman bundar, depan gang masuk ke Permata Hijau blok G, Ada 5 lelaki, dan 2 perempuan.

"Ini udah jam 10 Malem, yakin kalian berdua ngga pulang?" tanya bang Fadhil, kakaknya Fachri. Nindy menggeleng, Nadya yang di sebelahnya ikut menggeleng.

"Lah kenapa, nanti kena marah lho" tanya bang Fadhil heran.

"sengaja bang, mereka mau caper ke abang" celetuk Haikal, membuat Nindy menatapnya jengkel, menggerakkan bibirnya serta menggertakan giginya, seolah bilang diam atau gue bunuh lo.

Bang alif yang berada di sebelah Candra jadi bukak suara, ingin ikut meledek, baru saja mulutnya ingin terbuka, Nadya langsung menatapnya sinis membuat bang Alif jadi mengatup bibir tak berani.

Jika yang mengancam Nindy, mungkin saja bang Alif akan lanjut meledek sampai membuat muka Nindy memerah, namun dengan Nadya, bang Alif tak terlalu dekat, takut di bilang sksd nantinya.

"Nunggu Ayah pulang bang, hehe . . ." jawab Nadya canggung, sok ingin menenangi bang Fadhil, padahal dalam hati sudah berteriak ambyar ingin memeluk Nindy dan merengek sok imut.

Haikal yang melihat kejadian tersebut, mendelik, dan ber-akting seperti ingin muntah, Nadya melirik sinis.

"Ular lo" kata Haikal berbisik, jika tidak ada bang Fadhil, Haikal pasti sudah di jadikan samsak oleh dua ular ini.

"yaudah, nanti kalo ada ayah pulang ya, ga baik perempuan pulang malam" kata bang Fadhil, Fachri yang baru selesai push rank bersama Candra jadi ternganga mendengar omongan abangnya sok gentle gitu.

Nadya jadi merapat dengan Nindy, sudah gatal tenggorokan nya ingin memekik. mencubit paha Nindy dengan gemas, membuat Nindy ingin mengumpat namun tertahan takut image nya jelek, padahal sudah jelek dari sananya . . . tak ingat apa dia rumahnya sering teriak teriak, bahkan mengumpat sudah menjadi kebiasaan Nindy.

"woy, sumpah, ini calon suami gue nanti, yakin nyokap gue ga bakal marah kalo calonnya kaya gini" kata Nadya berbisik ke Nindy.

"He ler, mana mau dia sama bawang, maunya sama wanita Sholehah kaya gue" balasnya, Nadya jadi mendelik, Nindy pun tak mau kalah, saling mendelik, lalu mendekatkan diri lagi.

"ni orang, kakaknya Fachri tapi kelakuan beda bet anjir" bisin Nadya yang suaranya lumayan kencang.

Fachri yang mendengar, jadi mendorong Nadya, Nadya yang terhuyung membalikan badannya menatap sinis ke Fachri, lalu memeletkan lidahnya.

Fadhil yang mendengar hal tersebut tersenyum puas, Alif yang berada di sebelahnya mendelik kesal, ingin membeberkan ke dua gadis tolol yang berada di depannya, kalau si Fadhil ini tak seperti yang kalian lihat.

"bang Fadhil, itu si Nadya katanya mau nikah sama abang" kata Candra yang ceplas ceplos, Nadya tersentak, menatap Candra seperti ingin menerkam mangsanya, mengangkat genggaman tangannya ke atas seperti orang ingin meninju.

Yang lain menatap Candra dengan menganga, dari tadi Haikal, bang Alif, ingin menggoda Nadya namun tak berani, karna tampang Nadya sedikit seram hari ini.

PERMATA HIJAU SQUADWhere stories live. Discover now