Not A Wrong Bride || 26. Puding

17.1K 1.2K 202
                                    

Dia hamil. Usianya baru tiga minggu. Bahagia? Tentu. Dia bahkan sampai bingung akan berkata apa. Air mata bahagianya keluar tanpa ia minta. Pelengkap keluarga kecilnya bersama Reza sudah bersemayam di rahimnya.

"Kita mampir ke supermarket dulu ya? Beli susu buat kamu."

Nampaknya Reza begitu antusias mendengar kabar kehamilan istrinya. Sejak diberitahu oleh dokter, Reza yang biasanya jarang tersenyum didepan umum, terus saja tersenyum hingga membuat beberapa perawat salah fokus. Elena sendiri merasa geli melihat tingkah suaminya. Terlihat sangat 'bukan' Reza. Seolah ada jiwa lain yang merasuki raga pria itu.

"Aku udah nyuruh orang buat ngasih sumbangan ke beberapa panti asuhan. Kamu mau kunjungan langsung?" Reza yang tengah mendorong troli terlihat mengerutkan dahinya. "Tapi tidak usah, nanti kamu lelah. Bagaimana kalau kita membangun panti asuhan saja?"

Elena yang berjalan disebelah suaminya hanya menggelengkan kepala samar. Kaki yang biasa dibalut stiletto kini berganti dengan flat shoes, membuat tingginya dengan Reza cukup jomplang. Padahal dia memiliki tinggi yang lumayan, setara dengan para model.

"Kalian sudah mau membangun yayasan pendidikan, fokus kesitu dulu, okay?"

"Oh ya, Lena. Bagaimana kalau kamu keluar dari proyek yayasan itu? Nanti kamu lelah."

Wajah Elena berubah sinis. Apa sekarang Reza akan berubah menjadi suami protektif dengan mengatur apa yang akan ia lakukan? Ia suka dengan Reza yang perhatian, namun tidak berlebihan seperti ini.

"Pekerjaan-ku tidak seberat itu, lagipula ada Gibran. Jangan berlebihan Reza."

"Mau rasa apa?" Reza bertanya tanpa membalas ucapan Elena sebelumnya. Mungkin tidak ingin berdebat.

"Beda-beda ya?" Elena memperhatikan satu persatu produk susu ibu hamil yang berjejer di rak. Tadi ibu mertuanya sudah merekomendasikan merk yang bagus, namun untuk rasa, ia tidak tahu akan menyukai yang mana.

"Semua rasa saja, biar kamu tidak bosan." vonis Reza kemudian memasukkan beberapa box susu ibu hamil dengan rasa berbeda-beda. Kemudian ia menggandeng tangan istrinya yang nampak cengo sekarang. Satu tangan lainnya mendorong troli, berjalan menuju tempat camilan.

"Camilan sehat yang seperti apa?" Reza bertanya seraya memandang berbagai macam snack.

"Sehat semua mungkin," Elena menggedikan bahu seraya berjalan menuju snack yang diinginkannya. Kedua tangannya sibuk mengambil berbagai macam snack kemudian dimasukan kedalam troli.

"Itu sehat?" dahi Reza berkerut. Pria itu mengambil salah satu snack dari dalam troli. Mencoba membaca tulisan kecil berisikan komposisi makanan.

"Ngapain sih? Yuk, lanjut beli buah." Elena merebut snack ditangan Reza kemudian memasukkannya kembali. Ia pun menarik tangan Reza agar mengikutinya ke tempat buah-buahan segar.

Biasanya berbelanja tidak terlalu melelahkan baginya, berbeda dengan kali ini dimana tubuhnya terasa lemas. Rasanya dia ingin cepat-cepat menikmati nyamannya ranjang. Apa perlu dia mampir ke hotel terdekat untuk beristirahat sebentar? Ck! Kenapa sekarang pemikirannya jadi seperti Reza?

"Aku tunggu di mobil ya? Jangan lama-lama."

"Kamu pucet, yakin tidak pa-pa?"

"Emh, hanya lelah terlalu lama berdiri mungkin."

Meski Reza terlihat ingin berucap lagi, Elena tidak peduli lagi karena kakinya sudah meronta tidak sanggup untuk berdiri lagi. Ditangannya sudah ada kunci mobil, lebih baik duduk di mobil ditemani sejuknya AC. Apa rasa lelahnya ini karena pengaruh kehamilan? Entahlah, dia merasa bingung.

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon