Not A Wrong Bride || 04. Belajar

20.5K 1.3K 22
                                    

Honeymoon? Omong kosong, nyatanya Reza kesini untuk bekerja. Kemarin, ketika baru saja sampai Reza sudah sibuk mendatangi rapat. Berbeda dengan Elena yang menikmati segala fasilitas hotel. Beristirahat tanpa perlu menjadi pesuruh Reza karena semua sudah dilakukan oleh pegawai hotel. Hanya menyiapkan baju setelah itu bebas.

Hari ini, Elena berencana mengeksplor Jepang seorang diri. Menurutnya itu lebih baik ketimbang bersama Reza. Pria itu? Jelas saja tengah memperbanyak uangnya sekarang. Pantas saja uang Reza tidak habis-habis, kapan saja Reza gunakan untuk bekerja. Tidak seperti orang Indonesia saja. Mungkin prinsip pria itu waktu adalah uang.

Berhubung sekarang musim semi, Elena tidak perlu pusing memikirkan baju. Keluar dari kamar hotel, Elena memakai kacamata hitam. Bukan untuk menghalau sinar matahari, namun agar ia bisa menatap sekitar tanpa perlu kelihatan seperti orang aneh. Bermodalkan informasi di ponsel, ia berjalan-jalan disekitar hotel. Mau memakai taksi untuk ke sebuah tempat, ia takut supir taksinya tidak bisa bahasa Inggris. Karena kebanyakan orang Jepang tidak bisa berbahasa Inggris.

"Koneksi Reza kan dimana-mana, kenapa dia nggak mesen mobil sendiri sih? Biar mobil yang disiapin Gava bisa aku pake," dumelnya. Tidak peduli akan didengar orang lain atau tidak. Toh mereka tidak mengerti bahasanya. "Ini nggak bisa tiba-tiba ketemu orang Indonesia juga gitu?" monolognya seraya menatap kesana kemari.

Sebenarnya hanya berjalan-jalan disekitar hotel juga sudah memanjakan mata. Hanya saja, mumpung disini kenapa tidak ke tempat wisata sekalian saja? Menggunakan transportasi umum selain taksi belum pernah Elena coba. Makanya dia tidak mau.

"Excusme Miss..." Elena menoleh, memandang seorang pria berwajah tampan yang ia yakini keturunan Rusia. Berdecak dalam hati karena pesona pria ini. "May I ask? I want to go somewhere, but I'm lost."

Elena tersenyum canggung. Apa wajahnya terlihat seperti orang Jepang? Dia saja bingung, malah ditanya. "Sorry sir, I'm a tourist here too. I don't know the place here and can't speak Japanese." jawabnya memasang wajah menyesal. Walau dalam hati merutuki pria bule ini.

"Really? I thought you were a student here!"

Terkekeh pelan, Elena berpikir apakah ini sebuah pujian atau hinaan? Biar saja lah, toh hanya orang asing. "I'm alone here. Can we be friends? my name is Christian, just call me Christ." Elena memandang uluran tangan dari pria bernama Christian ini, kemudian menyambutnya. "I'm Elena."

"Beautiful name," Christian tersenyum manis. Dalam hati Elena sudah menebak bagaimana tabiat orang seperti Christian ini. Tapi jika hanya untuk teman sementara disini, kenapa tidak? Daripada dia sendiri seperti orang hilang. "So Elena, how about we take a walk around here?"

Keduanya pun menikmati jalanan kota Kyoto. Mengobrol berbagai macam hal atau lebih seperti perkenalan. Christian berusia 35 tahun, pria asal Rusia ini liburan sendiri ke Jepang karena mantan tunangannya akan menikah besok. Miris memang. Menurut Elena, Christian adalah orang yang asik diajak mengobrol. Mereka menghabiskan waktu seharian tanpa bosan padahal hanya kesana kemari. Kebanyakan mampir ke toko, tak heran sekarang bawaan keduanya banyak. Jelas di dominasi oleh barang-barang Elena.

"I can't believe it's already evening, thank you for accompanying me Christ!" Elena tersenyum lebar.

"What if tomorrow we go together? I will ask the guide to make our destination clear."

"Emm... I will call you tomorrow,"

"Okay, see you Lena..."

Keduanya berpisah di lobi hotel. Berjalan menuju kamarnya seraya membawa barang-barang yang baru saja ia beli tadi. Sebenarnya ia tidak menyangka akan memiliki teman dadakan seperti ini. Padahal tadi dia meminta agar bertemu orang Indonesia, namun Tuhan mempertemukannya dengan orang Rusia. Tidak rugi juga sih.

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Where stories live. Discover now