Not A Wrong Bride || 13. Salah Paham

19.2K 1.3K 320
                                    

"Udahlah Nad, pengin cerai aja gue rasanya. Regan yang playboy aja nggak sampe hamilin anak orang, lah ini yang keliatannya kalem udah mau jadi bapak aja." sepanjang perjalanan Elena terus saja menggerutu.

Pagi-pagi sekali, mungkin sekitar jam empat dia bangun. Ralat, tidurnya tidak nyenyak semalam padahal dia lelah. Tidak seperti pria disampingnya yang ia rasa tidak juga bangun meski ada badai. Sengaja dia bersiap-siap lebih cepat lalu berangkat bahkan sebelum Reza membuka mata.

"Yakin lo mau cerai?" diseberang sana, Nadya berkomentar dengan santai. Mungkin masih di tempat tidur hingga sekarang. Walaupun sempat protes tadi, Nadya tetap mau mendengarkan semua curhatannya pagi-pagi begini.

"Kalau udah dapet hartanya Reza. Minimal ya lima puluh persen lah! Yakali gue nggak dapet apa-apa." setidaknya walau menyandang status janda muda, setidaknya dia menjadi konglomerat dadakan.

"Emang Reza mau serahin hartanya gitu aja?"

"Gue paksa!"

"BTW, lo yakin itu anak Reza?"

"Menurut lo? Buat apa tuh cewek chat Reza ka- shit!"

Brak!

Melepas airpods-nya asal, Elena buru-buru turun dari mobil. Ia meringis mendapati seseorang terjatuh dari motor yang ia yakini karena tertabrak dirinya. Padahal dia sudah fokus ke jalanan, laju mobilnya juga tidak cepat -dalam kategori sedang, lalu tiba-tiba saja ada ibu-ibu masuk begitu saja ke jalan.

"Makanya Bu, kalau mau masuk tuh tengok kanan kiri." dumel Elena kemudian membantu ibu-ibu tersebut. Beberapa orang mulai mendekati mereka. Bertanya-tanya tentang kejadian sebenarnya juga mulai menyalahkan pengendara mobil. Padahal yang salah kan si motor.

"Si Eneng gimana sih bawa mobilnya? Harus hati-hati atuh, Neng!" salah satu warga mulai menghakimi.

"Sembarang kalau ngomong! Saya tuh udah hati-hati, bawa mobil nggak ngebut, ibu-ibunya aja yang tiba-tiba nyelonong berasa jalan punya sendiri. Dasar ibu-ibu raja jalanan!" Elena tak mau kalah pun ikut mengomel. Sedangkan ibu-ibu tadi dibantu warga dimasukan ke dalam mobil Elena untuk dibawa ke rumah sakit.

Kondisi ibu-ibu itu? Ada beberapa lecet juga terlihat shock. Ingin marah-marah tapi urung melihat wajah galak si pengendara mobil.

"Makanya Bu kalau bawa motor itu lihat kanan kiri. Lagian mau kemana sih nggak make helm segala? Udah tahu ini jalan besar, mentang-mentang masih pagi nggak ada polisi nggak make helm. Bahaya tahu! Bla bla bla..." dan sepanjang jalan Elena terus mengomeli ibu-ibu itu. Menyalurkan rasa kesalnya.

Tiba di rumah sakit, Elena mengurus administrasi. Ponselnya beberapa kali bergetar membuatnya kesal sendiri. Tidak tahu moodnya sedang jelek hari ini? Ibu-ibu saja kena semprot olehnya.

Beberapa panggilan tak terjawab dari Nadya juga... Reza. Cih! Masih ingat punya istri dia? Ketika akan mematikan layar ponselnya, nama Reza kembali muncul. Dengan malas ia menerima panggilan itu.

"DIMANA KAMU?!"

Jangan salahkan dirinya ketika ponsel puluhan jutanya ini meluncur begitu saja ke lantai. Dia terkejut. Mendumel tidak jelas, dia mengambil ponselnya lagi. Beruntung tidak mati.

"Tahu sopan satun nggak sih? Ngapain teriak-teriak begitu?!" Omel Elena kesal.

"Kamu dimana Lena? Bukannya menjawab kenapa malah-"

"Rumah sakit Medika," Tut. Setelahnya ia mematikan layar ponselnya. Ia pun masuk ke IGD untuk menemui orang yang ia tabrak tadi.

"Administrasi sudah saya urus. Sudah lunas, ibu bisa pulang. Punya HP kan? Telfon orang buat jemput, saya sibuk mau kerja." setelah memastikan ibu-ibu tadi memiliki ponsel, Elena pun pergi darisana.

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Where stories live. Discover now