Not A Wrong Bride || 08. Hukuman

19K 1.3K 66
                                    

Tidak ada tamparan, tapi tatapan tajam bak mata pisau tak lepas darinya. Tangannya ditarik atau lebih tepatnya diseret bahkan ketika mereka kembali ke gedung apartemen. Menuju lantai paling atas dimana penthouse Reza berada.

Sekilas melihat, mungkin orang akan beranggapan jika mereka adalah pasangan serasi yang romantis. Reza terus menggenggam pergelangan tangannya. Erat, sangat erat hingga rasanya akan remuk.

Pintu otomatis terbuka ketika sidik jari Reza sudah terbaca. Keduanya masuk, pintu tertutup dengan kencang hingga menimbulkan suara.

"Lepas!" akhirnya ia berani bersuara. Tangannya terasa kebas karena Reza enggan melepaskannya sedari tadi. Bahkan di dalam mobil karena tiba-tiba saja pria itu memakai supir keluarga. Mungkin sadar diri bisa kecelakaan ketika menyetir saat emosi.

"Sudah saya bilang jangan ganggu adik saya!" tatapan tajam Reza masih terus tertuju padanya. Menatap seolah akan menghabisinya saat ini juga. "Sampai mental adik saya terganggu karena kamu, hukuman kamu lebih dari ini."

Kening Elena berkerut. Hukuman? Hukuman seperti apa yang sudah Reza berikan.

Tak berselang lama setelah Reza menghilang dibalik pintu penthouse -entah akan pergi kemana pria itu- ponsel Elena berdering. Ratna, sekretarisnya menelfon, ada apa malam-malam begini?

"Kenapa Rat?" tanyanya sembari mengusap pergelangan tangan yang tengah memegang ponsel. Bekas genggaman Reza.

"Kabar buruk Elena! Rumah orangtua kamu dijual!"

"Apa?"

"Rumahmu dijual Lena, dijual!"

Shit!

"Thanks Ratna."

Prak!

Ponsel berlogo apel tergigit itu menyium lantai dengan amat keras. Mungkin langsung rusak karena mendapat saluran emosi dari pemiliknya. "Argh! Reza sialan! Reza keparat!"

Setelah mereka menikah dia sudah meminta Reza agar tinggal dirumahnya saja namun ditolak. Alasannya jauh dari kantor. Ketika Elena berkata akan tinggal sendiri disana Reza juga menolak, katanya tidak etis. Hell! Sejak kapan pria itu memiliki surat-surat rumahnya? Bagaimana bisa dijual begitu saja?

Mengambil kunci mobilnya, ia bergegas pergi tanpa mengganti bajunya terlebih dahulu. Berjalan cepat tanpa terhalang heels tujuh sentinya.

"Apa dia nggak punya hati? Kenapa rumahku dijual?"

Melajukan mobilnya cepat, ia menatap jalanan dengan nyalang. Jika tidak ingat akan hukum negara ini, rasanya ia ingin menabrak siapapun di jalanan saat ini.

Membanting pintu, Elena berjalan mendekati pagar rumahnya. Terkunci dari dalam. Jika biasanya rumah ini nampak kosong walau selalu bersih, hari ini tidak. Banyak lampu yang menyala di dalam sana. Oh, jangan lupakan sebuah mobil BMW yang terparkir disana.

"Sialan! Argh!" makinya sembari menggoyangkan pagar hingga menimbulkan suara bising. "Reza keparat!"

Jika begini, lebih baik ia menerima sebuah tamparan atau tindak kekerasan lainnya. Tapi pria licik itu hanya diam lalu pergi. Berbuat di belakang layar yang jelas lebih mengganggunya. Rumah penuh kenangannya bersama orangtuanya dijual. Dimana barang-barang yang ia tinggal? Bagaimana barang-barang orangtuanya.

Terduduk lemas, ia tidak peduli dengan pakaiannya yang kotor. Tangannya masih memegang pagar rumahnya. Air matanya jatuh. Ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Hanya untuk kesalahan kecil, Reza melakukan ini. Menjual rumah peninggalan orangtuanya. Ia rasa barang-barangnya pun dibuang oleh pria itu.

Not A Wrong Bride (#4 Wiratama's)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon