36 # Perayaan Musim Panas

1K 135 2
                                    

"Mantan Permaisuri tlah tiba!"

Segera seluruh aula mengungkapkan hormatnya pada Yiluo, Ruoxue dan Jiaoluo tersenyum menyambut kedatangan wanita itu. Yiluo membalasnya dengan anggukan lalu pergi duduk di kursi atas, bersebelahan dengan Kaisar.

"Maafkan aku sedikit terlambat, kuharap wanita tua ini tidak menghambat perayaan," ucap Yiluo.

"Anda terlalu berpikir banyak yang mulia, justru kami menanti kehadiranmu untuk memulai pesta," balas Permaisuri.

Yiluo hanya tersenyum menanggapi. Selama pesta, tidak jauh-jauh dari biasanya. Itu hanya memainkan musik,penari datang dan mulai menari di panggung. Lalu, setiap sesi hidangan akan berdatangan. Ini sedikit membosankan bagi Ruoxue.

Ruoxue mendongakkan kepalanya sedikit, melihat seluruh anggota keluarga kerajaan. Satu persatu ia tatap mulai dari sang Kaisar dan terakhir para selir-selir Kaisar. Anehnya, di situ ada 1 tempat duduk kosong di barisan pangeran. Ia tidak tahu siapa yang tidak datang, mengingat ia tidak mengerti wajah-wajah pangeran tersebut.

Tiba-tiba musik berhenti, Ruoxue menoleh melihat para penari mulai mengundurkan diri dari aula. Lalu, di kursi atas sana berdirilah sang permaisuri dengan senyuman.

"Bilakah nona-nona yang ada disini berkenan untuk menyalurkan bakatmu dan bersedia menghibur kami?"

Semua gadis saling memandang pada orang tua mereka.
"Jika memang ini keinginan anda, maka kami tidak akan mengatakn tidak," balas menteri Gao. Permaisuri mengangguk puas dengan jawabannya, Berkali-kali ia meminta untuk para gadis bangsawan ini menunjukkan bakat di setiap acara.

Bukan apa, umur para pangeran bukan lagi muda. Sebagai ibu negara sekaligus ibu para pangeran tersebut, ia akan memilihkan dan mencalonkan istri bagi mereka. Tentu, itu juga harus dibawah standar istri-istri putranya.

Senyum miring terukir di bibirnya,
"Kalau begitu, siapa yang akan maju dulu?"

"Huanghou Niang niang, bolehkan nona ini mempersembahkan sedikit dari guqin?" Gadis yang berbicara disana ialah nona sulung dari Menteri Keuangan Ban.

Permaisuri mengangguk pertanda menyetujui, Ban Hua mengambil guqin dari pemain alat musik istana dan membawanya ke tengah aula. Ia duduk disana dan mulai memetik senar guqin. Ban Hua memainkan nada dari lagu Mo Li Hua, lagu itu menggambarkan keindahan bunga melati di kalangan rakyat.

Semua orang bertepuk tangan memberi apresiasi permainan guqin Ban Hua ketika gadis itu selesai memainkannya. Ia membungkuk sedikit layaknya mengucapkan terima kasih. Selanjutnya, para nona bangsawan itu mulai mengajukan diri untuk tampil disana.

Gadis-gadis yang maju adalah nona sah keluarga bangsawan, semua nona sah pasti memiliki keahlian lebih daripada putri-putri selir. Mengingat, mereka bisa mendapatkan fasilitas/wewenang lebih seperti mempelajari Alat musik, dan lainnya.

"Gu Guniang, kudengar kau sangat pintar memainkan alat musik pipa. Bisakah kau memainkannya untuk ben gong?"

*Guniang=Xiaojie : nona muda

Gu Feyian berdiri,
"Nona ini akan bersedia."

Xie Yulan tampak bersemangat dan heboh sendiri, sambil menempatkan wajah bahagia. Gu Feyian mengambil pipa, dan memetikkan senar pipih itu hingga menghasilkan suara. Hendak memulai lagunya, ia dihentikan oleh sebuah suara.

"Jika memainkan alat musik saja, ini tampak jenuh. Bagaimana jika kita beri satu sentuhan?" Orang yang berbicara barusan ialah Selir Agung Li.

"Oh? apakai Meimei mempunyai ide?"

"Putri Kabupaten, menarilah dengan iringan musik dari nona muda Gu. Bagaimana?"

Ruoxue yang sedang enak-enak memakan kue osmanthus tergagap karena namanya disebut, ia melirik ibunya yang kini menatapnya. Ah, bukan hanya ibunya tapi seluruh orang di aula menatapnya. Ia berdeham sedikit, dan berdiri.

REBIRTH THE PHOENIX WOMAN [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang