E N A M

697 95 7
                                    

"Wow.. i-ini dimana?"

Aku berdiri, dan mulai menjelajahi tempat itu. Kini mataku terus menatap setiap ruangan yang ada disini.

Ini sangat keren! Tempat ini mirip seperti di film-film aksi. Mengagumkan! Batinku, sambil berjalan bahkan berlari kecil di lorong.

Dug!

Langkahku terhenti, saat menabrak sesuatu. Aku mundur perlahan, dan mengusap hidung yang sedikit sakit.

"Apa yang kutabrak barusa...."

Aku terdiam.

What the..

Aku terkejut, ketika melihat beberapa orang yang sepertinya sedang pameran kostum, mungkin?

Ada yang berbadan tinggi kekar, terlihat seperti harimau putih. Dan ada yang berbadan kecil dengan tubuh berwarna hijau serta antena di atas kepalanya.

Aku pun semakin gugup, ketika mereka menatapku dengan tatapan yang tidak bisa ditebak.

"U-um, ha-halo..."

Aku tersenyum kaku, canggung.

Bagaimana ini? Apa yang harus kulakukan sekarang?

🌷🌷🌷

"Y/n!"

Aku yang baru saja keluar dari tempat tadi, langsung menoleh ke sumber suara, lalu mendapati Taufan dan Blaze.

"Taufan, Blaze. Apa yang kalian lakukan disini?"

"Tok Aba bilang, kau ada di TAPOPS U. Jadi kami disuruh menunggumu, agar kau pulang bersama kami," jelas Taufan.

"Iya, nggak baik anak perempuan pulang sendirian sore-sore," tambah Blaze.

Aku terkekeh, "begitu, rupanya."

Mereka pun mulai berjalan menuju arah pulang, dan aku pun menyusul di belakang.

Tanpa butuh waktu lama, akhirnya kami sudah sampai. Kami mulai memasuki halaman rumah, dan....

Srek srek

"Eh!?"

Langkahku terhenti, setelah mendengar sesuatu. Mataku memandang ke arah sekitar, dan tak ada sesuatu di sekitar sini.

Apa aku salah dengar, ya?

"Y/n."

Aku menoleh, dan terkejut ketika wajahku langsung berpapasan dengan Taufan.

"T-taufan, kenapa kau...."

"Apa kau baik-baik saja, wajahmu memerah?"

Sontak tanganku langsung memegang kedua pipiku, dan aku merasa panas disana.

Ada apa denganku? Apa aku sakit?

"Hey, jangan melamun. Udah mau maghrib, nanti kesambet loh," ucapnya, setelah mencubit hidungku singkat.

"Ih! Sakit, Taufan!"

Taufan tertawa, lalu berlari masuk ke dalam rumah. Kini hanya tinggal diriku, karena Blaze sudah masuk duluan tadi.

Saat aku ingin menutup pintu rumah, aku masih memandang sekitar dengan risih. Rasanya, seperti ada yang memperhatikanku dari tadi.

Aku pun mulai menyampingkan pikiran-pikiran buruk itu, lalu menutup pintu, dan menguncinya.

Jujur saja, hatiku benar-benar gelisah saat ini.

"Semoga itu bukan hal buruk..," gumamku, yang setelah itu mulai masuk ke dalam kamar.

🌷🌷🌷

"Eungh... Cattus, geser sedikit. Aku kesempitan."

Ayolah, ini sudah kesekian kalinya Cattus ikut tidur bersamaku.

Entah mengapa, akhir-akhir ini Cattus suka mendatangi kamarku tiap tengah malam.

Padahal dia sudah dibuatkan tempat tidur yang nyaman di ruang tengah, tapi dia tetap menyelinap ke kamarku setiap tengah malam.

Aku menghela napas pasrah, dan mendorong sesuatu di sampingku pelan dengan mata yang masih mengantuk.

Tunggu, sejak kapan tubuh Cattus jadi agak besar

Aku mencoba meraba kembali untuk mengeceknya, dan membuka mata perlahan.

Aku mengerjapkan mata berkali-kali untuk menyesuaikan cahaya yang redup, karena hanya ada lampu tidur yang menjadi penerang di ruangan ini.

Aku menoleh ke samping, dan melotot.

"Aaaakh!"

Bersambung

Terimakasih banyak karena telah membaca cerita ini....(≧▽≦)

©Peomint_13

Second Opportunities | Boboiboy 🌷Where stories live. Discover now