i n k a . 3

2K 235 45
                                    

•••🦋•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••🦋•••

H a p p y R e a d i n g

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

H a p p y R e a d i n g

"Sudah pulang adik nakal."

Suara berat dan serak itu mengagetkan Inka yang baru saja memasuki kamarnya. Sumpah ayah dan kakaknya ini hobi sekali membuat dirinya kaget. Seolah tak merasa bersalah Inka berjalan menyimpan tasnya dan mengobrak-abrik lemarinya, mencari baju ganti. "Inka."

Panggilan cowok itu diabaikan ia kembali fokus mencari bajunya. Merasa tak ditanggapi Davi menghampiri Inka. Memeluk pinggang ramping adiknya dengan begitu posesif. "Mengabaikan aku hm?"

Inka bergidik mendengar bisikan Davi di telinga kanannya. Pelukan Davi ia coba lepaskan tapi sial sekali tenaga kakaknya itu lebih kuat. Pasrah ia membiarkan kakaknya itu memeluk dirinya. "Kenapa kak?"

Membalikkan badan adiknya, Davi merampas baju Inka. Melempar baju itu sembarangan arah. Tubuh Inka sekarang dikurung oleh tangan berotot milik Davi. Entah ada masalah apa dengan kerjaannya hingga penampilan pemuda itu terlihat sangat berantakan. Dasi yang sudah terlepas dan menyisakan kemeja yang kancing bagian atasnya terbuka. "Lo tanya kenapa? Tadi berangkat sama sialan itu kan?"desisnya tajam.

Wajah Inka terlihat kaget tapi ia kembali menormalkannya, tak ia biarkan kakaknya itu melihat dirinya yang ketakutan lagi. Ia harus berani melawan. "Iya emang kenapa?"jawabnya santai.

"Berani lo langgar perintah gue hah?!"sentaknya.

"Pliss kak jangan atur Inka lagi!"pintanya memohon.

Davi tak menghiraukan permintaan Inka, dengan kasar pemuda itu menyeret Inka berjalan ke ranjang. Di hempasannya tubuh Inka agar berbaring di atas tempat tidur. Tangannya meraih pisau di meja nakas. Inka yang tau kakaknya akan melakukan apa hanya diam saja saat tangan cowok itu melepaskan dua kancing kemeja atasnya dan dengan perlahan ujung pisau itu mengukir sebuah huruf 'D' seperti biasanya.

Menahan sakit Inka meremas sprei dengan kuat. Perih rasanya tapi di satu waktu ia menyukainya, terasa sangat melegakan. Davi menikmati wajah kesakitan Inka dengan hati senang. Darah yang menetes itu membuat matanya berbinar-binar. Jangan sebut dirinya gila karena ia sudah seringkali mendengarnya.

Puas memandangi luka dengan ukiran huruf yang ia buat Davi menatap Inka. "Maaf,"ucapnya lirih. Ya seperti itulah Davi memperlakukan dirinya. Dia akan berbuat lalu minta maaf. Tangan kakaknya itu mengusap air mata yang tak disadari Inka keluar begitu saja.

Inka hanya mengangguk mencoba memahami masalah sang kakak. Hari ini dirinya cukup sensitif hingga tanpa diminta air mata itu kembali keluar begitu saja. Davi yang melihat itu menjadi tak tega. Melukai saja tega tapi jika Inka udah menangis Davi merasa bersalah sendiri. "Kenapa?"

Inka menggelengkan kepalanya enggan menatap mata tajam Davi yang sudah tak memancarkan kemarahan. Amarah kakaknya itu akan reda seusai melukai dirinya. Selalu seperti itu. "Sakit?"tanyanya seraya meniup kecil luka yang masih basah di bahu Inka.

"Nggak, cuma perih."

"Makannya jangan bantah perintah kakak. Udah kamu istirahat dulu." Pemuda itu menutup baju Inka yang ia turunkan, lalu menaikan selimut sebatas dada. Memajukan wajahnya, mencium kening Inka lama dan berlalu begitu saja membawa pisau di genggamannya.

Inka meringis kesakitan memegangi bahunya yang terasa perih. Inka tak boleh menangis dihadapan Davi atau pemuda itu akan semakin semangat menyiksa dirinya. Dirinya harus kuat menahan semua ini. Mencoba mengabaikan rasa sakitnya gadis itu kembali membaringkan tubuhnya memeluk dirinya sendiri dalam keheningan.

🍎🍎🍎

Ngeri uy nulis ginian, tapi nggak papa gue suka😭😭🔫

# I N K A #

See you

☘LUKA YANG BERAKHIR DUKA

INKAWhere stories live. Discover now