i n k a . 6

1.3K 206 44
                                    

•••🦋•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••🦋•••

•••🦋•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


H a p p y  R e a d i n g

Davian yang dikabari pembantu rumahnya jika Inka baru saja mendapat pukulan dari Mahesa panik bukan main. Ia khawatir terjadi sesuatu yang membahayakan adik kesayangannya. Di otaknya sekarang hanya ada hal-hal negatif yang hinggap. Inka sedang apa? Apa yang akan gadis itu lakukan? Ah membuat khawatir saja.

"Kayla, tolong kirim saya email dokumen di atas meja,"panggilan intercome yang menghubungkan ruangannya dengan sekertaris ia nyalakan.

"Baik, Pak!"sahutan dari ruangan sebelah.

"Meeting hari ini ditunda!"

"Ada masa--"belum sempat Kayla menanyakan alasannya, panggilan itu dimatikan begitu saja.

Tanpa memedulikan pekerjaan yang menumpuk, Davi bergegas menuju basement. Inka lebih penting daripada dokumen-dokumen kantor. Sebenarnya hari ini dirinya berencana lembur, akan tetapi keadaan adiknya yang tidak baik membuat ia mengurungkan niatnya.

Sialan jalanan macet banget, dimana sore hari banyak kendaraan yang melintas sepulang bekerja menyita waktu Davi. Sumpah dirinya khawatir bukan main. Ia takut Inka melakukan hal nekat. Inka nggak boleh mati, ia tak sanggup berpisah dari gadis itu.

Apa self injury cewek itu masih suka dilakukan? Tapi sepengetahuannya di tangan Inka sudah tak ada lagi goresan cutter lagi. Tapi tak menutup kemungkinan hal itu akan terjadi lagi. Apalagi saat ini keadaan Inka pasti tertekan. Sungguh ia tak ingin kejadian lalu terulang lagi.

Membenturkan kepalanya di atas stir mobil, Davi memutar balik arah mencari jalan tikus di lampu merah depan. Kapan sih jalanan sepi? Ayolah semesta dirinya sungguh ingin cepat pulang. Mengetahui keadaan Inka secara langsung.

•••

Brak.

Brak.

Brak.

Davi mencoba mendobrak pintu kamar Inka, mengabaikan rasa sakit di bahunya Davi menambah kekuatan dobrakannya. Tadi saat ia sampai, mobil Mahesa baru saja keluar dari kompleks, berlawanan arah dengan dirinya sehingga ayahnya itu tak tau jika ia pulang lebih awal.

Percobaan terakhir berhasil membuka pintu kamar Inka. "Inka."

"Inka."teriaknya sembari membuka kamar mandi yang terdengar guyuran derasnya air shower.

Betapa kagetnya dirinya melihat tubuh menggigil Inka. Bibir cewek itu pucat pasi dengan mulut merancau merapalkan nama yang tak ingin Davi dengar. "Alan,gue butuh lo."

Mematikan shower Davi mengangkat tubuh Inka keluar dari sana. Tak mempedulikan bajunya yang ikut basah Davi berjalan dengan Inka di gendongannya. Menatap pakaian adiknya yang basah Davi berjalan keluar, mencari Bi Ijah yang biasanya berada di dapur. "Bi...Bi Ijah,"

Pak Ilham yang mendengar suara menggelegar majikannya pun menghampirinya. "Anu den, Bu Ijah teh baru ke minimarket depan,"lapornya memberi tahu.

Mengusap wajahnya kasar Davi berbalik kembali ke kamar Inka. Gimana ini masa dirinya yang menggantikan pakaian Inka. Disini hanya Bi Ijah lah perempuan satu-satunya. Minta bantuan Pak Ilham? "Bisa gue bunuh ntar" gumamnya lirih menjawab penuturannya sendiri.

Menutup pintu kamar Davi berjalan ke arah lemari, mengambil pakaian buat ganti adiknya. Setelah menemukan ia melepaskan dasinya sendiri, menutup matanya dengan dasi tersebut. Huft semoga ia nanti tak salah menyentuh. Dengan tekad penuh, Davi melepaskan satu-satu kain dari tubuh Inka. Tuhan kuatkan dia dari godaan setan. Hanya doa itu yang ia rapalkan sejak tadi. Gimana enggak, dirinya laki-laki normal dan di depannya terpampang nyata tubuh seorang gadis.

Selesai menggantikan seluruh pakaian adiknya, Davi mengambil air kompresan di dapur. Tiga menit kemudian ia sudah kembali ke kamar Inka. Tangan pemuda itu dengan cekatan mengompres dahi Inka, agar suhu tubuh turun. Melihat Inka masih kedinginan dengan dua selimut tebal yang telah melekat di tubuhnya. Davi melepaskan kemejanya yang basah akibat mengangkat Inka tadi. Dengan dada telanjang Davi ikut bergabung dalam selimut. Dirinya memeluk tubuh dingin Inka. Menarik kepala Inka agar bersandar saja di dada bidangnya daripada hanya dengan kompresan yang tak memberi efek itu.

Inka yang merasa nyaman mengeratkan pelukannya pada tubuh sang kakak. Hangat dan nyaman. Davi menumpukan dagunya di atas kepala Inka, sesekali mencium rambut harum adiknya walaupun basah. Bibirnya mendarat di dahi panas Inka cukup lama. "Cepat sembuh my little girl!"

🍇🍇🍇

Dipeluk cowok enak nggak sih? Nyaman nggak?

# I N K A #

See you ♡

LUKA YANG BERAKHIR DUKA☘

INKAWhere stories live. Discover now