i n k a . 23

597 133 51
                                    

•••🦋•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••🦋•••

H a p p y R e a d i n g

Suara berisik sahabatnya yang sedang beradu di depan televisi tak mengusik sedikitpun kegiatan cowok yang sedang galau. Ah bukan galau tapi bimbang, dirinya khawatir akan perasaan pacarnya. Alan mengotak-atik layar ponselnya, menghubungi Inka yang masih saja marah kepada dirinya. Apalagi sore tadi waktu sepulang sekolah ia berpapasan dengan cewek itu di gerbang. Kalo sendiri mah nggak papa, lah ini ia membonceng Naya di belakangnya. Alhasil Inka hanya melengos pergi begitu saja menaiki angkot sebelum Alan menghampiri pacarnya itu. Cowok itu bergegas mengambil tasnya dan menyandang di bahu kanan.

Ervan dan Bumi yang sedang main PS mengalihkan pandangannya dari layar televisi menatap Alan yang terburu-buru. "Mau kemana dah?"tanya Ervan melihat cowok itu yang mengenakan sepatu.

"Inka."

Bumi menghampiri sahabatnya, menepuk pundak Alan seraya berucap satu kalimat dan berlalu ke belakang,"moga lancar dah."

"Kenapa tuh?"tanya Alan melihat Bumi seperti tidak biasanya.

"Jidatnya kepentok jadi otaknya konslet."canda Ervan garing.

Semenjak chat saat mamanya Inka hilang sikap Bumi memang sedikit berubah kepada dirinya. Cowok dengan muka imut itu menjadi dingin kepada Alan. Entahlah sikap Bumi memang random nggak jelas gitu. "Tuh anak keknya marah sama gue?"

"Emang iya?"tanya Ervan balik.

Tangan Alan sudah bersiap melempar sepatu kirinya, tetapi ia tahan.
"Lah gue tanya malah balik nanya."

"Santai atuh ngab!"

•••

Brak!

Kotak berisi gaun pesta itu terlempar begitu saja di hadapan Mahesa. Pria paruh baya itu mengeram marah, barang yang ia belikan dibuang begitu saja oleh putrinya. "Maksud Papa apa?"

"Gaun buat pesta nanti malam."

Inka menatap sendu ayahnya, "Pa! Mama aja belum ketemu, tapi Papa malah ngajak aku pesta? Papa tega ya?! Papa ngga mikirin gimana kondisi Mama saat ini? Mama udah sadar belum atau Mama ngerasa sakit nggak? Sedikit pun Papa nggak sayangkah sama Mama?

Amarah yang ia tahan akhirnya keluar juga, pria itu memandang tajam anaknya yang semakin membantah ucapannya. "DIMANA SOPAN SANTUN KAMU? PEREMPUAN HARUS MEMILIKI ETIKA! JANGAN SEENAKNYA SAJA INKA!"

INKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang