i n k a . 8

1.2K 191 55
                                    

•••🦋•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••🦋•••

H a p p y R e a d i n g

Dua hari ini Inka menjauhi Davi terlihat saat ini ia menghindari kakaknya itu. Inka enggan bertemu dengan Davi. Ia masih marah atas kejadian di mobil kala itu. Perbuatan menjijikkan kakaknya yang ia ingin coba lupakan masih saja terus terputar di memori otaknya. Tambah menyebalkannya lagi Alan tak ada kabar sama sekali sejak pertemuan terakhir mereka.

Selepas bel istirahat pertama berbunyi Inka sudah berdiri di samping pintu kelas Alan. Dirinya tak ingin menunda lagi, bisa-bisa hubungan mereka semakin renggang tanpa kepastian. Satu per satu siswa keluar kelas dan dirinya belum melihat Alan yang menandakan akan keluar kelas. Merasa jengah Inka memilih masuk ke dalam memastikan keberadaan pacarnya. Dan terlihat pemandangan memanaskan hati.

Pacarnya itu tertidur di bangku belakang dengan pulas dan di sebelahnya ada Naya yang memandang wajah cowok itu dengan senyum. Yaelah bukan ini yang ingin ia lihat. Memutuskan menegur Naya yang seenaknya saja melihat miliknya. Inka menendang kaki kursi yang di duduki Naya hingga sang empunya jatuh. Saat hendak membalas suara serak Alan membuat ia mengurungkan niatnya. "INKA APAAN SIH LO?!"

Dengan panik Inka menatap mata tajam Alan. "Maaf Al, gue kira dia nggak bakalan jatuh. Orang tendangannya aja nggak kencang,"jelas Inka berharap pacarnya itu percaya kepadanya.

"Nggak kencang lo bilang? Nih lihat Naya sampai jatuh."sentaknya. Alan memegang bahu Naya membantu cewek itu untuk bangkit.

"Minta maaf lo!"

"Nggak, Al. Gue cuma pelan kok nendangnya, Naya aja yang lebay pakai jatuh segala."bantahnya mutlak.

Sumpah tadi dia tak sekuat itu nendangnya, cewek itu aja yang sok pakai acara jatuh. Mau apa sih sebenarnya? Perhatian dari cowok gue kah? Aelah bikin ribet aja nih human satu.

"Minta maaf apa susahnya sih?"bentaknya hingga membuat Inka terkejut. Lihat cuma gara-gara masalah kek gini, pacarnya itu membela Naya. Benarkan dugaannya, Alan itu masih sayang sama Naya.

"Nggak mau Al, gue nggak suka ya dipaksa gini!"bentaknya balik.

"Iya serah lo!"ucapnya berlalu pergi menyenggol bahu Inka lumayan keras. Alan menuntun Naya yang terlihat kesakitan atau hanya pura-pura kesakitan? Entahlah cewek medusa itu memang mencari kesempatan.

"Bubar lo pada!"teriknya nyaring saat dirinya menjadi pusat perhatian.

Baru juga keluar dari kelas ini, panggilan speaker atas nama dirinya menggema menyuruh dirinya menghadap guru konseling. Bukan ketakutan akan dihukum guru, tetapi ia malah memikirkan hukuman apa yang akan ia terima dari Mahesa nanti.

•••

Nah apa dia bilang hukuman menanti di rumah, terlihat Mahesa dengan muka garangnya berkacak pinggang. Selangkah lagi ia berada tepat di depan ayahnya itu, tangannya sudah ditarik secara kasar oleh ayahnya.

Tanpa banyak berkata Mahesa menyalakan air wastafel kamar mandi lantai bawah. Mengisi air dengan keadaan penuh, dengan tak terduga kepala Inka ditenggelamkan ke dalam. Gadis itu mencoba menahan nafas agar air tak masuk ke mulut ataupun hidungnya.

Satu menit.

Dua menit.

Inka masih bertahan. Sesak sekali. Dadanya kekurangan pasokan oksigen. Tapi jika ia membuka tak menahan nafasnya otomatis ia akan menghirup air di dalam wastafel.

Tiga menit.

Empat menit.

Inka sudah nggak kuat rasanya mau mati saja. Ia akhirnya membuang nafasnya, sehingga kini menghirup air itu. Melalui mulut dan juga hidungnya. Rasanya gak enak, hidungnya serasa penuh dengan air. Samar-samar ia mendengar suara ayahnya sebelum kesadarannya hilang.

"Puas belum hah?!"seringainya jahat.

"Udah puas belum buat ulah? Bisanya cuma cari masalah aja kamu!"nada bicaranya emang tak keras tapi sangat datar. Menakutkan.

Brak.

Gebrakan dari pintu membuat Mahesa menolehkan kepalanya. "Papa apaan sih?" Sekali hentakan tangan Mahesa terlepas dari kepala putrinya. Davi datang mengangkat kepala Inka. Melihat wajah adiknya yang basah dengan mata terpejam rapat, Davian menggeram kesal.

"Davi kamu yang apa-apaan?! Papa belum puas hukum anak kurang ajar ini."desisnya.

"Lihat Pa! Inka udah pingsan. Belum puas kata Papa?"kekeh Davi. "sini hukuman Inka, Papa kasih ke Davi aja,Pa."pintanya sambil menatap wajah Mahesa yang memancarkan aura mencekam.

Mahesa mengangkat tangannya hendak melayangkan pukulan kepada putranya. Davi yang menatap kepalan itu hanya melayang tanpa menyentuh ia sedikitpun semakin membuat nyalinya tertantang.

"Kenapa berhenti Pa? Ayo pukul Davi!"

"Argh..."

Mahesa hanya mengerang dan berlalu pergi meninggalkan kedua anaknya. Davian mengusap wajah basah Inka. Mendudukkan gadis itu di lantai. Perlahan Davi memiringkan kepalanya hingga hidung mancungnya bersentuhan dengan hidung Inka. Membuka mulut adiknya dan membungkam bibir merah jambu itu, memberikan nafas buatan.

Bulu mata lentik Inka perlahan bergerak bersamaan dengan kelopak matanya yang terbuka. Davi menyudahi ciumannya, membiarkan Inka mengeluarkan air yang tak sengaja masuk ke mulutnya. "Uhukk...uhukk.."

Davi membantu gadis itu dengan memijat tengkuknya perlahan agar air yang masuk keluar. Sebelah tangannya lagi memegangi rambut panjang adiknya yang menutupi paras ayunya. "Masih ada lagi?"

Inka menggelengkan kepalanya, tangan gadis itu menepis tangan kekar Davi dari jangkauan tubuhnya. "Minggir. Jangan sentuh!"larangnya.

Davi memandang tak suka, tanpa banyak berkata ia meletakkan lengannya di belakang leher dan lutut Inka. Mengangkat adiknya yang masih lemas. Secara otomatis Inka mengalunkan lengannya di leher Davi. "Diam, Ka! Nanti kita jatuh!"desisnya tajam saat gadis itu mencoba berontak.

"Aku masih marah sama kakak!"juteknya memalingkan muka.

"Iya tau,"

"Jangan deket-deket dulu sama aku! Jangan larang-larang aku!"ancamnya serius.

"Ya.....kalau ingat."dinginnya yang mendapat cubitan pedas di pipinya.

Sial, jika bukan Inka yang berani menyentuh dan mencubit pipinya akan ia lenyapkan sekarang juga. Tapi berhubung ini Inka, Davi hanya menghela nafas panjang.

🍊🍊🍊

Aduh bapak kejam banget😭😭

# I N K A #

See you

☘LUKA YANG BERAKHIR DUKA☘

INKAWhere stories live. Discover now