"Bangsat!" maki Jeno. Hampir saja dia memanggil nama Renjun dengan kuat, tapi dia berhenti dan memutar otaknya berusaha mengingat nama samaran Renjun di situasi dimana otaknya sedang penuh dengan nafsu dan tak dapat berpikir dengan jernih.


Jaewoo? Juno? Junwoo? Junwoo! Jun.


"God, Jun apa yang kau lakukan padaku-"


"Lin. I-I need!" teriak Renjun tanpa peduli.


Jeno membiarkan nama siapapun yang ada di bibir dan pikiran Renjun yang setengah sadar.


Subuh itu, ketika Narcissus sudah akan ditutup, Jeno mengangkat badan Renjun keluar dari ruangan khusus yang diberikan Soojin. Dia membawa Renjun dalam pelukannya, menyewa taksi dan membawa mereka kembali ke apartemen.


Sesampainya disana, Mark dan Jaemin yang belum tidur menatap mereka curiga tapi tidak memberhentikan Jeno untuk membawa Renjun dan menidurkannya di kamarnya.



━╋━◇◇◇━╋━



BRAKKK


Jeno terbangun dengan jantung memacu karena terkejut dengan bantingan pintu kamarnya. Dia duduk dan menatap pelakunya.


"Donghyuck, apa-apaan?"


Tapi Donghyuck tidak menjawab. Dia langsung berlari ke samping Renjun. Spuit yang ada ditangannya langsung dia buka dan jarumnya langsung menusuk pembuluh darah Renjun di tangannya.


Begitu spuit itu penuh dengan cairan merah, Donghyuck mencabutnya dan segera menusuknya pada gelas lain yang isinya sudah ada bubuk putih. Dia lalu menggoyang-goyangkan gelas itu hingga darah Renjun sudah tercampur dengan bubuk tadi.


"Renjun, Jun," Panggil Donghyuck yang menepuk-nepuk puhak Renjun.


"H-hyuck?"


"Hei, apa ada yang sakit?"


"P-pusing. Le-mas?" jawab Renjun dengan suara parau. Tangan Renjun kini sudah ada di dahinya dan merintih kesakitan.


"Apa yang mereka berikan tadi malam? Apa kau masih ingat?"


Renjun mengangkat satu tangannya lagi. Dan ketiga orang di kamar itu melihat tangannya yang gemetar dengan kuat. Tremor.


"Stimulan." bisik Renjun.


"Apa lagi?"


"Es."


"Ada lagi?"

Foxtrot ≡ NorenminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang