"Perkenalkan nama saya Adi Prasetya, bisa di panggil pak Adi. Saya di sini akan mengajar kalian tentang apa itu musik. Sebelum itu saya membutuhkam satu murid yang nantinya akan membantu saya untuk mengajari kalian semua. Kalo boleh tau, siapa yang sudah bisa menguasai bidang musik di sini apakah ada?" Ucap guru musik itu panjang lebar.

"Razka pak," ucap Rivan sambil mengacungkan jari nya.

Pak Adi menoleh "kamu, Razka ya?"

Rivan menggeleng keras "bukan saya, tapi dia," tunjuknya pada Razka.

Pak Adi menoleh pada Razka "Razka kamu bisa?"

"Saya harap begitu," ucap Razka.

"Baik sebelum itu, saya akan menguji kamu, Razka. Saya akan memberikan beberapa pertanyaan seputar dunia musik."

Razka mengangguk meng iyakan ucapan Pak Adi.

"Pertanyaan pertama, siapa penemu musik."

"Al Farabi," jawab Razka dengan enteng.

"Sebutkan unsur-unsur musik."

"Melodi, ritme, birama, tangga nada, harmoni, tempo, dinamika, timbre, ekspresi."

Rivan menganga atas jawaban sahabatnya itu, selain ganteng, dirinya juga pintar dalam segala bidang.

"Pertanyaan terakhir, tahun berapa musik di temukan."

"Sejarah musik dunia dimulai pada abad ke-2 dan pada abad ke-3 sebelum masehi."

"Cukup bagus, mulai sekarang kamu membantu saya untuk mengajari teman-teman kamu yang ingin mempelajari seni musik,"

Dilain tempat Khanza di kejutkan oleh Maysya yang sedang duduk di sebelah meja nya.

"Maysya, bukanya lo kemaren dikelas sebelah?"

Maysya tersenyum "Iya, gue minta di pindahin ke kelas ini. Biar bareng kalian."

"Lo kok tau kalo ini meja gue?"

"Kebetulan aja."

Khanza lalu segera duduk di mejanya dan mulai mengerjakan tugas yang diberikan guru tadi.

Seusai mengerjakan soal, para siswa siswi di perbolehkan untuk meninggalkan kelas. Saat Khanza dkk berjalan di koridor sekolah, mereka mendengar suara bisikan murid-murid di sekitarnya.

"Eh denger-denger Tania di copot jadi wakil osis."

"Lo tau nggak, semua guru udah tau sifat asli Tania."

"Kemarin dia di sidang di ruang bk untuk di mintai keterangan."

"Mampus, sekarang dia nggak punya wewenang apapun."

Dan masih banyak lagi. Khanza tak menghiraukan ocehan tersebut. Dia memilih diam, toh itu memang salahnya Tania sendiri.

Mereka duduk di kursi sambil memakan nasi goreng yang sudah Khanza pesan tadi. Tiba-tiba Khanza ingin buang air kecil.

Our Promise (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang