empat puluh sembilan

2K 206 43
                                    

Setelah dua hari di rumah sakit, akhirnya Tiara dapat kembali mencium bau kasur kamarnya. Ia tersenyum senang kala penampilan kamarnya sudah berubah, mulai dari warna cat kamar yang semula merah muda berubah jadi putih polos, meja belajarnya yang rapi, pintu yang semula berwarna coklat kini menjadi warna putih.

"Biar estetik atuh Bapak," sahut Tiara ketika ditanyai kenapa mau mengubah warna kamarnya.

"Kalau begitu saya pamit pulang," ujar Raka setelah selesai membantu membawakan beberapa perlengkapan Tiara semasa di rumah sakit.

Tiara menganggukkan kepalanya pelan. "Hati-hati, Pak."

Raka tersenyum kecil lalu membalikkan tubuhnya hendak pergi, begitu menghadap pintu ia disambut dengan tatapan mengintimidasi dari Hendra yang tengah berdiri menghadapnya dengan kedua tangan menyilang di depan dada.

"Saya pergi dulu, Pak."

"Ikut saya sebentar," titah Hendra seraya membalikkan tubuhnya hendak pergi dari kamar Tiara. Mau tak mau Raka menuruti perintah Hendra, ia menoleh sekilas ke arah Tiara lalu tersenyum.

Tiara yang diberi senyuman lantas hanya dapat menahan bibirnya agar tidak ikut tersenyum, bahkan ia memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak melihat Raka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tiara yang diberi senyuman lantas hanya dapat menahan bibirnya agar tidak ikut tersenyum, bahkan ia memalingkan wajahnya ke arah lain agar tidak melihat Raka. Raka terkekeh pelan lalu menutup kembali pintu kamar Tiara dan berjalan menuju ruang tamu di mana Hendra berada.

Begitu pintu kamar tertutup, Tiara langsung melompat-lompat di atas ranjangnya dengan teriakan tertahan di tenggorokan.

"MasyaAllah, ganteng banget!!!"

Di sisi lain, Hendra menatap Raka dengan tatapan yang Raka sendiri tidak dapat mengerti. Ayah dari Tiara itu menatapnya dengan tatapan datar, tetapi terkesan mengintimidasi. Raka merasa seperti akan diwawancarai dengan calon mertua ketika ingin meminang putrinya.

"Saya sudah memberi waktu bagi kalian berdua untuk berpikir mengenai kedepannya. Kalian yakin ingin melanjutkan perjodohan ini?" tanya Hendra setelah beberapa saat berdiam diri.

Raka mengangguk mantap. "Saya yakin, tetapi saya juga berharap Tiara juga menolak untuk membatalkan perjodohan kami," ujar Raka.

"Apa saya bisa mempercayai kamu, lagi?" tanya Hendra.

"Insyaallah."

Sepulangnya Raka dari rumah Tiara, saat itu juga Tiara merasa bosan. Ia hanya tiduran terlentang di atas kasurnya dengan isi kepala entah ke mana sampai akhirnya ia teringat akan sesuatu.

"Rara sama Kara udah dikasih makan belom?!" seru Tiara sambil bangkit dari tempat tidurnya dan berlari menuju meja belajar. Ia membawa kandang hamster-nya untuk menemui ayahnya.

"Bapak, ini Rara sama Kara udah dikasih makan belum?" tanya Tiara.

Hendra menoleh ke arah putrinya lalu mengangkat bahu. "Lah, mana Bapak tau. Bapak lupa kalo kamu punya tikus di rumah," sahut Hendra.

Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang