empat belas

2.3K 261 11
                                    

Raja menahan pergelangan tangan Raka ketika mereka sampai di rumah. Ada banyak pertanyaan di benaknya, ia masih tidak percaya bahwa kedua orang tua mereka bisa-bisanya menjodohkan adiknya dengan gadis SMA.

"Raka lo serius nerima perjodohan ini?" tanya Raja.

Raka mengangguk singkat tanpa minat membuka suara.

"Dia masih bocil, Rak. Gue juga denger kalo masa lalu dia nggak baik-baik aja," ujar Raja. 

"Yang dijodohin gue kenapa lo yang repot?" tanya Raka dengan nada tak ramah.

"Ini masalah masa depan lo! Setelah tunangan kalian nikah, nikah tuh bukan hal main-main."

Raka membuang muka sejenak kemudian kembali menatap wajah sang Kakak.
"Gue nggak peduli masa lalu Tiara kayak gimana. Lagipula pilihan orang tua kita juga pasti yang terbaik buat gue," sahut Raka seadanya.

"Lo suka sama tuh cewe?" tanya Raja.

"Mungkin belum. Gue bisa batalin pertunangan itu kapan aja semau gue, jadi lo nggak perlu khawatir." Setelah berucap demikian, Raka pun menepuk bahu Raja pelan lalu berjalan menuju kamarnya.

***

"Bapak kok ada niatan jodohin Tiara sama Pak Raka?" tanya Tiara pada Hendra yang saat ini tengah menyantap makan malamnya.

"Bapak tau kamu suka cowok ganteng, jadi Bapak kasih buat kamu." Begitulah jawaban Hendra.

"Jawabe sing bener to Pak," ujar Tiara bermaksud untuk meminta jawaban yang sesuai.

"Rencana masa remaja Bapak sama Om Wahyu dulu," sahut Hendra.

Saat hendak membuka suara, bel rumah berbunyi menandakan kedatangan tamu. Hendra mengerutkan dahinya bingung karena ada yang bertamu malam-malam. Tiara pun bangkit dari duduknya seraya merapikan tatanan jilbabnya lalu membuka pintu. Tiara tersenyum senang ketika melihat kedatangan Rini.

"Aku numpang tidur di sini beberapa hari boleh nggak? Mama Papa aku pergi ke luar kota hehe," ujar Rini.

Tiara mengangguk semangat lalu mempersilakan untuk Rini masuk. Tiara mengajak Rini untuk ikut makan malam bersamanya.

"Bapak, si Rini mau nginep. Orang tuanya pergi ke luar kota beberapa hari," ujar Tiara ketika sampai di ruang makan.

"Wah boleh banget. Siapa tau Rini bisa ngawasin kamu biar nggak masak aneh-aneh lagi di rumah."

"Assalamu'alaikum, Om."

"Wa'alaikumsalam, duduk Rini."

"Makasih, Om. Maaf ngerepotin hehe," ujar Rini yang merasa tidak enak dengan Hendra.

"Biasa aja. Tiara 'kan sama kamu sama-sama anak tunggal, pasti suka ngerasa kesepian waktu ditinggal orang tua. Anggep aja rumah sendiri," sahut Hendra ramah.

"Ya jangan dianggep rumah sendiri juga dong. Si Rini tuh licik, tau-tau rumah ini dijual," ujar Tiara.

"Ahahaha bisa aja."

"Siapa nih yang masak Om?" tanya Rini seraya menunjuk lauk-pauk yang ada di atas meja.

"Tadi si Tiara beli lauk di warteg, soalnya Om nggak ngizinin dia masak lagi."

Rini terkekeh pelan lalu membalikkan piring yang sudah tersedia.
"Bener Om. Si Tiara jangan dibiarin nyentuh dapur," ujar Rini.

"Ih, kalian mah."

Rini mengambil nasi dan lauk yang tersedia. Saat hendak menyuapkan nasi, langkahnya terhenti kala ia penasaran akan satu hal.

"Tiara beneran dijodohin, Om?" tanya Rini.

Hendra mengangguk singkat. "Gabut banget punya anak satu. Yaudah Om jodohin aja," sahut Hendra.

"Ya Allah. Punya Bapak begini amat."

"Beneran dijodohin?! Sama Pak Raka?!" tanya Rini dengan sedikit mengeraskan suaranya akibat terlalu terkejut.

"Kok kaget gitu si? Hahaha. Heran ya, anak Om yang tingkahnya kayak monyet dijodohin sama Raka yang ganteng begitu?"

Rini menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan Hendra. "Kaget banget aku."

"Nih Rini sama Bapak kok gitu banget si? Masa anak sendiri dikatain monyet," gerutu Tiara, kesal.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tiara dan Rini baru saja selesai menonton satu drama Korea dan berakhir entah happy atau sad ending, karena dari mereka ada yang menangis ada yang menggigit bantal karena terlalu gemas.

"Kenapa si Seojun jadi second lead sih? Huwaaa ... kasian," ujar Tiara di tengah-tengah aktivitas menangisnya.

Berbeda dengan Tiara, Rini justru memihak di tim Suho. Ia tersenyum penuh kemenangan kala kapalnya terus berlayar hingga akhir cerita.

"Udah gue duga sampe ending si Suho bakal sama Mbak Jukyung," ujar Rini.

"Udahlah sedih aku ngeliat Seojun jadi sadboy."

"Bikin tiktok yuk Ra?" ajak Rini seraya menutup laptop milik Tiara.

"Tiktok apaan?"

"Yang lagi booming ituloh. Bikin konten niruin gaya si Sisca Kohl gitu," ujar Rini sambil menunjukkan beberapa video gadis yang disebutnya pada Kiara.

"Oh ini. Mau bikin konten apa? Yang bermanfaat dikit kek," ujar Tiara.

"House tour aja, rumah kamu 'kan gede."

Tiara lantas menggelengkan kepalanya cepat. "Rumah aku nggak segede itu ya. Yang lain, masak-masak kek atau nunjukin peliharaan unik kek," saran Tiara.

"Masakan kamu mah aneh, yang ada nggak masuk FYP. Lagipula peliharaan kamu buaya sama kelinci blasteran, yang ada disangkanya kamu pawang kebun binatang."

Tiara mengerucutkan bibirnya kesal dengan ucapan sahabatnya.
"Terus apa dong?"

"Dibilangin ngikutin gaya Mbak Sisca kohl."

"Enggak usah gegayaan hedon deh. Inget, kita nunggak uang kas dua Minggu," ujar Tiara mengingatkan.





Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang