empat puluh

1.9K 204 36
                                    

"Jangan main HP mulu, Ra."

Tiara menoleh ke arah Rini lalu mengangguk dan meletakkan ponselnya di samping piring somay-nya.

"Rini ... nanti temenin aku ke toko buku, yuk?" ajaknya.

"Tumben, mau ngapain?" tanya Rini.

"Mau beli buku, lah. Mau apa lagi?"

"Assalamu'alaikum, wahai para ukhtiers!" sapa Haekal tiba-tiba dan di susul Karel dan Juni di meja mereka.

"Wa'alaikumsalam," sahut keduanya dengan kompak.

"Bagi Ra somay-nya," pinta Karel pada Tiara.

Tiara pun menarik piringnya lalu menggeleng cepat. "Beli sendiri dong," ujar Tiara.

"Lagi bokek nih, abis kalah balapan."

Rini sontak memukul bahu Karel kencang hingga membuat sang empu meringis kesakitan kala sepupunya memukul tepat pada luka lebamnya.
"Aduh, sakit Rin. Bekas tonjok ini," ringisnya.

"Sukurin! Suruh siapa balapan! Jago juga enggak."

"Eh, lo berdua besok diundang Tante Zahra ke rumahnya buat ngerayain ulang tahun si Om Lukman," ujar Juni.

"Tante Zahra tuh siapa?" tanya Tiara.

Karel sontak membulatkan matanya terkejut. "Lo kagak kenal emak gue, Ra?"

"Oh ... mamahnya Kak Rel? Baru tau," sahut Tiara dengan tenang.

"Tega banget lo kagak kenal calon ibu mertua," ujar Karel dengan dramatis.

Tiara memutar bola matanya jengah lalu menyuapkan satu bulatan somay ke dalam mulutnya tanpa minat menjawab ucapan Karel.

"Kalo acaranya malem nanti sekolahnya kesiangan gimana?" tanya Rini.

"Hari selasanya 'kan pengambilan rapot. Santai aja kali."

Begitu mendengar ucapan Haekal, sontak Tiara tersedak somay-nya hingga membuatnya terbatuk-batuk. Karel pun langsung menyodorkan segelas air untuk Tiara.

"Sante aja Ra kagak jadi gue minta tuh somay," ujar Karel sembari menepuk-nepuk punggung Tiara.

Rini yang melihat aksi modus sepupunya pun langsung ambil tindakan. Ia pun memukul punggung tangan Karel menggunakan sendok hingga Karel menjauhkan tangannya dari punggung Tiara.

"Jangan sentuh yang bukan mahram!" tegur Rini tegas.

"Ambil rapotnya sama orang tua nggak si?" tanya Tiara.

Juni mengangguk singkat. "Wajib sama wali setau gue."

"Hari selasa 'kan Bapak ke luar kota, terus yang ngambilin rapot siapa? Masa tukang ojek lagi?" gumam Tiara lirih.

***

"Pak, boleh ya?" tanya Tiara pada Hendra.

"Pulangnya jam berapa?"

Tiara tampak berpikir sejenak lalu menatap sang ayah. "Ya Tiara enggak tau. Tapi di rumah Om Lukman ada si Rini juga," ujar Tiara.

"Yaudah kalo pulang jangan lupa telpon Pak Agus buat jemput."

Tiara menganggukkan kepalanya patuh.
"Kado buat bapak-bapak yang bagus apa ya?" tanya Tiara ketika teringat bahwa ia belum menyiapkan hadiah untuk ayah Karel.

"Kado aja jam tangan. Rolex atau nggak Alexandre Christie yang rada murah. Bapak tau kamu nggak punya duit," saran Hendra.

Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang