dua puluh satu

1.9K 216 11
                                    

Tiara bersenandung kecil di tengah-tengah aktivitas memasaknya. Kali ini tidak ada masakan aneh, hanya akan ada masakan spesial untuk orang spesial malam ini. Rini yang melihat wajah bahagia dengan senyuman merekah milik Tiara hanya bisa terkekeh pelan. Raka bagi Tiara adalah sebuah kebahagiaan lain. Rini harap sahabatnya tidak akan tersakiti karena takdirnya.

"Apa nggak pegel itu mulut senyum mulu?" tanya Rini.

Tiara menolehkan kepalanya sekilas menatap Rini yang tengah bersandar di kulkas.

"Biar keliatan masaknya penuh dengan rasa cinta," sahut Tiara sembari memotong kangkung yang tadi dibeli Rini.

"Papi Mami besok pulang," ujar Rini seraya membuka pintu kulkas lalu mengambil air minum.

"Berarti besok kamu pulang?" tanya Tiara.

"Heem."

"Ih, nginep sini lagi aja."

Rini menggelengkan kepalanya cepat, "Halah, rumah kita hadep-hadepan juga."

"Yaudah deh, besok aku ke rumah kamu ya?"

"Ngapain?"

"Minta oleh-oleh lah."

Rini menggelengkan kepalanya pelan lalu kembali memasukkan botol yang ia ambil ke dalam kulkas. Ia berjalan mendekati Tiara lalu mengambil sendok kecil untuk mencicipi masakan Tiara.

"Tumben enak," ujar Rini begitu mencicipi masakan Tiara.

Tiara tersenyum bangga lalu menepuk-nepuk dadanya, "Panggil aku chef sekarang."

"Pak Raka beneran dateng emang?" tanya Rini.

Sembari memindahkan tumis kangkung ke dalam wadah, Tiara menganggukkan kepalanya menanggapi. "Insyaallah dateng. Aku paksa tadi."

"Yaudah, semoga lancar acara makan malamnya."

***

Tiara tak henti-hentinya menatap ponselnya yang sedari tadi menyala. Ia tengah menunggu balasan pesan dari Raka untuk menghadiri acara makan malam bersamanya. Rini sudah pulang ke rumahnya dan Hendra tidak dapat pulang hari ini. Ia menghela napas pelan ketika sudah menyadari bahwa ia sudah menunggu Raka sekitar hampir setengah jam dari jam makan malam.

"Ampe dingin loh makanannya," ujar Tiara memberi pesan lewat voice note pada Raka.

Dengan malas ia membalikkan piringnya lalu mengambil nasi dan lauk yang telah susah payah ia masak. Sebelum makan ia sempat berdoa lalu memakannya dengan tenang. Sesekali ia kembali mengecek ponselnya, berharap ada balasan dari Raka.

"Setidaknya bilang kek kalo nggak bisa," gerutunya kesal. Walaupun, dalam hatinya ia juga merasa bodoh karena memaksa Raka yang sepertinya tidak begitu tertarik dengan ajakannya.

Setelah selesai makan malam, Tiara membuang sayur yang tidak dapat dihangatkan kembali lalu memasukkan ikan serta ayam yang telah ia masak ke dalam kulkas.

Di sisi lain, Raka baru saja selesai mengetik soal untuk ujian tengah semester yang akan berlangsung senin depan. Ia meregangkan otot-otot tubuhnya lalu menyandarkan tubuhnya pada kepala kursi. Tangannya bergerak mengambil ponsel dari samping laptopnya lalu membuka beberapa pesan yang masuk. Ia membelalakkan matanya ketika melihat banyaknya pesan dari Tiara. Begitu Raka buka pesan tersebut ia baru saja teringat bahwa ia memiliki janji dengan gadis itu untuk makan malam bersama.

"Ampe dingin loh makanannya."

Begitulah isi pesan dari Tiara. Ia mengusap wajahnya pelan lalu bangkit dari duduknya. Ia mengambil jaket yang tergantung di gagang pintu kamarnya kemudian berjalan menuju garasi rumahnya untuk mengambil motornya.

Raka Untuk TiaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang