35. Tinggal Bareng part 2

Start from the beginning
                                    

"Zeta?" panggil Agra seraya mengetuk pintu lagi. 

Tidak juga dijawab. Agra memutar knop pintu. Dikunci! 

Kenapa cewek itu bersikap seperti ini hanya karena tidak mau melihat wajahnya. 

Agra menghela napasnya. Tidak punya pilihan lain selain mengetuk pintu lagi. 

"Zeta?" Agra memanggil nama itu lagi. "Lo nggak mau keluar sampe orang tua lo pulang? Sampe berapa hari ke depan lo bakal bersikap kayak gini terus? Jangan karena nggak mau ketemu gue lo menyiksa diri lo sendiri. Zeta?" Agra memanggil frustrasi nama itu. 

Tetap tidak ada respons yang ia terima. Agra kembali menghela napas. Memandang pintu putih yang tertutup rapat di depannya. Lalu kembali mengatakan sesuatu. 

"Nanti kalo lo lapar turun ke bawah. Kalo nggak nanti gue suruh Bi Izah yang antar makanannya ke sini kalo lo memang nggak mau keluar kamar." 

Agra memperhatikan knop pintu. Tidak ada tanda Zeta akan keluar ataupun membuka pintu kamar untuk merespons perkataannya. Dia lantas berbalik dan melangkah pergi.

Agra melupakan sesuatu. Bukan hanya tidak akan merespons ucapannya. Selama di rumahnya, Zeta juga bisa bersikap seperti ini agar mereka tidak pernah bertemu.

Situasi ini lebih sulit dibandingkan dengan Zeta yang tidak mau meresponsnya. Agra lebih baik tidak direspons. Tapi cewek itu tetap mau beraktivitas seperti biasa. Tidak menganggapnya. Daripada seperti sekarang. 

***

Karena besok tidak sekolah. Agra menggunakan waktunya untuk begadang semalaman, MABAR game online sepuasnya hingga pagi. Tapi tentunya setelah menghabiskan waktu tiga jam untuk belajar.

Sekitar pukul tiga pagi Agra keluar kamar, air putih di dalam gelasnya habis. Itu sebabnya dia terpaksa keluar.

“Lo belum tidur?” Agra tidak sengaja bertemu Zeta saat berjalan di anak tangga. Cewek itu ingin kembali ke lantai dua.

“Udah makan?” tanya Agra lagi. Terakhir kali Agra meminta Bi Izah mengantarkan makanan ke kamar Zeta. Tapi dia tidak tahu Zeta menerimanya atau tidak. 

Agra memperhatikan termos kecil yang Zeta genggam menggunakan kedua tangan. Sepertinya cewek itu baru kembali dari dapur.

“Buat apa air panas?” Agra menjadi sangat penasaran. Dia menahan tangan Zeta sebelum cewek itu melewatinya. Memperhatikan wajah Zeta yang tampak pucat.

“Lo sakit?” Agra hendak menaruh tangan di kening Zeta. Tapi dengan cepat tangannya langsung ditepis.

Zeta menarik tangannya dari genggaman Agra. Lalu melewati Agra begitu saja.

Mana mungkin Agra biarkan. Jika cewek itu kenapa-kenapa dia yang akan mendapatkan masalah. Agra pergi menyusul, saat Zeta akan meraih knop pintu kamarnya, saat itu Agra menarik tangan Zeta hingga membuat cewek itu kembali menghadapnya.

“Lo kenapa? Kali ini jangan diam Zeta. Kalo lo kenapa-kenapa gue yang bakal dapat masalah,” ucap Agra langsung.

Zeta menarik tangannya sekuat mungkin dari genggaman Agra. Menatap tidak suka cowok di hadapannya.

“Jangan ganggu gue. Jangan ngetuk pintu kamar sesuka hati lo meski ini rumah lo. Dengan begitu lo nggak akan dapat masalah apa pun,” ucap Zeta dengan nada yang dingin.

Tidak habis pikir Agra dengan respons cewek di depannya itu. Memang dia sedang melakukan kesalahan apa.

“Sekarang untuk hal-hal kecil lo marah sama gue ya? Gue cuma mau tau lo kenapa,” balas Agra.

Garis LukaWhere stories live. Discover now