21. Penangkal Mimpi

204K 27.5K 8.1K
                                    

Selamat membaca 💙

Selalu vote dan spam comment ya.

Yang belum follow akun wattpad aku, silakan di follow dulu khairanihasan biar gk bertanya2 kpn update, mana updatenya, ih php dan sebagainya di kolom komentar. Karena aku selalu kasih info update, bbrp jam sebelum update ya. Kalo kalian mengikuti aku, pasti tahu kabarnya.

Ayo absen dulu. Kamu baca bagian ini jam berapa?

***

Saat ini Agra sedang berada di ruang kerja ayahnya. Ulangan sudah selesai, itu lah yang menjadi alasan Agra berada di ruang kerja ayahnya saat ini. Dia sedang menunjukkan hasil ulangannya.

"Nilai ulangan terakhir kamu turun?" Sultan berujar, matanya yang tajam mengintimidasi anaknya. 

"Iya, Pa," jawab Agra. 

"Kenapa?" Sultan menanyakan alasan kenapa nilai Agra bisa turun. Namun Agra tidak memiliki jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan ayahnya. Sebab itu anak lelaki yang berumur tujuh belas tahun itu hanya diam. 

"Bagaimana dengan nilai Sakha?" 

Ketahuilah pertanyaan itu hanya untuk membandingkan. Lalu setelahnya Agra hanya mendapatkan tekanan yang lebih besar. 

"Di atas Agra," jawab Agra meski tadi cowok itu sempat diam. 

Sultan meletakkan begitu saja lembar hasil ulangan Agra ke atas meja. Mengerti, Agra langsung mengambilnya. Memang selalu begitu, kalau nilai Agra turun sedikit saja atau kalah satu point dengan Sakha. Nilai berapa pun yang diperoleh Agra, tidak ada harganya di mata ayahnya. 

"Lebih giat belajar buat ujian kenaikan kelas. Papa nggak mau ada kejadian kayak gini lagi saat ujian nanti," ucap Sultan tegas dan tentunya tidak bisa dibantah. 

Agra mengangguk. Lantas meninggalkan ruang kerja ayahnya. 

Agra menjatuhkan bokongnya ke atas sofa yang ada di kamarnya. Di depannya buku-buku berserakan di atas meja. Mengambil buku yang terbuka, cowok itu kembali membacanya. Tadi pun sebelum dipanggil ayahnya ke ruang kerja, Agra sedang belajar. Nilai ulangannya turun, itu membuat kekhawatiran sendiri untuk Agra. Tapi dia mencoba tetap tenang. 

Seperti yang ayahnya katakan tadi, dia harus lebih giat belajar lagi. Dan itulah yang dilakukan Agra sekarang. Semua janji dengan teman-temannya dia batalkan. Agra menggunakan semua waktunya hanya untuk mengasah otaknya lagi. 

***

Agra menenteng sepatu sekolahnya sampai ke depan teras rumah. Lalu cowok itu duduk di bangku yang ada di teras, mengenakan kaos kaki dan sepatu sekolah dengan gerakan cukup santai. 

Alis cowok itu berkerut saat melihat ibunya jalan terburu-buru habis dari rumah Zeta. Tidak habis pikir, masih pagi tapi ibunya sudah mengunjungi rumah Zeta. 

"Agra, untung kamu masih di sini Nak," ucap Fanya. Seolah ada sesuatu yang buruk terjadi karena ibunya itu memasang wajah sangat khawatir.

"Kenapa sih Ma?" Agra berujar malas. Tetap memasang sepatu dengan santai.

"Sopir yang biasa antar jemput Zeta ke sekolah tiba-tiba badannya meriang. Om Raffa udah pergi dari tadi. Jadi---”

"Jadi sekarang pilihan satu-satunya, Zeta harus pergi ke sekolah bareng Agra, gitu kan?” Agra lebih dulu memotong ucapan ibunya.

Garis LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang