✨ Fifteen ✨

Magsimula sa umpisa
                                        

Jaehyun melambaikan tangannya tanpa menoleh, Pria itu kembali melanjutkan perjalanannya menuju suatu tempat, “Sampai jumpa, Legend.”

Jeno tersenyum geli dan membalas lambaian tangan Jaehyun, “Selamat tinggal, Jaehyun!”

✨  D R I P P I N  ' ✨

Sayup-sayup suara asing menyapa indera pendengarannya. Perlahan Pemuda itu membuka kedua matanya, membiasakan cahaya yang memasuki retinanya. Pemuda itu beranjak dari posisi tidurnya menjadi duduk bersandar pada dinding, Jungwoo merasa de javu dengan keadaan ditempat asing dengan empat sisi dinding yang membatasinya dengan dunia luar. Alat pasung yang sering dia saksikan dalam video di komputer Jaehyun, kini membelenggu kedua kakinya.

Jungwoo memegang kakinya yang terbalut kain kasa, Pria itu telah mengobati luka yang dia berikan.

Suara berasal dari pintu yang terbuka terdengar begitu nyaring, seorang Pria masuk ke dalam dengan membawa beberapa makanan junk food dan minuman didalam plastik.

Jungwoo memperhatikan kedua kaki Pria itu bergerak ke arahnya, dan berakhir dengan duduk disampingnya.

Jaehyun mengeluarkan makanan junk food dan minuman dari plastik, menaruhnya didekat Jungwoo. Kemudian Pria tersebut ikut duduk bersandar seperti yang Jungwoo lakukan kemudian menoleh ke arah Pemuda itu.

“Maaf, aku belum menyiapkan makanan yang layak untukmu. Sebagai gantinya aku membawakan beberapa makanan cepat saji dan minuman untukmu, semoga kamu menyukainya,”

Jungwoo menatap makanan dan minuman pemberian Jaehyun, “Terima kasih, Jaehyun.” ujarnya, kemudian mengambil salah satu makanan tersebut dan segera menyantapnya dengan rakus.

Pria itu tersenyum ketika Jungwoo menyantap makanan yang dia belikan, tangan Pria itu bergerak kemudian menyentuh pucuk kepala Jungwoo dan mengusapnya dengan lembut. “Makannya pelan-pelan, Sayang. Aku takut kamu akan tersedak,”

Jungwoo menurut, Pemuda itu melahap makanan dengan wajar.

“Kamu mengingatkanku dengan Ibuku,” ujar Jaehyun, Pemuda itu sekilas meliriknya kemudian menoleh ke arah lain. “Ibuku sosok yang baik, penyayang dan selalu melindungiku dari perbuatan kasar Ayah. Tetapi pada akhirnya, kami tetap menjadi sasak tinju untuknya setiap hari untuk meluapkan rasa kesalnya.”

Jaehyun menjauhkan tangannya dari kepada Jungwoo, tetapi Jungwoo mengmbil kembali tangan Jaehyun dan memandangnya. “Kumohon, lakukan lagi,”

“Lakukan apa?” tanya Jaehyun.

Jungwoo mencengkram tangan Jaehyun dan melakukan gerakan yang sebelumnya dilakukan Pria itu kepadanya. “Seperti ini.”

“Baiklah, aku akan melakukannya.” Jaehyun kembali mengusap rambut Pemuda itu, Jungwoo menundukkan kepalanya agar memudahkan Jaehyun melakukan permintaannya. “Bagaimana keadaanmu, apakah masih ada yang sakit?”

“Ada,” Jungwoo menunjuk bagian betisnya, “Itu yang terbaru, tetapi seluruh tubuhku terasa sakit.”

Setelah itu Jungwoo kembali menyantap makanan lain, dan tampak terbiasa dengan kehadiran Jaehyun yang telah berulang kali menyakitinya.

“Maaf, perbuatanku ternyata hanya menyakitimu. Tetapi hanya cara-cara seperti itu agar aku bisa melindungimu, dan kamu tetap berada disisiku,”

Sejenak Jungwoo menghentikan aktivitas makanannya, Pemuda itu menundukkan kepalanya, meratapi nasibnya kini berada dalam kuasa Jaehyun. Pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan dan jawaban pro kontra yang membuatnya sedikit pusing.

“Kenapa kamu melakukan semua ini kepadaku?”

“Aku tak yakin dengan cara lain bisa melindungimu.” jawab Jaehyun.

Jungwoo mencengkram erat makanan yang berada ditangannya, “Jika kamu melakukannya seperti biasa, mendekatiku tanpa memaksa seperti ini, mungkin saja bisa, Jaehyun. Tetapi kamu memilih pilihan yang salah, kamu telah menyakitiku dan mengurungku seolah-olah aku-lah penjahatnya.”

“Maaf, hanya kata 'maaf' yang bisa aku ucap kepadamu. Dan benar kata Ayahku, aku memang Orang yang buruk.”

“Jika manusia memilih pilihan yang salah bukan berarti dia manusia yang buruk, tetapi itu namanya manusiawi. Namun aku belum bisa memaafkan semua tindakanmu kepadaku.”

Jaehyun tersenyum miris, tangannya menjauh dari kepala Jungwoo. “Kamu tidak perlu memaafkanku, ini semua salahku. Tapi aku ingin kamu tetap berada di sisiku,” Jaehyun menyodorkan jari kelingkingnya kepada Jungwoo, “Pinky swear?”

Jungwoo memandang Jaehyun, mencari makna yang sebenarnya dari tatapan teduh tersebut. Jungwoo mendekatkan jemari kelingkingnya, dan menautkannya. “Pinky swear.”

Keduanya saling berharap lewat janji yang mereka ucap, jika Jaehyun berharap Jungwoo akan selalu berada disisinya, berbeda dengan Jungwoo yang menginginkan hal lain.

✨ To Be Continue ✨

N o t e :

Hai, Blue balik lagi nih.
Masih adakah yang nungguin kelanjutan fiksi ini dan juga fiksi yang lain?

Blue juga ingin promosi nih!!!!
Beberapa waktu yang lalu Blue membuat dua fiksi baru, judulnya 'Heather' dan 'Unsure'
Yuk, buruan ditambahkan ke perpustakaan dan daftar bacaan kalian. Fiksinya dijamin seru loh, nanti nyesel kalau ga dibaca.

Drippin' | Markwoo + JaewooTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon