Bab 20 | Kenapa baru sekarang?

1.2K 153 5
                                    

Kalimat Sarah mengusiknya. Setelah tidak diizinkan membuka suara, Sarah memintanya pergi.

Sial!

Badar melangkah tak tentu arah tujuannya. Dia hanya terus melangkah. Sapaan dari para pelayan tidak dihiraukannya sampai langkahnya terhenti didepan pintu masuk labirin.

Bayangan Sarah saat menggodanya masuk ke labirin muncul. Senyum jahil Sarah dan bagaimana dia mengejar Sarah saat itu terpampang jelas di sana.

Dada Badar tiba-tiba sesak. Serangan nyeri menusuk-nusuk di sana. Perutnya bergejolak tidak karuan. Perasaan apa ini?

Kakinya kembali melangkah. Dan lagi-lagi, tanpa dia sadari, Badar berada galeri seni Ibunya. Bayangan dirinya dan Sarah muncul di sana. Sekali lagi Badar merasakan perasaan aneh.

Dia kembali melangkah pergi dan sampai didepan Aula Khusus. Kedua tangannya mendorong pintu dan melangkah masuk. Piano di sana seakan berbunyi. Sosok bayangan Sarah duduk di sana membuat Badar tersenyum. Nada indah yang dimainkan Sarah memenuhi dirinya. Kehangatan menyelimutinya.

Dan akhirnya Badar tersadar....

Bayangan itu lenyap. Kesunyian Aula Khusus menjadi saksi tawa getir dari Badar.

Semuanya menjadi jelas sekarang. Kenapa baru sekarang dia menyadari? Sosok Sarah sudah mencuri perhatiannya saat pertama kali mereka bertemu. Senyum Sarah dan tatapan mata lembut perempuan itu sudah berhasil membuka pintu hati Badar. Tanpa permisi, Sarah masuk ke dalam hatinya. Memenuhi dirinya dengan cinta.

"Sarah ... Betapa bodohnya aku."

***

Udara dingin menyelimuti Qattare pagi ini. Kabut menyelimuti jalanan kota yang masih sepi bahkan lampu jalan masih menyala terang. Di dalam istana, setelah menyadari betapa bodohnya dia, tekadnya memperbaiki hubungannya dengan Sarah membuat Badar bersemangat.

Karena pemberitahuan kedatangannya pagi-pagi, Halimah jadi kelabakan, gadis itu memberi salam dan menyampaikan mungkin saja Sarah masih tidur, namun Badar tidak peduli. Dia tetap masuk ke dalam kamar Sarah dan mengamati perempuan itu berbaring miring memunggunginya.

Kerinduan menyusup dalam dirinya. Badar duduk di sofa sambil terus mengamati Sarah. Dia rindu tidur sambil memeluk Sarah. Memeluk satu sama lain seraya bercengkerama membicarakan kegiatan mereka. Saling bertukar pikiran tentang kemajuan Qattare.

Ah! Badar merindukan itu semua. Dan dia baru menyadarinya sekarang, setelah dia melakukan semua kesalahan. Terlebih Sarah sedang mengandung darah dagingnya. Calon Pangeran masa depan atau mungkin Putri masa depan Kerajaan Qattare.

Seulas senyum tersungging di bibirnya, bersamaan dengan itu, tubuh Sarah bergerak berbalik, tepat, mata mereka saling bersinggungan. Sarah terdiam, begitupun dengan Badar. Tidak ada yang bergerak atau bersapa tegur. Keheningan pagi buta menguasai kamar Sarah.

Entah siapa yang mengutus tatapan mereka, namun nyatanya Badar sudah bergerak merangkak diatas tempat tidur, berbaring di sisi Sarah.

"Pangeran," lirih Sarah. Dia tahu seharusnya dia menjauh dari Badar namun tubuhnya bergeming dalam posisi miring, saling berhadapan.

"Aku merindukanmu. Karena itu aku datang kemari. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, Pangeran. Saya sudah mengatakan dengan jelas kemarin. Kalau saya sudah menyer—"

"Kau memang mengatakan menyerah," potong Badar buru-buru. "Tidak masalah. Kali ini, biarkan aku yang berusaha. Aku tidak menyerah, Sarah. Aku memang terlambat menyadarinya, aku memang bodoh. Walau sudah terlambat. Biarkan aku mengatakannya kepadamu ... Sarah, Aku mencintaimu...."

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now