Bab 14 | Keputusan Akhir

898 132 24
                                    

Dengan wajah berang Badar berjalan cepat keluar dari ruang kerja Ayahnya. Seharusnya Ayahnya bisa menebak kemana keputusannya akan berlabuh. Nora sudah melahirkan anaknya, lalu bagaimana dia tinggal diam Ibu dari anaknya tinggal di luar istana?

Dia mengerti kekhawatiran Ayahnya tentang dirinya dan Sarah, namun Badar sudah menjelaskan diawal pernikahan mereka. Bahwa hatinya milik Nora. Tapi....

Langkah Badar terhenti seketika....

Perasaannya kepada Sarah memang sudah berubah. Dia menyerah pada tarikan perasaan itu. Badar mengakuinya namun disisi lain, dia juga tidak bisa menghiraukan Nora dan anaknya, darah dagingnya. Keputusan menikahi Nora memang baru-baru ini terpikirkan olehnya.

Lalu kalau bukan mengambil keputusan itu, dia harus mengambil keputusan apa? Membiarkan Nora dan anaknya tinggal diluar istana? Membiarkan Nora membesarkan anaknya diluar sana? Tanpa tahu bahwa Hakim masih memiliki darah keturunan calon Raja Qattare?

Ayahnya bilang sebelum memimpin negara ini, dia harus bisa memimpin keluarganya sendiri, kan? Dan inilah keputusan Badar.

Perasaan Sarah mungkin sedang kacau mengingat perempuan itu pernah menyatakan cinta kepadanya dan sampai sekarang Badar belum mampu menjawab pernyataan itu.

Kenapa? Karena Badar masih meragu....

Hubungan mereka masih baru sedangkan hubungannya dengan Nora sudah terjalin lima tahun lamanya. Tidak mungkin rasa hatinya berubah begitu cepat, kan?

***

Sofa empuk yang diduduki Nora tidak membuat dirinya nyaman. Sejak beberapa menit lalu dia duduk tegang seakan dia duduk diatas ranjau, bergerak gelisah. Bagaimana tidak? Setelah Badar mengantarnya ke kamar, lelaki itu meminta izin untuk pergi sebentar lalu saat dia hendak beristirahat bersama Hakim, tiba-tiba Istri Badar, Sarah, Putri Mahkota Qattare itu datang menemuinya.

"Dia lucu sekali...."

Senyum canggung di tunjukkan Nora melihat bagaimana Hakim duduk nyaman dipangkuan Sarah, berceloteh bermain. Tangan putranya menggapai-gapai Sarah, menepuk pipi sang Putri Mahkota itu.

"Hakim! Jangan, sayang...."

"Tidak apa. Tidak sakit, kok. Jari-jari mungil ini tidak mungkin bisa menyakiti seseorang...."

Nora merasakan sesuatu mendengar kalimat itu. Dia tahu, seharusnya dia tidak berada disini sekarang. Dia tidak seharusnya menerima ajakan Badar untuk tinggal di istana.

"Aku akan membawa kalian tinggal di istana...."

"Badar...."

"Aku tidak bisa membiarkan dirimu dan Hakim celaka. Pemimpin mereka masih belum ditemukan. Aku pikir dia akan datang kembali. Dan saat itu, kalian sudah jelas aman tinggal di istana...."

"Jangan, aku—"

"Nora! Lakukan ini demi Hakim. Aku akan membawa Paman dan Bibimu juga."

Saat Badar membawa Hakim dalam kalimatnya, tiba-tiba dia berpikir apa salahnya. Hakim putra Badar. Lelaki itu terkejut diawal Bibinya membawa Hakim di ruang rawatnya. Tanpa mengatakan apapun, Badar menatap dirinya dan mengucapkan banyak terima kasih karena masih hidup.

"Terima kasih ... Terima kasih karena masih hidup dan melahirkan anakku. Terima kasih...."

Saat itu Nora terkejut. Badar tidak marah, lelaki itu tidak melontarkan kata-kata keji kepadanya karena sudah menghilang selama setahun dan membiarkan Badar berpikir dia sudah meninggal. Saat itu Nora hanya bisa memeluk Badar. Merapatkan pelukannya. Pada akhirnya dia kembali ke tempat ternyaman dalam hidupnya.

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now