Bab 9 | Apa?

848 125 2
                                    

Malam sebelum perayaan hari anak, halaman di luar gerbang istana disulap menjadi pasar malam. Banyak stand makanan, mainan bahkan aksesoris khas dari kerajaan tetangga. Gelak tawa terdengar dari depan, belakang, samping kanan kiri membuat senyum Sarah tidak hilang sejak melangkah keluar gerbang istana.

"Ayah! Aku mau itu!"

"Ibu! Aku cantik, kan? Aku mau ini!"

Sarah memandang haru kearah pemandangan keluarga kecil yang berinteraksi didepan stand aksesoris.

"Stand ini ada sampai tiga hari ke depan. Sebelum perayaan, hari H perayaan dan sesudahnya. Ayah membuat hari libur nasional selama itu agar setiap keluarga memiliki waktu bersama di tengah kepenatan bekerja dan bersekolah...." Jelas Badar kemudian menoleh pada Sarah yang sepertinya tidak mendengarkan penjelasannya.

Perempuan itu malah asyik memperhatikan pemandangan keluarga-keluarga kecil yang berdiri di stand, ada yang memesan makanan, bermain, memilih aksesoris dan lainnya. Bahkan Badar bisa melihat senyum Sarah.

Hari ini Sarah memakai mantel berwarna abu-abu dipadukan dengan celana hitam kain. Pakaian yang sederhana, pikir Badar. Bahkan style mereka hampir mirip.

"Bagaimana dengan di Ameer? Jujur, aku belum kesana sama sekali. Saat Ayah kunjungan ke sana, aku terkena cacar dan tidak bisa ikut."

"Di Ameer...." Sarah menggantung kalimatnya, berkata sambil berjalan menatap pemandangan menerawang lalu tiba-tiba langkahnya terhenti. Badar mau tidak mau berhenti juga. Dia menunggu.

"Tidak ada yang seperti ini."

Hati Badar mencelus seketika. Perasaan aneh seketika menyelimutinya. Nada Sarah terdengar sedih. Dia jadi penasaran sebenarnya bagaimana Ameer? Bagaimana kehidupan Sarah dulu di Ameer?

"Apa sesuatu terjadi di Ameer?"

Sarah seakan tersentak kembali ke dalam kenyataan, dia buru-buru menoleh tersenyum pada Badar. "Apa? Tidak ada yang terjadi ... Disini lebih maju. Itu saja...." Senyum Sarah mengembang, dia menoleh melihat sekeliling dan menunjukkan stand permainan. "Bagaimana kalau bermain disana?" Tidak menunggu persetujuan Badar, Sarah langsung melangkah menuju stand permainan itu.

Badar tertegun sejenak memandang kepergian Sarah. Cukup lama dia berdiri disana memandang Sarah sampai perempuan itu terlihat memegang bola dan bersiap melempar bola itu. Badar mendekat, berdiri di sisi Sarah yang sudah melempar bola dan meleset, tidak mengenai kaleng-kaleng kosong itu.

"Yah!" Desah Sarah sedih. Seketika Badar merebut sisa bola di tangan Sarah. "Eh! Pang-" kalimat Sarah seketika menggantung saat Badar menatapnya tajam. Dia langsung mengatupkan bibirnya menunjuk.

"Aku ahli dalam hal semacam ini...." Gumam Badar seraya melempar dua bola sisa Sarah tadi dan bola-bola itu langsung mengenai kaleng-kaleng itu.

"Wah! Berhasil! Keren!" Puji Sarah bertepuk tangan, beberapa orang disana ikut melakukan itu, terpukau akan apa yang dilakukan Badar.

Sang penjaga stand memberikan dua buah boneka singa kecil pada Badar. "Terima kasih...." Badar langsung memberikannya pada Sarah. "Satu untukku, satu untukmu...."

Tertegun, Sarah memandang bergantian pada boneka lalu Badar.

"Ambillah ... Kita harus pergi dari sini, banyak orang yang mengantre...."

"Oh! Ya...." Sarah mengambil boneka itu, memeluknya.

Keduanya berjalan bersama, Sarah sesekali menunjuk ke stand permainan lagi namun Badar menggeleng. Kemudian Sarah menunjuk stand makanan, kali ini Badar mengangguk.

Mereka makan-makanan khas Qattare. Roti yang empuk dengan toping wijen, lalu diberi saus. Rasanya benar-benar lezat. Sarah sampai tersenyum bahagia dengan mata terpejam, hal itu membuat Badar ikut tersenyum.

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now