Bab 3 | Jalan - jalan

933 125 0
                                    

Sarah menangis sesenggukan sambil menutup mulutnya agar tangisnya tidak terdengar keras. Pintu terbuka lalu tertutup terdengar bersamaan dengan suara Halimah memasuki kamar. Gadis itu terkejut dan berlari ke sisi tempat tidur Sarah.

"Putri! Apa yang terjadi?! Pangeran mengatakan Anda membutuhkan saya. Dan... Dan kenapa Anda menangis, Putri? Apa Pangeran berbuat jahat pada Anda?"

"Bantu aku membersihkan diri, Halimah!" Sarah bergerak dan sengatan nyeri di pusat dirinya membuat Sarah meringis kesakitan. Halimah menatap ngeri. Dia melihat Sarah kesakitan.

"Saya akan menyiapkan air hangat untuk Anda membersihkan diri. Putri tunggu di sini saja..." Dan Halimah segera melesat menghilang dalam kamar mandi.

Kenapa tangis Sarah belum juga berhenti dan malah semakin menjadi-jadi. Sarah! Berhentilah menangis! Perintahnya pada diri sendiri. Tubuhnya tiba-tiba dingin. Sarah merasa kehilangan kehangatan tubuh Badar dalam dirinya. Sekarang dia kedinginan, ya! Sarah kehilangan kehangatan dan akhirnya tahu kenapa dia menangis.

Karena dia menginginkan kehangatan Badar sepenuhnya. Hanya untuk dirinya. Badar memperlakukannya dengan baik dan... Dan tidak pernah Sarah merasakan kebahagiaan seperti ini.

"Mari, Putri. Air hangatnya sudah siap."

"Kau benar, Halimah. Pangeran Badar sangat tampan. Dia juga lelaki baik."

"Kalau benar begitu. Kenapa Putri menangis?" Halimah meringis sedih melihat Sarah menangis.

"Aku rasa ini bukan tangisan sedih, Halimah. Ini tangis bahagia. Aku begitu bahagia saat Pangeran Badar..." Sarah tidak melanjutkan. Dia memeluk dirinya sendiri mencoba memberikan kehangatan. "Aku... Belum pernah aku merasakannya, Halimah..."

Oh! Halimah merasa sedih sekarang. Sejak kecil, dia tahu bagaimana keluarga Sarah memperlakukan Sarah dengan begitu buruk. Namun, Sarah bilang ini adalah tangis kebahagiaan. Jika memang begitu, Halimah bahagia untuk Sarah karena akhirnya...Sarah mendapatkan kebahagiaannya dan lepas dari penjara Kerajaan Ameer yang terkutuk.

"Putri..."

"Rasanya aku begitu bebas, Halimah. Aku... Aku merasa bisa meraih apapun sekarang. Lepas dari peraturan dan perilaku buruk Ayah. Aku... Aku...."

"Putri!" pecah sudah tangis Halimah. Dia bersimpuh menangis di sisi tempat tidur Sarah. Dalam hati terus merapal doa. Untuk kebahagiaan Sarah.

***

Badar memasuki ruang makan. Di sana hanya ada Sarah yang terlihat bersinar mengenakan dress selutut bermotif bunga matahari. Dalam diam Badar menarik kursi. Pelayan langsung menghidangkan makanan dan pergi meninggalkan keduanya.

"Aku minta maaf karena semalam sudah melukaimu. Kau tahu aku lemah terhadap wanita yang menangis, kan? Sudah ku beritahu semalam. Jadi bisakah kita--"

"Saya baik-baik saja, Pangeran."

Aktivitas makan Badar berhenti. Wajahnya mendongak menatap Sarah yang sudah menatapnya. Wajahnya bersih menawan dengan polesan make-up tipis. Namun bibir Sarah mencuri perhatian Badar, membuat lelaki itu menelan ludah dan memilih meneruskan sarapannya.

"Aku tidak melihat Ayah dan Ibu..."

"Saat Saya tiba, Raja dan Ratu--" Sarah menggantung kalimatnya saat Badar tiba-tiba menatapnya. Sarah berdeham, "Ayah dan Ibu sudah selesai sarapan. Mereka pergi untuk menemui Kakek."

Badar mengangguk dan melanjutkan sarapannya. Berbeda dengan Sarah yang kini memandang Badar. Wanita itu tampak ingin mengatakan sesuatu.

"Bicara saja!" Badar melirik Sarah kemudian memasukkan potongan daging ke dalam mulutnya. "Di sini kita bebas mengobrol sambil makan..."

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now