Bab 19 | Milik Badar

1.4K 185 13
                                    

Tanah Qattare basah. Hujan mengguyur sejak dua hari yang lalu tanpa henti. Menunjukkan kesedihan, duka mendalam yang mencerminkan suasana hari sang Putra Mahkota Kerajaan Qattare.

Badar berdiri dibawah hujan memandang kosong pada peti mati yang sudah hampir tertimbun tanah basah. Orang-orang disekitar melakukan hal yang sama dan beberapa kali menatap wajah Sang Putra Mahkota yang sedih.

"Ini sulit dipercaya."

"Kamu benar. Dua orang sekaligus. Nasib sial menimpa Pangeran Badar."

Nasib sial, ya? Pikir Badar. Dia tersenyum miris memikirkan itu.

Mungkin yang mereka katakan benar. Nasib sial menimpaku, dua orang. Nora dan Hakim.

Kedua tangannya mengepal erat disisi tubuh, matanya terpejam. Bayangan kejadian hari itu seperti mimpi buruk untuknya.

Proses evakuasi cukup sulit karena berada di laut. Namun Badar dengan menguatkan hati tetap ikut dalam setiap prosesnya. Bahkan sejujurnya, dia sempat melupakan Sarah yang saat itu sedang dirawat di rumah sakit. Sejak malam itu, dia belum bertemu dengan Sarah.

Dan setelah pemakaman ini, bagaimana dia harus menghadapi Sarah?

Rasa-rasanya semua kembali ke awal. Seperti De Javu. Jika dulu dia hanya kehilangan Nora, kali ini dia kehilangan seorang Putra.

Hakim...

Wajah putranya membayanginya. Dan air mata Badar lolos dari bendungannya sejak tadi. Dia mengigit bibir menahan semua perasaannya.

Satu persatu orang-orang meninggalkan area pemakaman. Bahkan orang-orang itu tidak berani mendekati Badar. Termasuk Alaric dan Bella. Mereka berpelukan memandang sedih pada Badar.

Setelah sendirian, Badar jatuh berlutut di sisi makam Nora kemudian memandang ke samping makam Nora. Di sana makam Hakim.

Ya Tuhan, kenapa kau mengambil dua orang sekaligus.

Hujan masih terus mengguyur, Badar masih pada posisinya berlutut di sisi makam Nora. Tidak jauh dari sana. Sarah bersama Halimah yang setia di sisinya. Ini seperti kali pertama dia datang ke Qattare.

Hari itu hujan juga mengguyur Qattare. Dia mendengar soal Pangeran Badar yang datang ke area pemakaman, Sarah memang belum pernah bertemu namun saat melihat sosok lelaki itu di sana dan marah marah. Sarah merasa Badar memiliki hati lembut. Terlihat dia berada dalam lingkup keluarga bahagia.

"Halimah...."

"Ya, Putri?"

"Bisa kamu tinggalkan aku? Aku ingin sendiri."

"Tidak! Saya tidak akan meninggalkan Putri. Putri baru saja sembuh, jika terus berada dibawah hujan, Anda bisa sakit, Putri."

"Aku baik-baik saja."

Sarah memandang Halimah. Gadis itu terkejut mendengar nada tegas dari Sarah. Pada akhirnya, Halimah menghela napas kemudian berbalik meninggalkan Sarah. Tanpa ragu, Sarah mendekati Badar, mencengkeram erat gagang payung. Dia mendekat dan berdiri disisi Badar, memayungi suaminya.

"Sarah...."

Sarah mendengar namun dia tidak menyahut, yang dia lakukan hanya memandang dua gundukan tanah secara bergantian. Dia juga merasa sedih dengan kepergian Nora dan Hakim.

Senyum Hakim dan bayangan keberadaan balita itu dalam pelukannya membuat dada Sarah nyeri.

Keduanya seperti itu untuk beberapa waktu yang lama. Hanya memandang gundukan tanah dalam diam dengan hujan setia menemani mereka.

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now