Bab 2 | Tugas

999 132 0
                                    

Halimah, gadis muda berusia 19 tahun itu tersenyum bahagia sambil menyisir rambut indah Sarah. Tangannya telaten mengelus lembut dan menata rambut Sang Putri. Sejak usianya 10 tahun, Halimah sudah menjadi pelayan setia Sarah. Dia di didik untuk membantu sang Putri dalam segala hal.

"Rambut Putri sudah lebih panjang sekarang. Saya juga sudah memberikan minyak mawar khas Ameer. Sekarang, rambut Putri benar-benar indah."

"Terima kasih, Halimah. Kau banyak membantuku."

"Ini sudah menjadi tugas saya, Putri." seru Halimah dengan ceria. "Saya sangat senang Putri menikah dengan Pangeran tampan itu. Banyak pelayan membicarakan Pangeran Badar. Uh!" mata Halimah berbinar. Sarah terkikik pelan melihat reaksi Halimah. Buru-buru Halimah meminta maaf. "Maaf, Putri. Saya tidak bermaksud--"

"Tidak apa." Kedua pipi Halimah bersemu merah. "Apa Pangeran begitu tampan? Sampai-sampai membuat para pelayan terpesona?"

"Bukankah Anda sudah bertemu, Putri. Bahkan Anda sudah--" Halimah langsung menutup mulutnya. Dia terlalu bersemangat jika menyangkut Pangeran Badar. Oh, siapa yang tidak terpesona dengan ketampanan, kebijaksanaan dan wibawa Pangeran Qattare? "Maaf..."

Kali ini Sarah bukan hanya terkikik melainkan tertawa cukup keras. Dia berbalik memandang Halimah yang menunduk takut. "Sudahlah. Jangan seperti itu. Aku tidak marah. Sungguh..."

"Sungguh, Putri?" Sarah mengangguk meraih kedua tangan Halimah, mengusap punggung tangan gadis itu.

"Sekarang kau boleh pergi. Sebentar lagi Pangeran akan datang. Aku tidak mau kau pingsan di sini..."gurau Sarah. Tapi Halimah menanggapi dengan serius lalu buru-buru berpamitan.

Sarah hanya bisa menggeleng melihat tingkah Halimah. Gadis itu sungguh luar biasa. Apa yang diucapkan Halimah benar. Pangeran Badar benar-benar tampan. Garis rahang, mata cokelat bening, hidung mancung serta bibir yang sensual membuat Sarah menelan ludah. Bayangan ciuman mereka tadi pagi saat acara pernikahan membuat tubuh Sarah menghangat. Lalu dia membayangkan bagaimana rasa bibir itu saat berada di tubuhnya.

"Kau membuat air liur mu turun, Putri!"

Sarah tersentak sontak berdiri. Tubuhnya tiba-tiba dingin. Entah karena jubahnya yang kurang teb atau karena udara dingin menembus celah jendela.
"Saya tidak mendengar Pangeran masuk..."

"Karena kau terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri. Memikirkan malam pengantin kita?"

Mata Sarah membelalak sempurna. Sejujurnya membuat Badar ingin tertawa keras karena bisa menebak apa yang di pikirkan Sarah sampai wanita itu tidak menyadari kedatangannya.

"Jangan terlalu memikirkannya. Kau hanya perlu, menjalaninya. Percaya padaku..." Badar mendekat. Menutup jarak diantara mereka. Perlahan Badar mengangkat dagu Sarah. "Kau terlihat ketakutan. Terlihat jelas di matamu..."

"Bukankah itu hal lumrah, Pangeran. Setiap wanita yang hendak melakukan malam pertama akan ketakutan."

Badar tidak bisa menahan senyumnya. Sarah tidak takut dengan tatapan atau nada tinggi suaranya. Melainkan wanita itu takut pada malam pertama mereka. Dengan gerakan sensual, ibu jari Badar menyapu bibir Sarah. Memberi sensasi tersengat pada tubuh Sarah. "Aku masih bisa merasakan bibirmu di bibirku. Apa lipstik di Ameer begitu tahan lama?"

"Kami menggunakan bahan alami untuk membuatnya. Jadi jelas jawabannya adalah ya." Sarah berusaha mengendalikan suaranya agar tidak bergetar. "Pangeran..."

"Sebelum kita melakukan tugas ini. Aku ingin memberitahumu sesuatu..."

Badar bergerak mundur, menjauh sedikit dari Sarah hanya untuk duduk di tepi tempat tidur. Tangannya mengusap lembut seprai putih bertabur kelopak bunga mawar. Jadi ini sumber aroma menenangkan yang menyambutnya tadi?

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now