Bab 18 | Duka

1.1K 138 19
                                    

Di dalam kabin, Nora berbaring miring seraya menepuk pelan perut Hakim yang tertidur pulas. Dia memikirkan semua rentetan kejadian yang baru saja dia alami. Tepukannya pada perut Hakim berhenti. Sudah hampir dua jam kapal ini berlayar. Dia memandang Hakim sejenak kemudian beranjak turun dari tempat tidur, dia meletakkan bantal di sisi kanan dan kiri Hakim kemudian perlahan keluar dari kamar.

Samar-samar dia mendengar tawa seorang laki-laki. Dia mengikuti arah tawa itu dan menemukan tiga orang laki-laki sedang menikmati minuman dan cemilan, mereka saling bercanda dan Nora memutuskan untuk mencari Pamannya. Dia harus tahu, siapa laki-laki itu dan kemana tujuan kapal ini.

Nora melangkah pelan seraya memperhatikan, dari tempatnya berdiri, dia dermaga sudah tidak terlihat. Angin malam berhembus membuatnya bergidik. Dia mulai melangkah lagi dan mendengar suara Pamannya dari dalam kabin. Nora mencuri dengar diluar.

"Kami akan tiba tiga jam lagi. Ya. Kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah menyekap Putri Sarah."

Mata Nora membelalak, dia menutup mulutnya dan terus mendengar.

"Kamu harus menepati janjimu, Jabir. Kamu hanya akan membawa Putri Sarah dan melepaskan kami."

Apa? Tubuh Nora tiba-tiba berubah dingin. Kedua tangannya berkeringat dan tubuhnya seketika bergetar. Tidak ada pembicaraan lagi, dan Nora berpikir untuk pergi dari sana mencari Sarah. Namun saat dia hendak melangkah, Pamannya kembali berbicara.

"Baik sekali Tuanmu. Baiklah. Bayaran itu tidak buruk, sebenarnya aku tidak membutuhkan uang, hanya dengan pernikahan Nora dan Pangeran Badar, Nora bisa menjadi Ratu dan Hakim bisa menjadi putra mahkota Qattare, itu sudah membuatku senang. Kehidupan kami jelas akan terjamin selamanya."

Bagaimana mungkin Pamannya berpikir menjadikannya Ratu Qattare sedangkan Putri Sarah—

Pemikiran Nora terhenti seketika karena memikirkan kemungkinan terburuk.

Jika Putri Sarah tidak ada, dia yang sudah menjadi istri Badar, mungkin bisa—

Nora menelan ludah susah payah. Tidak! Dia bukan perempuan sejahat itu! Nora tidak menginginkan tahta, dia hanya menginginkan keluarga sempurna untuk Hakim dan Badar sebagai suaminya. Bukan menjadi Ratu, dia...

Tubuhnya bergerak sendiri menjauh dari sana. Dia harus menemukan Sarah dan membawanya pergi dari sini. Tapi, langkah Nora terhenti. Dia memandang kearah dimana tiga laki-laki itu berada.

Aku harua melumpuhkan tiga orang itu dan berbicara dengan Paman...

Ya, Nora menyetujui pikirannya. Dia segera pergi mencari sesuatu yang bisa dia gunakan. Dia menyusuri dek dan menekan gudang di bagian bawah kapal. Dia turun dan disana ada beberapa kayu, persediaan makanan. Lalu ada jangkar kecil, beberapa tongkat besi, lalu beberapa jerigen berwana biru berjajar. Dia berlutut dan membuka jerigen itu.

Bau minyak tanah. Kenapa mereka membawa minyak tanah?

Nora menggeleng keras, dia tidak peduli, dia bisa menggunakan itu untuk membuat api kecil dan menggiring dua laki-laki itu ke gudang. Dengan tongkat besi, dia bisa melumpuhkan tiba orang itu.

Sejujurnya Nora bergetar dan ketakutan namun dia harus melakukan ini. Dia mengambil kayu dan membasahinya dengan minyak. Nora bergerak pergi mencari pematik di dapur dan segera kembali ke gudang. Dia langsung membakar kayu itu dan berteriak.

"Tolong! Siapapun! Ada api di gudang!" teriaknya keras kemudian mengambil tongkat besi menyembunyikan dibalik tubuh lalu beranjak menaiki tangga menuju atas.

Disana dia melihat tiga orang itu buru-buru mendekat. "Di bawah!" tunjuk Nora.

Segera mereka turun dan, Nora mencengkeram tongkat besi itu erat-erat. Dia samar-sama mendengar.

My Princess [TAMAT]Where stories live. Discover now