[Season 2] -5- Drarry : In Secret

7.4K 1.1K 114
                                    

Ron

Laki-laki tersebut berjalan santai melewati beberapa bangunan tua yang sebagian sudah tidak terpakai. Hawa dingin malam hari yang menusuk membuat Ron lebih mengeratkan mantel tebal yang tengah ia pakai.

Berhubung Harry sudah pulang dari rumahnya, ia merasa lega. Seandainya belum, entah kebohongan apa yang akan ia sampaikan nanti. Setiap malam, setiap pukul 12 malam ia selalu menyempatkan diri untuk menemui seseorang yang ia kenal.

Ia tidak bisa memberitahu siapa orang tersebut. Ini rahasia, antara dirinya dan orang tersebut.

Beberapa menit berjalan seorang diri sedikit membuat Ron menggerutu kesal. Dan berpikir, apakah ia akan mendapat imbalan suatu saat nanti?

Mengingat orang yang akan ditemui Ron kali ini, merupakan tipe orang yang tidak akan pernah bisa dekat dengannya. Kepribadiannya sungguh berbanding terbalik dengan dirinya.

Ia menghela napas kasar, lalu membuka pintu kayu yang tertutup didepannya. Tidak usah basa-basi mengetuk pintu terlebih dahulu. Lagipula, hanya ada satu orang disini.

Ia melangkahkan kakinya, melewati ruang tamu dan langsung menuju kearah dapur. Seseorang yang ingin ditemuinya tengah duduk dimeja makan. Menelungkupkan kepalanya diatas meja, dengan bertumpu dikedua tangannya yang ia silangkan.

"Ya! Aku datang." Ron berkata dan menghampiri orang tersebut. Ah, ia perlu mengambil kotak obat terlebih dahulu.

Ron memutar langkahnya dan mengambil kotak obat yang tersimpan di lemari bagian atas. Setelah mendapat apa yang ia cari, ia langsung menghampiri orang tersebut.

Meletakkan satu kantong belanjaan, yang berisi beberapa roti dan makanan lainnya. Lalu kotak obat yang baru saja ia ambil.

"Makanlah, aku tau kau belum makan."

"Hmm." Laki-laki tersebut hanya menggumam, bahkan masih belum memperlihatkan wajahnya. Entah, akan seburuk apa nanti penampilannya.

"Angkat wajahmu, sialan." Ron mulai kesal sekarang. Lihat, ia sudah berani mengumpat sekarang. Mm. Meskipun sudah sejak dulu ia mengumpat tapi, untuk orang ini ia baru berani mengumpatinya akhir-akhir ini.

"Ya, kau mau mati?" Laki-laki tersebut akhirnya mengangkat wajahnya. Dan delikan tajam ia arahkan pada Ron sekarang. Membuat Ron sedikit gugup karenanya.

"Aku kesini untuk membantumu, kalau tidak mau ya sudah." Ron melengos, dan mendorong kotak obat tersebut didepan sang laki-laki.

Sang lawan bicara hanya memutar bola mata malas. Lagipula, kenapa ia harus bertemu dengan Ron beberapa minggu yang lalu?

"Cepat bersihkan lukaku." Perintahnya.

"Ya. Yaa, tuan muda." Goda Ron, membuat laki-laki tersebut menggeram kesal.

"Aku tadi melihatnya." Nada bicaranya berubah, mengingat kejadian tadi yang hampir membuat ia tertangkap olehnya.

"Maksudmu..."

"Ya, Harry. Ia seperti mengejarku, tapi untung saja aku bisa menghindar."

"Ah iya, seperti yang aku bilang kemarin. Tadi Harry datang kerumah, menjenguk Hermione dan melepas rindu."

"Ia terlihat baik-baik saja." Ron menekan luka lebam diwajah, membuat sang korban meringis kesakitan.

"Darimana kau bisa menyimpulkan itu? Setiap hari ia selalu berharap bertemu denganmu. Kenapa kau tadi tidak menemuinya dan malah kabur seperti ini?" Omel Ron.

"Bagaimana aku bisa menghampirinya jika keadaanku seperti ini, bodoh."

"Lalu, suruh siapa kau bekerja ditempat sialan itu?"

"Lalu, apa kau akan memberikanku uang setiap harinya?"

Tiap hari, setiap mereka bertemu, mereka akan terus seperti ini. Membuang-buang energi hanya untuk adu mulut.

"Kau harus segera cari pekerjaan yang aman. Atau tidak kau akan benar-benar cepat mati." Tandas Ron.

"Dengar, aku belum bisa. Kontrakku untuk bekerja disana masih ada beberapa minggu lagi. Setidaknya aku harus bertahan hingga satu bulan kedepan." Jelasnya.

"Okay terserah. Lagipula, kenapa kau tidak membalas mereka saat mereka memukulimu seperti ini?"

"Ekhem, aku tidak bisa berkelahi." Suara yang pelan keluar dari mulut pemuda tersebut.

"Damn, Malfoy. Kau tidak bisa berkelahi?!" Jujur, Ron terkejut mendengarnya. Selama ini ia mengira Malfoy sengaja mengalah saat dipukuli agar ia tidak dipecat. Ternyata, ia tidak bisa menduga akan hal ini.

Ya, laki-laki yang sedari tadi bersamanya adalah Malfoy. Draco Malfoy. Laki-laki yang sedari dulu dicari Harry ternyata ada disini. Tapi, ia masih terlalu pengecut untuk menemui Harry sekarang. Keadannya sekarang sungguh tidak memungkingkan. Ia masih bekerja di club malam, terpaksa menerima kekerasan jika sedang melayani orang-orang kasar dan tidak sabaran. Setiap hari, ia selalu menerima pukulan pada wajahnya. Entahlah, kenapa orang-orang itu senang sekali memukuli wajahnya.

Sejak dibawa kedunia ini, hidupnya kacau. Ayahnya meninggal, Ibunya jatuh sakit dan harus menjalani perawatan yang memerlukan banyak uang. Ia mencari uang dengan segala cara yang ia bisa, menjaga toko, pengantar koran, menjadi kurir dan sekarang ia bekerja di club malam. Hidupnya berantakan, ia tidak tau harus bagaimana. Ia juga selama ini berusaha untuk mencari Harry. Berusaha menemukan orang yang berhasil merebut seluruh hatinya. Tapi, dengan kondisinya yang sekarang, ia masih bisa belum bisa menemuinya.

"Kau tahu? Aku selalu berharap ia akan baik-baik saja meski aku tidak ada disampingnya."

"Kau sangat mencintainya, huh?"

"Tentu saja, kalau tidak aku tidak akan menghianati ayahku dan ikut menghancurkan Hogwarts."

"Harry sudah menemukan satu keluarga yang sangat menyayanginya, aku bersyukur untuk itu." Ron menghentikan kegiatannya dan mengingat-ingat obrolannya dengan Harry saat dirumahnya tadi. Draco tersenyum lembut. Suatu saat, ia harus berterima kasih pada keluarga yang selama ini sudah merawat kekasih hatinya dengan sangat baik.

"Aku harus kembali, makanlah dan segera istirahat." Lalu, Ron pergi dari sana. Meninggalkan Draco dirumah besar itu sendirian.

Ia membuka bungkus roti yang tadi dibawa Ron. Ia meringis saat membuka mulutnya sedikit lebar. Sial. Sampai kapan ia akan seperti ini terus.

***

S e e y o u

N e x t d r a r r y  s 2 →

Harry Potter and The Secret of DrarryWhere stories live. Discover now