[Season 2] -4- Drarry : Us

7.5K 1.1K 31
                                    

Harry

Menepati janji yang ia ucapkan kemarin, Harry melangkahkan kakinya menuju tempat yang tadi malam ia datangi. Setelah berbicara dengan Alex dan akhirnya ia diijinkan untuk mengambil cuti, ia langsung bergegas mandi dan siap-siap untuk pergi.

Kacamata bundar yang selama ini ia pakai sudah bertengger indah diatas hidungnya. Bibirnya tersenyum lebar saat melihat pantulan wajahnya dicermin.

"Aku pergi dulu, Alex." Teriak Harry, berpamitan pada Alex yang masih berada didalam kamar mandi.

Harry pergi setelah itu, ia mendatangi sebuah toko yang menjual boneka-boneka antik. Begitu ia melangkahkan kakinya masuk, ia sudah disambut dengan boneka mumi yang tengah duduk di kursi.

Harry menghambiskan waktu sekitar tigapuluh menit. Mencari-cari apakah ada boneka yang cocok untuk ia bawa. Lalu, ia menemukannya. Sebuah boneka yang terlihat sangat mirip dengan sahabatnya, Hermione. Ia mengambil boneka tersebut.

Bukankah ini terlihat mirip?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bukankah ini terlihat mirip?

Harry tersenyum saat mengingat tingkah Hermione dahulu. Jujur, ia sangat merindukan sosok sahabatnya tersebut.

Setelah mendapatkan benda yang ia butuhkan, Harry langsung menuju ketempat dimana mereka memutuskan untuk bertemu.

Harry tiba terlebih dahulu, sambil mengamati bingkisan yang ia bawa, ia menghubungi Ron. Ia mengatakan jika ia sudah berada ditempat dimana mereka akan bertemu.

.

"Masuk saja, kamar Hermione tepat berada di samping." Ujar Ron saat mereka sudah sampai dirumah Ron. Harry mengangguk dan langsung menuju dimana Hermione berada.

Saat pertama kali Harry membuka pintu, pemandangan pertama kali yang ia lihat adalah Hermione. Dengan banyak sekali alat-alat medis yang menempel pada tubuhnya. Tangan bagian kanan miliknya terikat perban hingga atas. Entah luka apa yang ia dapatkan.

Harry melangkah masuk, sambil menahan air mata yang hendak mengalir. Ia meletakkan bingkisan yang ia bawa tadi dinakas samping tempat tidur Hermione.

Sungguh, Harry tidak bisa melihat sahabatnya seperti ini. Lalu setelah itu, Ron masuk kedalam kamar dengan membawa satu gelas minuman untuk Harry.

"Minumlah dulu." Harry mengangguk, menerima uluran gelas yang Ron berikan. Setelah meneguk beberapa kali, ia meletakkan gelas tersebut diatas meja.

"Aku tidak tahu kalau keadaan Hermione separah ini." Kata Harry.

"Ya, selama ini aku selalu merawat Hermione sebisaku. Meski beberapa kali perawat datang kerumah untuk mengganti semua ini." Jelas Ron.

Luka yang didapat Hermione sepertinya akibat dari pertarungan beberapa tahun yang lalu. Ia terkena imbasnya. Luka bakar ini juga, semuanya ulah pengikut Pangeran Kegelapan. Ron menceritakan semuanya, semua yang menimpa Hermione.

"Lalu, kau tinggal sendiri disini?"

"Sebelumnya tidak, aku dulu tinggal bersama nenek yang merawatku, tapi beliau meninggal beberapa bulan yang lalu. Kau sendiri?"

"Aku tinggal bersama ibu dan ayah angkatku. Aku bersyukur memiliki mereka."

Ron ditempatnya tersenyum, mengingat bagaimana Harry yang dulu. Ia hanya punya Hagrid yang selalu melindunginya, yang menjadi tempatnya untuk kembali. Lalu, saat mengetahui kehidupan Harry saat ini. Ia sangat merasa bersyukur. Setidaknya Harry dapat merasakan apa itu kehangat keluarga yang sesungguhnya.

Ron berjalan mendekat kearah Hermione, mengulurkan tangannya dan mengelus tangan Hermione. Berharap sabahat perempuannya tersebut cepat pulih kembali. Cepat membuka matanya dan dapat menjalani hidupnya sepertj dulu.

Satu tetes air mata mengalir, membuat Ron dengan segera mengusap air mata miliknya. Melihat itu, Harry menepuk beberapa lengan Ron. Bermaksud memberi kekuatan untuk Ron, sahabat sekaligus keluarga yang sangat ia sayangi.

.

Harry menghabiskan waktunya seharian dirumah Ron. Menemani Ron dan membicarakan tentang satu sama lain. Menceritakan bagaimana kehidupan keduanya saat berpisah. Saat mereka tidak bisa bersama dalam waktu yang tidak bisa dibilang sebentar.

Malam sudah menunjukkan pukul 21:45 saat Harry melangkahkan kakinya keluar dari rumah Ron. Ia memandang sekilas rumah yang ada dibelakangnya dan berlalu dari sana. Mungkin mulai sekarang ia akan sering-sering mengunjungi rumah Ron. Sekaligus melihat bagaimana kondisi Hermione.

Ia pulang dengan berjalan kaki. Udara malam hari yang segar mampu membuat Harry merasa tenang. Tekanan yang selama ini ia tahan seolah menguap begitu saja saat menghirup udara segar. Apalagi dengan memandang bintang-bintang yang berada diatas langit sana.

Harry memandang sekeliling, banyak sekali anak muda yang menghabiskan masa mudanya. Melihat itu, membuat Harry tersenyum senang. Ia senang melihat orang-orang yang sedang bahagia. Energi positif mereka mampu membuat Harry merasa lebih kuat.

Ia menghela napas, masih ada satu masalah yang mengganggu pikirannya. Ia masih memikirkan orang itu. Orang yang masih mempunyai tempat tersendiri dihatinya.

Harry kembali mengedarkan pandangannya, kali ini ia menghentikan langkahnya. Jantungnya berdegup kencang. Rambut itu..

Setelah beberapa detik terdiam, Harry melangkahkan kakinya dengan sedikit berlari. Rambut orang itu terlihat sangat mirip dengannya. Orang yang dimaksud Harry berada diseberang jalan, berjalan dengan satu tangan berada disaku celana. Kepalanya tertunduk, sehingga Harry tidak bisa melihat wajah orang itu.

Jalan yang cukup ramai menyulitkan Harry untuk menghampiri orang tersebut. Ia berdiri didepan penyeberangan jalan dengan gerutuan dalam hati. Sesekali menatap lampu lalu lintas yang tak kunjung berubah warna. Ia mengepalkan kedua tangannya dengan kuat. Ia harus cepat, ia harus memastikan apakah ia benar atau tidak.

Begitu warna lampu lalu lintas berubah warna dan beberapa mobil dan sepeda motor menghentikan jalannya. Dengan tergesa Harry melangkahkan kakinya, berlari agar segera sampai. Tapi, dimana dia sekarang?

Harry masih berlari disepanjang jalan, kedua matanya tak luput dari melihat orang-orang yang melintas. Memastikan ia tidak melewatkan satu orang pun. Merasa napasnya hampir habis, Harry mengistirahatkan dirinya di trotoar jalan. Menetralkan kembali napasnya yang sedikit tersengal. Sial, mana ia tidak membawa air minum.

Disaat seperti ini, Harry masih membuat kedua matanya bekerja keras. Kepalanya menoleh kesembarang arah. Memastikan kembali apakah ia kehilangan jejak orang itu.

Beberapa orang yang melintas memandang aneh dirinya. Seorang pemuda sedang terduduk ditrotoar jalan dengan napas terengah. Sesekali ia mengusap peluh dari dahinya.

Ia mengambil benda hitam kotak miliknya. Menyalannya dan melihat jam yang terpampang dengan jelas dilayar ponsel. Dan sekarang sudah hampir jam 12 malam.

Apakah ini hasilnya?

Harry menyerah, ia kembali kerumah setelah itu. Iya melangkahkan kakinya dengan cepat, ia harus segera pulang sekarang. Teman sekamarnya beberapa kali mengirim pesan padanya untuk segera pulang. Berhubung sekarang sudah tengah malam, Harry menurut dan kembali pulang. Diperjalanan ia masih memikirkan tentang pemuda tersebut.

Ia berharap, pemuda tersebut memang orang yang sedang ia pikirnya. Ya, semoga saja.

***

S e e y o u

N e x t  D r a r r y s 2→

Harry Potter and The Secret of DrarryWhere stories live. Discover now