Any mendengus, rumah mereka akan sangat berisik jika mamanya dan Lia bersatu. Mereka akan sulit dipisahkan.
"Kok Joana sama ayah kamu belum pulang?"
Sejak pagi tadi Joana pergi bersama Cristian entah kemana. Katanya mereka mencari bubur kacang ijo berdua dengan sepeda motor. Entah kemana keduanya pergi, sudah dua jam berlalu dan mereka belum juga kembali.
"Enggak tahu. Mungkin bablas cari ikan mas kali. Katanya ayah mau beliin Joana ikan mas buat dipelihara. Semoga aja enggak jadi."
"Kenapa? Kamu enggak ngijinin Joana punya peliharaan?" tanya Rita.
"Bukan enggak ngijinin tapi Joana masih terlalu kecil buat punya peliharaan. Nanti kalau enggak bisa dirawat terus mati gimana? Apalagi aku sama dia cuma berdua di rumah. Kalau kita enggak ada, siapa yang urus?"
"Ya ikannya disimpan di sini aja. Biar mama yang jaga buat Joana."
"Enggak ma. Yang ada nanti Jo bakal merengek minta ikannya dibawa ke Bogor. daripada tambah masalah mending enggak usah sekalian." balas Any.
Any akan membiarkan Joana memiliki peliharaan jika nanti umurnya genap delapan tahun dan itu masih lama. Untuk sekarang Joana masih terlalu kecil.
"Ya ampun, kamu terlalu banyak aturan. Dulu saat kamu sama Ana masih kecil bunda udah kasih kalian pelihara ikan mas. Masa kamu enggak bisa mgelakuin hal yang sama buat anak kamu."
"Iya terus ikannya mati tiga hari kemudian gara-gara kebanyakan aku kasih makan. Aku trauma sama kelakukan ku dulu. Jadi enggak bakal aku biarin Joana ngelakuin hal yang sama, titik. Enggak ada debat lagi. Ini udah keputusan final!"
Rita menghela napas perlahan tanda menyerah, putri sulungnya ini sangat kera kepala. Berdebat dengannya hanya akan membuat sakit otak. Seharusnya dia mengalah sejak awal.
"Ya sudah! Terserah kamu."
Mereka berdua terdiam, Any kembali sibuk dengan ponselnya sementara Rita sibuk mengamati wanita itu. Dalam benaknya ada sesuatu yang ingin dia tanyakan tapi bingung bagaimana cara menyampaikannya. Tapi jika melihat keadaan putrinya saat ini sepertinya tidak masalah jika dia bertanya.
"An?" panggil Rita.
"Hem?"
"Kamu sama bapaknya Joana gimana?"
Any menegang. Matanya yang tadi fokus di layar ponsel beralih menatap sang mama dengan tidak nyaman.
"Gimana apanya?" ia bertanya balik.
"Perkembangan hubungan kalian gimana?"
Any memperbaiki posisi duduknya menjadi tegap dan beralih menatap sepenuhnya pada sang mama.
"Enggak ada perkembangan sama sekali karena aku sama Tama enggak ada hubungan apapun. Jadi enggak usah tanya-tanya soal itu. Lagian dia udah punya tunangan yang bentar lagi dia nikahin." jelas Any dengan kesal.
Entah kenapa menyebut nama pria itu di pagi hari membuat moodnya rusak seketika.
"Terus Joana gimana?"
"Ya enggak gimana-gimana."
"An kenapa enggak kamu usahakan supaya kamu dengan Tama bisa bal.. "
"No mam! Stop! Enggak usah asal ngomong, sampai kapanpun aku sama Tama enggak akan ada hubungan apapun. Selamanya akan begitu jadi mama enggak usah mikir yang enggak-enggak." potong Any cepat. Ia kesal kenapa mamanya harus mengatakan hal seperti itu.
"Kenapa enggak? Kalian punya Joana. Kenapa kalian enggak bisa mencoba bersama untuk anak kalian?"
"Karena Tama enggak punya perasaan apa-apa sama aku! Jadi berhenti mam. Tolong berhenti bahas hal ini!" bentak Any.
Tanpa sadar ia meninggikan suaranya, ia sudah tak tahan dengan banyaknya permintaan mamanya. Mungkin lebih baik jika ia menjelaskan semuanya pada wanita itu agar tidak ada lagi pembicaraan seperti ini di lain waktu.
"Sejak awal dia enggak pernah mencintai aku. Enggak pernah sekalipun. Dia mengirah aku Angel. Aku hanya pengganti mam. Aku menggantikan Angel. Yang dia cinta bukan aku tapi Angel." Any menunduk, ia ingin menangis tapi ditahannya.
"Maksud kamu? Kenapa Ana ikut terlibat." Rita tampak syok, ia bingung kenapa putrinya yang sudah meninggal lama ikut terlibat dalam masalah ini.
"Tama pertama kali bertemu Angel saat di rumah sakit. Saat itu kita baru akan masuk SMP, mama ingat langsung mengatar Angel ke rumah sakit setelah mendaftarkan kita berdua ke SMP. Di sana mereka bertemu dan jatuh cinta. Yang aku ingat Angel cerita kalau mereka tukaran alamat email untuk saling bertukar pesan sebelum berpisah."
"Tapi karena saat itu Angel mendadak masuk rumah sakit karena kondisinya semakin parah, dia nyuruh aku gantiin dia buat balas pesan Tama. Dia buat aku berjanji untuk selalu balas pesan Tama sampai dia sehat kembali dan membalasnya sendiri. Tapi siapa yang tahu kalau sampai akhir Angel enggak pernah bisa bangun lagi. Dia pergi dengan hutang yang mengharuskan aku menjadi penggantinya, pada akhirnya aku terus menjadi Angel yang Tama temui di rumah sakit sampai lima tahun lalu aku udah enggak tahan lagi dan mengaku kalau aku bukan Angel tapi Any, saudara kembar dari gadis yang menjadi cinta pertamanya."
"Bertahun-tahun mam. Bertahun-tahun aku mengantikan Angel, bahkan sejak awal aku yang berkirim pesan dengannya bukan Angel. Yang dengar ceritanya, yang mengobrol hingga subuh, yang memberinya saran bahkan yang melahirkan anaknya adalah aku bukan Angel tapi yang dia cinta bukan aku. Jadi beritahu aku ma. Beritahu aku, kenapa aku harus bertahan atau kenapa aku harus mencoba berhubungan kembali dengan pria itu? Aku sudah ditolak bahkan sebelum sempat mengatakan aku mencintainya. Sejak awal aku hanya pengganti, aku hanya bayangan. Dia enggak pernah melihat aku sebagai Any. Enggak pernah sekali pun."
***
Yang bingung kenapa Mama Rita nyebut Angel Ana ya karena dia kembaran Any. Panggilan di rumahnya Ana, bukan Angel. Kecuali teman-temannya dulu manggil Angel bukan Ana. Di keluarga manggilnya beda kalau di luar rumah juga beda. Kalian juga pasti kayak gitukan. Dan juga ini pernah aku jelasin tapi lupa di part mana soal nama si Angel atau Ana ini.
Partnya lebih pajang dari biasanya karena nebus yang kemarin hehehe.
Jangan lupa Vote dan komen. See u minggu depan.
YOU ARE READING
Replace
RomanceBaca cerita Still The Same terlebih dahulu! Aku bukanlah dia. Bukan dia yang kau ingat sebagai gadis pemilik senyum lembut yang mempesona, gadis yang kau sebut cinta pertamamu. Kami memang terlihat sama tetapi kami sesunggunya berbeda. tapi kau tak...
part 21
Start from the beginning
