27. Ayahnya Itu ... Lo

12.3K 913 19
                                    

Panjang

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Harka melewati jam-jam menuju sore hari dengan penuh kekalutan, entah mengapa cerita Zaki membuatnya tidak berselera makan, malas menyentuh air, bahkan tak punya daya untuk sekedar beranjak dari kasur.

Empat jam lamanya cowok itu habiskan untuk berbaring sambil memejamkan mata, hanya saja tidak tertidur.

Harka baru membuka mata ketika ponselnya berdering, cowok itu duduk, lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas kasur tak jauh dari posisi di mana ia berbaring tadi. Rupanya Linka yang menelponnya.

"Halo?"

"Harka! Sekarang ... kita ke Dream's Coffe ya, lo siap-siap! Gue sama Jenny mau ke panti."

Dahi cowok itu mengernyit. "Sekarang banget?"

"Iya, yaudah buruan siap-siap!"

Harka belum membalas, lantas menghela napas panjang. "Gue ... nggak ikut, bolehkan?"

"Kenapa?"

"Nggak tau, gue cuma ngerasa kayak ... buang-buang waktu."

"Kok gitu sih, justru ini tuh waktunya kita omongin ke Bian."

"Kalo orang itu bukan Bian apa lo bakal ngelakuin ini, Ma?"

"Harka."

Harka tau, mungkin saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya. Namun apa yang bisa Harka lakukan lagi? Untuk seharian ini cowok itu merasa semua yang ia lakukan terasa sia-sia.

Harka rindu hidupnya yang dulu, rindu teman-teman dan sekolahnya. Rindu bagaimana setiap pagi dan sore cowok itu mengejar kereta seorang diri sedangkan teman-temannya berangkat dan pulang bersama orang tua mereka.

Untuk saat ini, Harka tiba-tiba tak ingin semuanya berubah.

"Gue seneng kalo kalian beneran ditakdirkan buat bersama. Gue seneng kalo kalian sama-sama jatuh cinta. Tapi kalo seandainya kalian emang ditakdirkan buat sama-sama jadi orang asing buat selamanya gimana?"

"Gue bodoh karena nggak mikirin itu semua. Gue bodoh karena nggak mikirin apa yang bakal terjadi. Gue ... harusnya nggak peduli kalo temen-temen gue tau kalo gue anak haram sekal---"

Linka langsung menyela sebelum Harka menyelesaikan kalimatnya. "Kita udah sejauh ini, dan jangan bikin semuanya kacau oke! Bentar lagi gue kesana, dan lo harus udah siap." Lalu cewek itu mematikan sambungan teleponnya tanpa mengatakan apa-apa.

**

Bobby baru saja hendak kembali ke lantai atas ketika tiba-tiba pintu cafe terbuka dan menampakkan Arif beserta teman-temannya di sana.

Cowok itu kemudian tidak jadi menaiki tangga, lalu berbalik dan mendekati Arif.

"Loh, kalian baru datang?"

Arif membalasnya dengan senyuman, lalu tatapan cowok itu beralih pada June yang tengah menghitung uang di balik meja kasir.

Finding Daddy (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang