13. Rumah Sakit

11.5K 935 9
                                    


Malam ini, Harka merasa tubuhnya sakit sampai hampir tak bisa digerakkan berawal saat cowok itu bangun dari pingsannya. Yang ia ingat, hanya ketika seorang cowok besar memukulnya tanpa alasan, dan salah satu dari komplotannya yang menghentikan, sekaligus menuntunnya hingga berada di tempat ini.

Linka sendiri masih ada di sofa, tempat dimana cewek itu menunggu hingga tertidur.

Padahal ia hanya ingin cepat-cepat menuju Cafe tempat papanya berada. Namun ia sampai berakhir di tempat ini.

Linka menggeliat, lalu membuka matanya. Cewek itu bangun, tepat saat Harka melirik kearahnya.

"Harka, udah bangun?" Linka bangkit, lalu berjalan mendekati cowok itu untuk melihat keadaannya.

Harka hanya tersenyum, tak sanggup memberi banyak respon terlebih tubuhnya seolah enggan untuk digerakkan.

Linka mengambil segelas air putih dan sedotan yang kemudian ia berikan pada anaknya, Harka menerima air putih itu suka rela. Bahkan untuk menelan air putih, tenggorokannya teras begitu menyakitkan.

"Mama, sendiri?" Harka bertanya dengan suara lirih.

Linka mengangguk, mengambil sebelah tangan Harka lalu menggenggamnya. "Bunda jaga anak-anak."

"Tante Jenny?"

"Di rumah, sekarang kan udah malam."

Harka diam saja, tak lagi menjawab. Pikirannya masih kosong, tak tau harus melakukan apa. Cowok itu tau pasti, keadaan Linka masih belum sepenuhnya sehat, namun cewek itu justru kini menggantikan perannya untuk menjaga Harka.

"Mama, udah sehat?" Linka mengangguk mendengarnya.

Cewek itu berbisik. "Laper nggak?"

Harka diam saja, sebenarnya lapar. Namun, mengingat kerongkongannya yang belum bisa digunakan untuk menelan sesuatu, memicu cowok itu untuk berbohong. "Nggak."

"Kalo, Mama ... udah makan malam?"

"Belum ..." Linka menjawab, nada bicaranya terdengar lesu. Padahal cewek itu masih terlihat pucat, kantong matanya begitu mencolok seolah tak tidur selama berhari-hari.

"Makan dulu, Ma ..."

"Udah telat gini, males keluar."

"Yaudah, gue yang keluar ... Mama tunggu ya?" Harus Harka akui bahwa itu hanya sekedar ancaman, karena cowok itu bahkan tak bisa duduk dengan tegak saat ini.

"Jangan! Oke-oke, gue beli makan dulu ya ..." Linka berdiri untuk mengambil tas selempang yang cewek itu letakkan di atas nakas. "Terus lo, sendirian?"

Harka terkekeh. "Jangan khawatir, ini rumah sakit."

Linka mengangguk, lalu pamit dan keluar menuju kafetaria.

**

Bahkan ketika malam hari seperti ini, tak menjadikan rumah sakit akan berubah menjadi rumah hantu dadakan. Sepanjang Linka berjalan menuju kafetaria, sedaritadi cewek itu selalu menemukan seseorang yang berpapasan dengannya sepanjang koridor, entah itu perawat, pasien, atau sekedar orang yang cewek itu yakini sedang menunggu kerabat atau keluarganya yang sedang dirawat.

Namun, ketika sampai di kafetaria, keadaan justru berubah. Di sana sepi, dan hanya ada dua orang yang duduk memakan sesuatu sambil berhadapan. Kemudian seorang penjual yang menjaga sambil menonton televisi.

Sambil menunggu pesanan makanan, Linka memutuskan duduk di salah satu bangku sambil bermain ponsel. Karena memang keadaan tak menganjurkannya untuk bersosialisasi, Linka tak peduli saat ada seorang cowok berpakaian pasien duduk di sampingnya sambil memakan semangkuk mie instan.

Finding Daddy (END)Where stories live. Discover now