12. Story

2.3K 109 6
                                    

Kalau ada typo/kata" yg nggak jelas bisa langsung tulis di kolom komentar ya!

Ayy, ramein kolom komentar ny!

Ayy, ramein kolom komentar ny!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***
"Nadia!"

Merasa ada yang memanggil nama nya, Nadia mendongakkan kepalanya. Kondisinya saat ini bisa dibilang tak baik-baik saja. Mata yang sembab, hidung yang memerah serta rambut acak-acakan.

"K-kila ...," ucapnya lirih.

Ia hanya memakai lilitan selimut. Kaki nya melipat, dijadikan sandaran saat ia menangis di atas kasur itu. Kamar yang menjadi saksi dimana kejadian semalam yang menurut Nadia adalah sebuah mimpi yang sangat buruk itu terlihat berantakan.

"Hiks, K-kila, i-ini nggak seperti yang kamu pikirin ...."

Kila melangkah maju menuju ke arah kasur. Ia naik lalu memeluk Nadia dengan erat. Sebelum itu, ia tak lupa untuk menutup pintu dan menguncinya rapat-rapat. Kila mengelus punggung nya yang terpampang, berniat untuk menenangkan Nadia.

"Udah, jangan nangis."

"D-dia, lecehin aku, Kil," ucapnya terbata-bata. Ia sedikit terisak.

"Ssttt, jangan di pikirin dulu. Sekarang, lo tenangin diri dulu."

"Mandi dulu, gimana?"

Nadia mengangguk sambil terisak. Ia berusaha bangkit, namun, bagian bawahnya terasa sakit, bahkan perih. Terdapat bercak darah yang kini berada di sprei berwarna putih tersebut. Kila melihatnya. Ia gelisah, namun, ia berusaha menutupi rasa kegelisahannya.

"Bisa, nggak?"

"S-sakit, Kil ...."

"Sini, gue bantu." Kila berdiri dari duduknya dan menuntun Nadia menuju ke arah kamar mandi. Ia membantunya duduk di bathtub. Tak lupa, Kila menyalakan kran air yang berisikan air hangat. Menuangkan sabun cair agar mempermudah Nadia.

"Kalo udah selesai, panggil gue aja."

"Tapi, gue tinggal bentar, ya? Gue mau ambilin baju buat lo."

"Bentar doang, kok," lanjutnya lagi saat melihat raut khawatir yang berada di wajah sembab Nadia.

Kila melangkah keluar, tak lupa menutup pintu kamar mandi. Sebelum ia benar-benar keluar dari kamar tersebut, ia menghela napasnya kasar.

Keluar dan menutup pintu, tak lupa menguncinya.

Berbeda dengan Nadia yang kini tengah melamun. Sesekali, ia terisak pelan saat mengingat kejadian semalam. Ia merutuki dirinya sendiri. Coba saja jika ia berontak tadi malam, pasti kejadian bejat tersebut tak terjadi.

Living Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang