Harun

166 12 0
                                    

Raut wajah terlihat biasa kala di pandang oleh orang sekitar. Namun siapa tau bahwa di dalam hatinya dia tengah merasa frustasi. Hatinya benar-benar kacau kala mendengar penuturan terakhir dari sang pujaan hati.

Dua bulan telah berlalu, itu artinya lamaran yang dia berikan waktu itu telah resmi di batalkan tanpa ada ucapan yang mendukung. Bagai di remas, dadanya terasa sesak saat melihat raut sayu milik Ayana dua bulan yang lalu.

Pilihan antara bersama dengan Ayana dan meninggalkan Sunarti, ataukah menetap di Cirebon bersama dengan Sunarti dan menyerah untuk memperjuangkan cintanya kepada Ayana untuk yang kedua kalinya, membuat fikiran Harun menjadi bimbang.

Harun ingin selalu bersama dengan Ayana untuk sepanjang hidupnya. Namun Harun juga tidak tega jika harus meninggalkan Sunarti di Cirebon bersama dengan kakak dan kakak iparnya.

Harun adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara. Anak di mana dia selalu di manjakan oleh Ibunya. Anak yang paling dekat dengan ibunya, jadi rasa ingin selalu bersama dengan Sunarti pastilah sangat dalam.

Di tatap lekat foto yang sengaja di ambilnya secara diam-diam sewaktu berada di danau Wisata Ciwaringin. Harun merindukan Ayana. Namun masihkan ada kesempatan lagi untuk Harun memperjuangkan cintanya setelah dua kali mematahkan hati Ayana? Apakah Ayana masih mau menjadikan dia sebagai imam dalam kehidupannya baik sekarang ataupun kelak?

Tepukan ringan di bahunya membuat Harun tersadar dari lamunannya. Dengan segera, Harun mematikan layar ponsel yang tadinya tengah menyala.

“Kenapa?” tanya wanita yang menepuk bahu Harun secara pelan.

“Nggak kenapa-napa kok Mi,” elak Harun.

“Kamu kangen sama Lestari?” tebak wanita tersebut. Dan Harun hanya tersenyum tanpa mengelak dan membenarkan tebakan dari Sunarti. Sunarti tersenyum kecil melihat wajah Harun yang terlihat frustasi dua bulan terakhir ini. Lebih tepatnya saat baru saja pulang dari mengantarkan Ayana ke stasiun untuk pulang ke Jombang.

“Kejar dia. Kamu jangan menyerah untuk yang kedua kalinya.” Harun menoleh secara cepat ke arah Sunarti. Bagaimana dia tau bahwa dia dulu sempat menyerah memperjuangkan cintanya kepada Ayana. Bukan menyerah, Harun tak menyerah. Hanya saja dia pasrah akan takdir yang Tuhan berikan kepadanya.

“Harun nggak menyerah kok Mi, Harun cuma pasrah sama keadaan. Biar waktu yang menjawab bagaimana kisah Harun sama Lestari nanti.”

“Pasrah juga harus dengan usaha. Tuhan sudah memberikan kamu jawaban dengan hadirnya Lestari dua bulan yang lalu. Sudah seharusnya kamu berjuang untuk mendapatkan cinta kamu. Jangan terlalu sedih dan pasrah sama keadaan.”

Sunarti melirik Harun yang tengah menundukkan pandangannya. “Pasrah boleh, tapi menyerah jangan! Perjuangkan cintamu Nak,” lanjut Sunarti memberi nasehat.

“Tapi pilihannya sulit Mi. Aku nggak bisa milih antara Mimi ataupun Lestari. Dia ngajuin persyaratan yang aku nggak bisa ambil,” lirih Harun frustasi.

“Dia emang kasih persyatan apa?” tanya Sunarti sembari mengelus rambut Harun secara pelan.

“Aku harus tinggal di Jombang. Lebih tepatnya di rumah almarhumah nenek yang paling deket sama dia. Dia bilang, rumah itu udah di warisin ke Lestari sebelum neneknya meninggal. Bisa di bilang itu sebuah wasiat untuk Ayana.”

“Hukum wasiat itu wajib Nak. Wajar kalau Lestari kasih syarat seperti itu. Jangan pikirin Mimi. Pikirin diri kamu sendiri sekarang. Apa kamu bisa hidup tanpa Lestari? Apa kamu bisa bayangin kalau Lestari menikah dengan orang lain?” cerca Sunarti memberi pengarahan kepada Harun. Harun menggeleng pelan menjawab pertanyaan dari ibunya.

Ayana √Where stories live. Discover now