Outbound Siwalk

100 12 0
                                    

Masih dengan suasana yang hening di antara Ayana dengan Harun. Hanya ada suara bising motor serta mobil yang sesekali mendahului kendaraan mereka. Ayana yang merasa masih canggung karena jarang atau bahkan hampir tidak pernah di bonceng oleh seorang lelaki yang bukan makhromnya, dan Harun yang bingung harus memulai dari mana untuk memecah keheningan yang terjadi di antara keduanya.

Butuh waktu sekitar empat puluh menit lamanya mereka duduk di atas motor yang di kendarai oleh Harun. Setelah sampai, Ayana dan Harun langsung melepas helm yang sedari tadi pagi di gunakan oleh mereka.

Kerudung Ayana yang tadi di gunakan olehnya menjadi sedikit kusut akibat bergesekan dengan helm yang di pakainya. Namun bukan berarti Ayana tidak cantik, Ayana selalu cantik bagaimanapun rupanya. Setidaknya, itulah yang ada di fikiran Harun sejak dahulu.

Hanya satu yang sangat tidak di sukai oleh Harun. Yaitu tangisan dari Ayana. Fikiran serta perasaan Harun rasanya sesak bercampur remuk saat mendengar suara gadis yang di cintainya itu.

Empat kali Harun mendengar dan dua kali Harun melihat Ayana menangis. Yaitu saat Ayana kehilangan sosok sang nenek yang sangat dekat dengannya, saat Ayana yang merasa cemburu karena teman Harun yang berada di Pesantren lebih mengetahui kondisinya sehabis jatuh dari motor, di saat telephone terakhir dengannya. Dan yan terakhir adalah saat di mana dia bertemu dengan Ayana di acara pernikahan milik Dila dan juga Adam.

Semua masih tercetak jelas dalam ingatannya. Bayangan saat Ayana menampilkan senyum saat berpapasan dengannya di sekolah dahulu. Di saat Ayana merasa malu karena di goda olehnya. Dan yang terakhir yaitu saat di mana mereka berdua memutuskan untuk foto bersama saat Harun tengah menjalankan acara wisuda sekolah bersama dengan teman-temannya.

Demi menjalankan foto berdua dengan Ayana, Harun sampai rela tidak ikut mengucapkan ikrar kelulusan yang di pandu oleh Kepala Madrasah tempatnya menimba ilmu.

Perasaan bersalah sempat tercetak dalam hati Ayana saat mendengar Harun tidak mengikuti pengucapan ikrar kelulusan bersama teman-teman seperjuangannya. Namun, dengan entengnya Harun menjawab bahwa dia memang tidak suka jika harus mengucapkan sebuah ikrar seperti itu.

"Kak!" panggil Ayana dengan teriak Ayana karena sedari tadi Harun hanya memandangnya tanpa mengindahkan panggilan yang berulangkali di lontarkan oleh Ayana.

"Hah?!"

"Kamu kenapa?" tanya Ayana bingung.

"Enggak papa kok, yuk kita masuk. Keburu nanti antre buat beli tiketnya."

"Patungan ya?!" ajak Ayana.

"Aku aja yang bayar."

"Emang Kakak udah kerja?"

"Udah lah. Ya kali umur segini belum kerja," jawab Harun sembari terkekeh.

"Emang Kakak kerja jadi apa?"

"Jadi Desainer Grafis Dek. Kan aku juga ada usaha sablon kecil-kecilan."

"Wih, hebat Kak. Alhamdulillah akhirnya kesampaian juga cita-citanya Kakak," puji Ayana bahagia.

"Alhamdulillah."

"Nah, sekarang kita mau ngapain disini?" tanya Harun.

"Kan Kakak yang bawa aku ke sini. Ya mana aku tau di sini ada apa aja!"

"Mau renang?"

"Enggak deh, makasih. Aku nggak bawa baju ganti. Gak bisa renang jug sih yang utama, hehehe."

"Mancing istri orang gimana menurut kamu?"

"Boleh, asal kamu mau di biri entar sama suaminya, hahaha."

Ayana √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang