Berkunjung ke Rumah Mama'

73 8 0
                                    

Suasana ruang makan terasa hidup. Pembicaraan hangat antara keluarga tersebut membuat ruang makan menjadi lebih berwarna. Terlebih lagi jika menggoda Ayana dan Harun, maka semua orang yang di sana akan serta merta ikut menimpali.

Tak ada yang lebih membahagiakan dari hal ini. Di terima hangat oleh calon keluarga membuat Ayana menjadi sangat bahagia, tak terkecuali dengan Harun.

Harun sempat pesimis tentang bagaimana keluarganya menyambut kedatangan Ayana. Bersyukurlah hatinya, karena Harun merasa semua orang bahagia dengan keberadaan Ayana di tengah-tengah mereka. Apalagi sang keponakan yang selalu mengajak Ayana bercerita tentang kehidupannya saat di sekolah.

Baru sehari atau bahkan beberapa jam Ayana berkumpul dengan keluarga Harun, namun semua sudah bersikap sangat baik dengan Ayana. Sikap Ayana yang mudah bergaul dengan orang yang lebih tua dan anak kecil membuat Ayana menjadi bisa dekat dengan keluarga Harun.

Usai makan bersama dengan Harun dan juga keluarganya, Ayana menelvon Dila untuk mengetahui apakah Dila sudah berada di rumahnya. Namun apa yang dia harapkan belum terpenuhi, Dila dan juga keluarganya masih di rumah keluarga besarnya. Ayana sungguh bingung sendiri di buatnya.

“Kak,” panggil Ayana saat mereka berdua berada di halaman rumah, menikmati semilir pagi yang sungguh menyejukkan tubuh mereka.

“Iya?”

“Dila belum pulang, dia nggak tau mau pulang kapan,” eluh Ayana.

“Ya udah di tunggu aja Dila-nya sampai pulang ke rumahnya,” jawab Harun enteng.

“Gimana aku pulangnya? Segala perlengkapan serta barang-barang yang aku bawa ada di rumahnya Dila.” Ayana frustasi dalam diamnya. Berbanding dengan Harun yang justru tengah berbunga-bunga karena kemungkinan Ayana akan kembali ke Jombang dengan terlambat.

“Sabar aja. Tunggu kabar selanjutnya dari Dila. Kalau emang dia pulangnya nggak bisa sekarang, kamu mau gimana lagi kan?”

“Do’ain biar Dila cepet selesai sama urusannya dan cepet pulang ke rumahnya ya,” pinta Ayana. Sedangkan Harun justru tersenyum dan berdo’a terbalik dari apa yang diinginkan oleh Ayana.

Semilir angin menemani mereka berdua. Tak ada lagi obrolan di antara keduanya. Mereka saling diam merenungkan apa yang akan selanjutnya akan terjadi di kehidupan mereka selanjutnya. Hanya sebuah do’a serta harapan mereka bisa bersama untuk selamanya. Sehidup semati. Dunia surga mereka.

“Dek,” panggil Harun memecah keheningan. Ayana menoleh ke samping, arah di mana Harun tengah duduk memandangnya.

“Kalau seumpama Ibuk masih nggak ngerestuin kita gimana?” lanjutnya.

“Kita belum pernah coba lagi setelah empat tahun lalu. Bagaimanapun akhirnya, aku harap itu yang terbaik untuk kita.”

“Waktu itu Ibuk bilang kalau beliau nggak setuju karena kita masih sama-sama sekolah. Semoga kali ini nggak ada lagi halangan di dalam hubungan kita,” harap Ayana.

“Semoga. Aamiin,” ujar Harun menimpali.

“Tunggu sebentar!” Harun melangkahkan kakinya menuju ke dalam rumah, meninggalkan Ayana yang duduk sendiri di halaman rumahnya. Hingga seseorang menghampiri Ayana.

“Nak,” panggil orang tersebut.

“Eh, iya Mi?”

“Mimi titip Harun sama kamu ya. Dia kelihatannya sayang dan cinta banget sama kamu.”

Sunarti memegang tangan Ayana. “Dia nggak pernah bawa perempuan ke rumah. Kalau kamu di bawa pulang ke rumah, berarti kamu istimewa di hatinya, di kehidupannya.”

Ayana √Where stories live. Discover now