Bertemu

414 35 0
                                    

Acara pernikahan Dila dengan Adam telah di mulai sejak beberapa jam yang lalu. Akad nikah di ucapkan secara lantang oleh Adam dengan maskawin alat sholat beserta dengan uang sebanyak satu juta lima ratus ribu rupiah di tambah dengan lantunan surah ar-rahman.

Raut bahagia jelas terpancar dari kedua belah pihak keluarga. Terlebih lagi kedua pengantin yang saling tertawa bahagia. Melihat sang sahabat yang tengah tertawa bersama dengan sang pasangan membuat Ayana menjadi ikut tersenyum bahagia.

Jodoh, maut, rezeki, kita semua tidak ada yang mengetahuinya. Dari sekian banyaknya lelaki yang di ceritakan oleh Dila, akhirnya kembalinya pada seseorang yang dulu pernah membantunya di saat motor milik Dila sedang mogok di jalan. Pertemuan yang hanya terjadi sekali dan langsung mengharap pada Sang Ilahi untuk menjadi pendamping sehidup dan mati, dunia serta surga.

Ingin rasanya Ayana berada di posisi seperti yang tengah di rasakan oleh Dila. Hampir semua teman yang sebaya dengan Ayana yang berada di desa sudah menikah. Namun ada beberapa juga yang belum menikah lantaran harus bekerja seperti yang kini tengah di alami oleh Ayana.Bedanya, jika teman sebaya Ayana hanya belum menikah hanya lantaran pekerjaan, Ayana belum menikah karena pekerjaan dan juga masa lalu yang masih menghampiri dirinya.

Semua orang saat ini tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang berada di bagian dapur, ada yang bagian menyalami para tamu. Ada yang menghidangkan makanan, ada juga yang bagian berjaga souvenir di bagian depan rumah.Ayana saat ini tengah membantu beberapa ibu-ibu yang sedang mengantarkan makanan ke ruang depan. Sibuknya pekerjaan membuat Ayana tidak terlalu memerhatikan siapa saja yang hadir dalam resepsi tersebut. Hingga pada akhirnya di melihat sosok yang berdiri yang kini juga tengah memandangnya.

Tatapan yang sama. Sama seperti beberapa tahun yang lalu. Tatapan yang mampu membuat hati Ayana kembali berdesir tanpa di minta. Tatapan yang mampu membuat Ayana menjadi bahagia di saat sedang beradu senyum dengannya. Tubuh Ayana berdiri kaku menegang di hadapan lelaki yang berada di hadapannya saat ini. Tanpa sadar, laki-laki tersebut melangkah mendekati Ayana yang saat ini tengah berdiri mematung sembari masih menatap sosok yang berada di depannya dengan tatapan yang nanar.

Jarak Antara mereka berdua mulai menipis. Langkah demi langkah di tapaki oleh sang lelaki tersebut. Semakin dekat jarak mereka berdua, membuat kaki Ayana yang awalnya kaku menjadi melemas bak tanpa tulang. Jantung Ayana berdegub kencang. Berisiknya suara audio yang tengah di putarpun seakan tak mempengaruhi indra pendengaran mereka berdua.

Hanya satu yang mereka pikirkan. Apakah itu dia?

Deg.

Jantung Ayana berdebar begitu cepat seiring dekatnya antara dirinya dengan lelaki didepannya.

"D'ay," panggil lelaki tersebut memastikan.

Seakan terbangun dari lamunannya, Ayana langsung meninggalkan sosok lelaki tersebut. Sosok yang selama ini selalu dia tangisi. Sosok yang selama ini selalu dia rindukan. Sosok yang selama ini selalu berada di tiap lantunan do'anya.

Panggilan serta teriakan dari sang lelaki berusaha tak di dengarkan olehnya. Rasa kecewa, rindu, bahagia semua menyatu menjadi satu. Di tutupnya kedua telinga hingga menuju kamar tidur yang beberapa hari ini telah di tempatinya. Sesak tiba-tiba menyeruak dada. Nafas Ayana tercekat. Bibir tak lagi mampu terucap.

Tes.

Air mata Ayana mulai meluruh membentuk sungai kecil membasahi pipi.

"Kenapa kamu harus datang lagi Kak? Kenapa aku harus bertemu kamu untuk saat ini?" isak Ayana sembari memeluk foto yang berada di dalam ponselnya.

Foto seorang lelaki yang beberapa menit lalu dia temui secara langsung.Semua masih sama, tatapan kerinduan jelas terpancar dari keempat netra dua orang tersebut. Ayana tak bisa mengelak. Dia masih mencintai laki-laki tersebut. Ayana merindukannya. Sangat-sangat merindukannya.

Ayana √Where stories live. Discover now