Wanawisata Ciwaringin

Start from the beginning
                                    

“Bismillah sama aku aman kok!”

“Oke, ayo berangkat!”

“Berangkat!”

Sungguh indah memang danau di Wanawisata Ciwaringin. Dari tengah danau, kita mampu melihat dengan jelas orang-orang yang berada di sekitar danau tersebut.

“Ayo foto Dek?” pinta Harun.

“Maaf, aku nggak bisa,” tolak Ayana secara perlahan.

“Kenapa?”

“Ada sesuatu yang harus aku jaga,” ujar Ayana sembari tersenyum.

“Kamu, belum ada calon kan?” tanya Harun ragu.

“Untuk saat ini belum.”

“Maksudnya?”

“Belum ada yang mau sama aku,” kekeh Ayana.

“Kamu masih jaga hati buat aku?” harap Harun. Dan Ayana hanya mampu terdiam menjawab pertanyaan dari Harun.

“Makasih,” ujar Harun sembari tersenyum ke arah Ayana.

“Buat?” kedua alis Ayana mengerut menunjukkan bahwa dia kini tengah merasa kebingungan.

“Buat hati kamu yang selalu jaga namaku dalam setiap langkahmu.”

“Dih, ge-er banget. Siapa juga yang jaga hati buat kamu?!” elak Ayana.

“Makasih udah mau kasih aku kesempatan untuk yang kedua kalinya.”

“Setiap orang punya kesempatan kedua, atau bahkan yang ketiga. Tinggal orang tersebut mampu menjalankan kesempatan dengan sebaik mungkin atau tidak,” jawab Ayana bijak. Dan Harun hanya tersenyum untuk menjawab pernyataan sekaligus jawaban dari Ayana.

Keheningan menyelimuti mereka. Harun yang sedang mendayung dan Ayana yang sedang melihat pemandangan di sekitarnya. Setelah sampai di tengah, Harun berhenti mendayung kapal yang mereka tumpangi.

“Kenapa berhenti?” tanya Ayana bingung.

“Di sini aja dulu. Kamu nikmatin sejuknya udara di sini.” jawab Harun.

“Coba deh, kamu tutup mata kamu sebentar. Rasain ketenangan yang di ciptain oleh danau ini.”

Ayana mengikuti saran dari Harun. Dia memejamkan kedua netranya. Ayana mengembangkan senyum manisnya secara perlahan.

Tanpa Ayana sadari, Harun mengambil ponselnya dan memotret wajah cantik Ayana yang sedang terpejam secara diam-diam. Setelah mendapatkan apa yang di inginkan olehnya, dengan segera Harun memasukkan ponselnya kembali ke dalam saku celananya.

“Tenang banget rasanya. Kakak pernah kesini?” tanya Ayana yang masih setia memejamkan kedua netranya.

“Pernah sekali. Itupun sama orang yang sangat berarti buat aku selama ini. Orang yang selalu berada di dalam benak serta lubuk hatiku,” jawab Harun dengan menatap lekat wajah Ayana yang kini mulai mencoba membuka kedua irisnya sembari menetralkan cahaya yang masuk ke dalam kornea-nya.

Tatapan di antara mereka saling bertemu. Ada sorot kecewa dari netra Ayana saat memandang lekat wajah Harun. Memang mungkin Ayana bukanlah orang yang berada di dalam hati Harun.

Tapi kenapa Harun meminta kesempatan kedua untuk bisa bersama dengan Ayana?Mata Ayana memanas. Hidungnya terasa perih. Dengan sekuat hati Ayana mencoba untuk tidak menjatuhkan air matanya. Rasa kecewa menyeruak dalam hatinya.

Kenapa rasa sakit itu muncul lagi di saat mereka berdua tengah bersama. Kenapa harus ada orang lain yang memasuki kehidupan Harun saat mereka tidak bersama? Fikiran-fikiran negatif menggerogoti kepala Ayana.

Ayana √Where stories live. Discover now