Ep; 10

156 47 8
                                    

Keesokannya, Malam baru menunjukkan pukul 19

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Keesokannya, Malam baru menunjukkan pukul 19.00 waktu setempat, dan yang lain sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing.

Saat ini Daffa, Adis dan Ilham sedang berkumpul di kamar Daffa untuk membicarakan sesuatu.

"Gue merasa, mereka semua kayak ga perduli sama kasus ini, padahal ini ga bisa dianggap sepele, mereka beraktivitas seakan-akan kita ga pernah ngalamin apapun"

"Dan bisa-bisanya mereka ga panik, cemas, bahkan khawatir ada disini. Gue ga habis pikir sama mereka semua, apa mereka ga takut? Ini pelakunya masih berkeliaran loh? Dan perlu diingat, pelaku nya masih berkeliaran di antara kita" ucap Daffa.

"Gue juga ga habis pikir Daf, tapi, siapa tau sifat mereka yang kayak gitu cuma buat ngilangin rasa takut mereka? Terlebih lagi yang cewe-cewe, gue tau jelas mereka pasti takut dan khawatir untuk tinggal kesini lagi, tapi mereka bersikap kayak gini ya untuk terlihat ga terlalu panik" balas Adis.

"50 persen opini lo bisa gue terima, em, ngga, 30 persen"

"Opini lo ga bisa gue terima sepenuhnya, karna kita sendiri ga ada yang tau itu gender pelaku apa, kalo cewe? Nah, ini nih, ini alasan gue gamau sepenuhnya percaya ama cewe, bukannya gue ga percaya sama temen sendiri, gue sih percaya aja, tapi ya itu, di liat dari kondisinya sekarang, ga ada yang bisa di percaya, anak terpolos sekalipun" ucap Daffa.

"Lo bener Daf, tapi,













Gue sih ngerasanya ada yang udah tau pelakunya siapa tapi milih buat diem"
























Aya saat ini sendiri di kamar karena Ranya sedang bermain ke kamar Nindy dan dia sedang berkutat dengan laptopnya.
Tapi pergerakannya terhenti ketika ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"siapa?"

"Dio"

"Kenapa?"

"Suruh masuk dulu napa dah"

"Yauda masuk"

Dio pun membuka pintu dan segera duduk di sebelah Aya yang sedang duduk di kasur dengan laptop di pangkuannya.

"Ay, ay, masa tadi, waktu gue lagi ngambil cemilan di dapur, kayak ada yang ngawasin" ucap Dio.

Aya tak menoleh sama sekali.

"Pasti lo nyolong punya orang, makanya diliatin sama penghuni disini" ucap Aya asal.

"Bukan bego, tapi tu kayak ad-"

"Anjir, kata dokternya Jack sama yang lain udah siuman!" Ucap Aya seraya menunjukkan ponselnya, Dio yang melihat pun ikut merasa senang dan segera lari dari kamar dan memberitahukan berita tersebut ke teman-temannya.

"Eh seriusan??" Ucap Ranya kepada Dio.

"Iya anjir, Aya barusan dapet chat dari dokternya" ucap Dio.

"Alah, ntar itu akal-akalan dokternya biar bisa ketemu Aya, kan Aya sering main sama om-om" Ucap Fadhil asal.

"Ginjal lo gue sentil ye" balas Aya yang baru saja turun dari kamarnya, dan mereka semua tertawa.







▌│█║▌║▌║  ║▌║▌║█│▌








Beberapa menit sebelum berangkat ke rumah sakit, Hila sempat berbicara pada Aya.

"Ay, mereka kan gatau kalo Azra udah ga ada, gimana cara ngomong ke mereka nya??" Ucap Hila dengan sedikit panik.

"Udah gausa dipikirin" jawab Aya.

"Ya kata lo gausah dipikirin, ampe sana yang ada nambah pecah kalo mereka sampe tau kita nyembunyiin kematian temennya sendiri" ucap Hila.

"Kenapa nih? Ga bole tau bisik-bisik" ucap Sheffa.

"Gatau nih, temen lo, ribet banget dari tadi" ucap Aya lalu meninggalkan Hila dan Sheffa disana.

Hila hanya dapat tersenyum saat Sheffa menatapnya dengan tatapan aneh.

"Btw La, semalem gue liat kayaknya lo ke halaman belakang ya"






















WHO's





































THE






















LIAR?

LIAR?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Who's the Liar • OC✔️Where stories live. Discover now