34

5.7K 535 3
                                    

Leon menghentikan mobilnya di depan sebuah butik elit. Ia membuka pintu dan menyuruh Feby untuk keluar.

"Kita mau apa ke sini, Mas?"

"Mau beli bahan bangunan."

"Hah?"

"Ya mau beli baju dong." Leon menggandeng Feby yang masih betah berdiri di depan butik.

"Baju kamu 'kan udah bagus, Mas?"

"Bukan buat aku, buat kamu."

Feby heran mendengar jawaban Leon. Untuk apa dia membeli baju segala, di butik mahal seperti ini lagi. Biasanya ia hanya membeli baju di Mangga Dua atau di Tanah Abang.

"Tapi kenapa aku harus beli baju baru? Lagian aku nggak bawa duit, Mas. Aku nggak biasa beli baju di butik mahal kek gini, aku ...."

"Udah, diem dulu, ya. Nurut aja sama aku."

"Tapi, Mas ...."

"Aku nggak terima penolakan."

***

"Mas? Aku aneh, ya?"

Feby keluar dari kamar ganti dan segera menghampiri Leon. Baju yang dipilihkan Leon adalah gaun terusan selutut warna putih dengan detail Payet yang terlihat sederhana tapi elegan. Baju itu terlihat sangat pas di badan Feby. Kini ia tampak seperti peri.

"Nggak aneh, cuma keliatan beda aja."

"Tuh 'kan! Aku emang nggak cocok pakai ini, aku keliatan aneh. Aku ganti aja deh." Feby beranjak masuk lagi ke ruang ganti, Leon segera menahan tangannya.

"Nggak ada yang aneh. Kamu cantik, cantik banget malah."

"Karena bajunya mahal."

Setelah dari butik Leon mengajak Feby mampir di salon langganan mamanya. Lagi-lagi Feby menolak, seumur hidup baru kali ini ia masuk ke dalam salon.

"Nggak usahlah, Mas. Apa nggak terlalu berlebihan?"

"Aku mau sulap kamu jadi Cinderella."

"Nggak usah, deh. Nanti malah buang-buang uang."

"Aku dapet voucher gratis dari temenku. Sayang kalau nggak dipakai."

Akhirnya Feby setuju untuk di rias. Setelah setengah jam menunggu akhirnya ia keluar dan menemui Leon.

"Mas, aku udah selesai. Kita berangkat sekarang?"

Leon mengangkat kepalanya, ia terkejut melihat Feby yang tampak sangat berbeda. Dia tampak imut seperti artis-artis drakor.

"Mas, kamu ngeliatnya kok gitu banget, sih? Aku nggak pantes, ya. Dandan kayak gini?"

"Pantes, pantes banget buat mendampingi gue." Leon menjawab tak nyambung.

Selama dalam perjalanan Feby merasa Leon berkali-kali meliriknya. Feby juga mengamati penampilan Leon yang terlihat sangat seksi dan elegan saat sedang menyetir. Sampai suatu ketika pandangan mereka bertemu. Mereka terlihat salah tingkah.

***

"Mas, ini di mana?" Feby terkejut saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di depan sebuah rumah megah bergaya Victorian.

"Rumah aku."

Feby melongo, rumah Leon? Ia tak menyangka orang tua Leon sekaya ini. Kalau sudah begini pria di sampingnya itu sudah seperti tokoh drakor yang putra Presdir anak chaebol yang gitu-gitu, Feby tak menyangka orang seperti itu ada juga di dunia nyata.

"Ngapain kita ke sini, Mas?"

"Karena pestanya dirayakan di sini."

My Abang, My Crush (Complete)Where stories live. Discover now