16

7K 717 39
                                    

Feby baru saja mandi, ia ingin segera beristirahat. Tapi seseorang mengetuk pintu kamarnya.

"Deby, gue laper."

"Feby, Mas. Feby!"

Feby kesal karena Leon selalu saja salah menyebut namanya. Apa namanya ini memakai bahasa Swahili? Sampai sangat susah untuk disebut.

"Maklumlah kalau gue pikun, gue 'kan lagi laper."

"Laper ya makan lah, Mas. Kok malah nyamperin saya?"

"Ih, lo nggak peka banget, ya? Gue mau numpang makan." Leon kesal karena Feby tak mengerti maksudnya.

"Emang Mas nggak ada duit buat beli makan?" tanya Feby polos.

"Kalau ada ngapain gue minta lo!" Leon kesal karena merasa Feby telah meledeknya.

"Kan tadi dikasih mbak Andin sejuta. Sewa kamar lima ratus ribu, seharusnya masih sisa 'kan?"

"Udah gue beliin bantal sama gayung." Leon berujar santai.

"Beli bantal sama gayung aja habis lima ratus ribu?" Feby bertanya keheranan. Memangnya gayung apa sampai semahal itu?

"Ingat, ya. Gue nih nak holkay. Gue nggak bisa tidur pakai bantal sembarangan. Bisa mengganggu kualitas tidur gue."

Feby mencibir tingkah sombong Leon. Sudah bokek masih sombong juga.

"Minggir! Gue mau masuk."

Leon santai saja memasuki kamar Feby. Selain kesal Feby juga takut kalau tiba-tiba Tama datang ke mari. Bisa-bisa ia diceramahi habis-habisan.

"Saya nggak masak, Mas."

"Emang lo nggak makan?"

"Saya makan mi instan tadi, saya lagi males masak."

"Ya udah, masakin gue itu aja."

"Mas balik ke kamar aja, ya. Nanti kalau udah mateng saya antar ke sana."

"Nggak mau, gue udah nggak ada tenaga buat jalan ke kamar gue. Lagian malah repot, ntar gue pakai balikin mangkok lo."

"Ya udah, tunggu sebentar."

Feby memasakkan dua bungkus mi instan untuk Leon. Ia menggerutu sepanjang sesi memasak itu.

"Dasar pemuda tengil, sudah rambutnya seperti ayam-ayaman SD, kulitnya keputihan, bibirnya kek abis makan sirih, sombong lagi." Feby mengaduk mi instan itu dengan kesal.

"Seenaknya aja nyuruh aku, udah kayak raja Fir'aun aja."

***

"Ini, Mas."

Leon segera memakan mi buatan Feby dengan lahap. Feby mencibir tingkahnya seperti orang yang habis puasa berhari-hari.

"Masakan lo enak juga."

"Itu mi instan, Mas. Siapapun yang bikin ya rasanya kayak gitu."

"Bikinin jus jeruk sekalian."

"Jeruk darimana, Mas? Dipikir tempat saya ini depot?"

"Ya udah, apa aja yang ada."

Feby membuka kulkas dan mengambil botol air dari sana.

"Nih, air putih."

***

Feby kesal karena setelah makan Leon tak segera pulang. Pemuda itu malah enak-enakan main game di sofanya. 

"Mas, kamu nggak mau balik ke kamarmu?" tanya Feby resah.

"Enakan di kamar lo, kamar gue nggak ada kipas anginnya." Leon masih asyik bermain game.

"Tadi mestinya beli kipas angin, Mas. Malah beli gayung mahal."

"Gue numpang ke toilet, ya?"

"Eh, jangan. Kamu pulang aja, Mas. Pakai toilet di kamarmu sendiri, kamu 'kan udah beli gayung mahal-mahal?"

Leon mengabaikan protes Feby, ia buru-buru masuk ke dalam toilet. Ia meninggalkan ponselnya begitu saja.

Tiba-tiba ia mendengar seseorang mengetuk pintunya. Seketika wajah Feby memucat.

"Mati aku! Kenapa aku bisa lupa kalau hari ini hari Sabtu. Waktunya Mas Tama berkunjung."

Feby segera membuka sedikit pintu kamarnya. Ia hanya mengeluarkan kepalanya.

"Kok lama, Dek?" tanya Tama curiga.

"Habis mandi."

"Aku nggak disuruh masuk?"

"Em, Mas gimana kalau kita makan di luar?"

"Aku udah beli nasi Padang waktu di jalan. Nih!" Tama menunjukkan tas plastik yang dibawanya.

Tama curiga melihat wajah Feby yang terlihat panik. Ia menatap ke bawah. Ia melihat sandal jepit mahal milik Leon.

"Dek, ini sandal siapa?"

"Sandal aku, Mas."

"Kok gede banget?"

"Em, waktu aku beli, di kasir ketuker sama punya orang." Bohong Feby.

"Ya udah, kita makan sekarang." Tama menerobos masuk ke kamar Feby.

"Eh, Mas, tunggu!" Feby mengikutinya dengan panik.

"Kamu dari tadi kok aneh, Dek?" Tama memandang curiga kepada Feby. Sedari tadi gadis itu terlihat resah melihat kedatangannya.

"Ah, enggak. Aneh gimana?"

Pandangan Tama tertuju pada mangkok mi instan yang tergeletak di meja.

"Kamu habis makan 'toh?"

"Eh, iya."

"Udah aku bilangin, jangan keseringan makan mi instan, nggak sehat. Kalau ka ...."

Deringan suara ponsel menghentikan ucapan Tama. Ia meraih ponsel Leon yang tergeletak di sofa.

"Ini ponsel siapa, Dek?"

"Em, itu ...." Feby bingung menjawab pertanyaan Tama. Bersamaan dengan itu Leon keluar dari toilet.

"Siapa yang nelpon gue?"

My Abang, My Crush (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang