C & B ⚛ Kamuflase ⚛

Mulai dari awal
                                    

"Lanjutkan... akan lebih menyenangkan, jika kamu menikmati keinginan dia." Mustahil, keinginan Jingga dapat terkabul, akibat Rubidium berbisik sembari menekan punggung Jingga yang hendak berdiri tegap.

Dampaknya, Jingga terpengaruh oleh Rubidium, ia tidak hanya menyatukan kembali bibirnya pada titik paling sensitif di leher Zinc, tetapi juga mulai 'bermain-main', meski awalnya sedikit ragu.

Tak lama, suara khas pria dikeluarkan, melebihi orang yang menikmati minuman, tanpa disadari, Zinc 'mendesah' dan bergerak tak karuan, kala Jingga bertindak binal di sana. Refleks, Rubidium melebarkan netra sesaat, sebelum melihat Zinc dari arah depan. "Wow... aku pikir, dirimu adalah monster seperti ayahmu... good job, Jingga."

Prok... Prok... Prok...

"S**t...!" Baru saja Rubidium memberi tepuk tangan, Zinc tersadar dengan membuka netra serta membebaskan diri secara kasar, melepaskan tautan mereka yang melebihi batas. Terlihatlah, raut muka dongkol serta pelototan yang Zinc tampakkan terhadap perempuan yang justru tersenyum miring. "Terserah apa yang kalian pikirkan, yang jelas saya bukan manusia lemah seperti kalian....!"

Usai memperoleh informasi yang Zinc butuhkan, pria itu berdiri, kemudian mendekati Rubidium yang masih menampilkan sikap arogan. Menyisakan beberapa meter saja, mereka berhadapan, bukan karena saling suka, melainkan tatapan tak suka yang mereka tampakkan.

"Apa...? Kamu ingin memarahiku lagi?" tantang Rubidium sembari tangan yang memegang pinggang. Sementara, Zinc mendengkus, menatap tajam sepasang iris perempuan itu.

"Urusan kita belum selesai... jangan sampai, permasalahan ini semakin rumit oleh tindakanmu yang semena-mena...."

"Semena-mena?!"

Ujaran Rubidium hanya dianggap angin oleh Zinc yang meninggalkan ruang bawah tanah. Tentu, Rubidium amat kesal dengan apa yang telah dilakukan Zinc, ditambah para pria berbadan kekar tiba-tiba berhamburan masuk ke ruang bawah tanahnya. Bukan untuk bertarung, akan tetapi menuju tahanan Zinc yang berada di pojok ruang, lebih tepatnya adalah penjara. Baru saja tiba di depan sel tahanan, salah satu dari anak buah Zinc berbicara.

"Sesuai dengan perkataan Tuan, kalian tidak boleh bertindak dan ikut campur dengan tahanan kami...!"

Jelas, tindakan Zinc yang amat keterlaluan, membuat Jingga hendak merespon, tetapi didahului oleh Rubidium yang menghembuskan napas berat sembari menutupkan netra. "Biarkan mereka melakukan apa yang mereka mau...."

Secara bergilir, Rubidium yang telah berbalik, menatap para anak buahnya yang kompak mengepalkan tangan. "Tenanglah... lebih baik kalian melakukan aktivitas seperti biasanya... dan persiapkan untuk rencana A."

Ajaib, semua anak buahnya bergerak sesuai dengan apa yang telah Rubidium siasatkan. Hingga, menyisakan Rubidium dan Jingga yang berada di ruang itu untuk beberapa saat, sebelum Rubidium berjalan keluar sembari menerima panggilan dari seseorang.

"...."

"Kamu yakin?"

"..."

"Bagus sekali... dengan begitu, anak dari Flour akan terpanah dari segalah arah...."

Layaknya amnesia dengan kejadian sebelumnya, sorot netra Rubidium mendadak bersinar. Melebihi semburat jingga yang tergores di langit senja, senyum Rubidium mengembang kala berita baik ia terima, lebih-lebih lagi ia semakin semangat untuk melancarkan serangannya terhadap perempuan yang sama sekali tidak melakukan kesalahan.

"Aku semakin tidak sabar untuk memainkan bonekaku...."

Boneka yang dimaksud Rubidium memanglah Zinc. Berbicara tentang Zinc, mobil yang dikendarai oleh pria itu telah sampai di depan bangunan megah dan mewah. Kurang dari sepuluh detik, Zinc yang baru saja turun dari mobil, mendapati kendaraan beroda empat lain yang memasuki pekarangan tempat tinggal ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cat and Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang