bagian lima belas

1.3K 220 54
                                    

"Lo apa-apaan, sih!" Perkataan itu sudah berulangkali terucap dari mulut Shana.

Diawali protesan Nungga yang tiba-tiba masuk ke pembicaraan dirinya dan teman-temannya tanpa di undang. Dan kini Nungga yang menyeret dirinya ntah akan dibawa kemana.

"Lo mau bawa gue kemana!" Nungga tidak menghiraukan protesan Shana. Dirinya seakan tuli tidak mendengar suara kesal itu.

"Gue mau pulang, kak." Kali ini Shana menurunkan oktaf suaranya. Terlihat memelas syarat akan keputusaan.

"Nah gitu dong, kalem dikit. Kan enak dengernya." Nungga kini tersenyum menatap Shana.

Langkah kakinya pun ikut terhenti, namun tidak dengan pegangan tangan yang masih terpasang di tangan Shana. Dimana sebelumnya lelaki itu menyeret-nyeret perempuan disampingnya itu.

Nungga membawa Shana tidak terlalu jauh dari posisi sebelumnya, dimana tempat Shana dan teman-temannya berkumpul. Kelakuan Nungga yang membawa dirinya secara tiba-tiba setelah menceramahi Ben dan Jojo tentu menjadi pertanyaan besar bagi teman-temannya. Shana yakin dirinya akan diintrogasi setelah ini.

"Lo ngapain bawa gue kesini. Gue udah ditungguin teman-teman buat pulang." Shana masih berusaha menjelaskan. Dirinya melihat kebelakang ke posisi temannya, terlihat jelas mereka menatap penasaran kearah Shana dan Nungga.

"Teman-teman Lo yang suka ngomong seenak jidat itu? Mulutnya perlu di kasih filter Instagram biar mulusan dikit kalo ngomong!" Nungga terlihat kesal mengingat temannya Shana. Tentu membuat Shana bingung kenapa harus lelaki itu yang kesal dan marah-marah, apa hubungannya dengan lelaki itu.

"Kenapa Lo yang kesel? Lagian yang diomongin mereka juga bener kok. Gue emang sebego itu," Lirih Shana pada akhirnya, ketika mengingat.

"Lo nggak bego, kok!" Sanggah Nungga "Nama Lo aja yang ambigu." Ucapan lanjutan Nungga membuat Shana mendengus, masih sama saja kelakuan lelaki itu.

"Lo yang salah, kenapa ngomong nadanya udah kayak manggil nama gue! gue kan jadi salah tafsir." Shana akhirnya mengeluarkan kekesalannya. Tepat sasaran, kehadapan pelakunya langsung.

"Nah gitu dong marah! Jangan mau ada yang ngejelek-jelekin Lo dan Lo terima gitu aja! Sama gue aja Lo berani marah-marah gini!" Nungga terlihat malah puas melihat Shana marah.

"Ya karena elo emang yang salah!" Maki Shana.

"Kalo emang gue yang salah, kenapa harus Lo nyalahin diri Lo sendiri? Gue emang yang salah ngomong seolah manggil nama Lo. Dan karena itu juga gue mau minta maaf soal itu." Nungga merasa bersalah menatap kearah Shana.

Sebenarnya awalnya tidak ada niatan untuk memanggil kata tersebut dengan maksud memanggil nama Shana. Namun melihat wajah Shana yang lucu akibat salah menduga itu, membuat Nungga mengerjai diakhir. Panggilan akhir itu memang murni kejahilannya. Untuk yang awal itu murni kesalahanpahaman dari shana. Namun, ketika melihat Shana diperlakukan tidak enak oleh teman-temannya Nungga merasa bersalah. Rasa tidak terima itu muncul. Lagian memang salahnya juga, bukan malah memperbaiki situasi yang sudah mulai terkendali malah sengaja membuat semakin panas. Jiwa jahilnya menang sulit terkontrol.

"Kenapa Lo baru merasa bersalah dan berniat minta maaf ke gue? Karena Lo prihatin melihat omongan teman gue tadi?" Todong Shana telak.

Jujur Shana paling benci di kasihani. Lebih baik ia diejek seperti yang dilakukan teman-temannya. Hal itu juga yang membuat Shana lebih sering memancing becandaan lebih baik menjatuhkan dirinya sendiri, dibanding orang-orang akan mengasihani dirinya.

Nungga terdiam melihat reaksi Shana. Dirinya tidak mendunga akan respon Shana yang sangat tidak terima akan niat baiknya.

"Kenapa diem? Bener kan yang gue omongin?" ucap Shana sinis.

DishanaWhere stories live. Discover now