Travis menegakkan tubuhnya, ia memainkan jemarinya tanpa menatap ke arahku.

"Pergilah, pergilah kemanapun yang kau suka Anniemarie. Seharusnya sejak awal aku tahu jika kita tidak pernah bisa bersama.”

Selanjutnya Travis melangkahkan kakinya pergi dari tempat ini, sementara aku hanya bisa terdiam, berdebat dengan isi kepalaku.

Tidak... aku tidak tahu akan apa yang harus kulakukan. Ini benar, tentu ini semua adalah keputusan yang paling benar, membuat Travis menjauh sejauh jauhnya dariku, tetapi... melakukannya tanpa memikirkan perasaan Travis terasa begitu tidak adil.

Travis benar... beberapa waktu lalu aku menyebutnya egois karena ia tidak memikirkan perasaanku ketika ia memintaku pergi dari rumah sakit hanya karena ia tidak ingin terlihat lemah di hadapanku... dan sekarang aku melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukannya. Aku memintanya pergi untuk melindunginya... tanpa memikirkan perasaannya... Aku menyakitinya. Lagi, dan lagi. Dan mungkin saja ini lebih menyakitkan dari masalah yang dihadapinya bersama dengan Steve.

Anniemarie... sekali ini saja... bisakah kita melupakan segalanya dan berfokus pada kebahagiaanmu saja?... juga Travis? Lupakan semuanya... jika kau tahu ini semua akan berakhir tidak baik-baik saja, setidaknya kau perlu melakukan perpisahan terbaik dengan Travis sebelum kau menyesali semuanya bukan?

Aku menegakkan tubuhku, kemudian berlari mengejarnya tanpa menghiraukan beberapa panggilan dari orang-orang di sana.

Ketika berhasil keluar dari toko itu, aku tidak menemukan Travis di manapun.

Tanpa terasa, air mata sudah mengaliri kedua sisi wajahku. Ah, sial... aku benar-benar akan merasa menyesal untuk seumur hidupku karena menyia-nyiakan kesempatan ini. Satu kesempatan untuk merasakan perasaan menyenangkan bersama Travis sebelum kami benar-benar berpisah...

Bodoh... Kau bodoh Anniemarie.

Seseorang tiba-tiba saja menepuk pundakku, membuatku begitu terkejut dibuatnya.

“Nona, apa Anda sudah selesai dengan urusan Anda?”

Ah, supir taksi itu...

Dengan buru-buru aku menghapus air mataku.

"Apa Anda baik-baik saja Nona?" Tanyanya sekali lagi, tetapi aku tidak menjawabnya.

“Maaf, Nona, sebelumnya saya ingin memberitahukan ini. Ketika sedang menunggu Anda, seseorang tiba-tiba saja masuk ke dalam taksi dan meminta saya untuk mengantarkannya pergi. Saya sudah menjelaskan jika saya sudah disewa untuk seharian ini oleh Anda, tetapi orang itu tidak mendengarkannya.”

Entah mengapa, tetapi hanya ada satu orang yang terlintas di kepalaku.

"Travis." Lirihku. Ya, mungkin saja itu adalah dirinya.

“Ia tidak ingin pergi dari taksi dan hanya berdiam diri di dalam sana. Apakah Anda tidak-”

Tanpa mendengarkan penjelasan lebihnya, dengan cepat aku berlari ke arah taksi dan membuka pintu taksi itu.

Seketika itu juga aku menemukannya...

“Travis!”

Syukurlah.

“Dia tidak menginginkanku... dia tidak menginginkanku... dia tidak menginginkanku...”

Ia terduduk, dengan kepala menunduk dan dengan jari jemari yang saling digosokkan.

Suara gumaman yang keluar dari bibirnya juga terdengar di telingaku, dan jujur saja... mendengarnya membuatku merasa begitu bersalah karena telah mengambil keputusan bodoh yang menyakitinya.

“Travis?”

“Aku harus kembali... aku harus kembali...”

Ini semua salahmu, Anniemarie. Kau tidak memikirkannya... Kau egois... Kau tidak berpikir jika Travis juga seseorang yang dapat menentukan apa yang diinginkannya.

Dengan cepat, aku segera masuk ke dalam taksi dan memeluk tubuhnya dengan begitu erat. Aku terus membisikkan kata maaf padanya...

“Maafkan aku Travis... Maafkan aku..." Ujarku tanpa henti.

Aku memeluknya dalam waktu yang cukup lama.

Ketika ia terlihat mulai tenang, aku melepaskan pelukannya dan memaksanya untuk menatap padaku.

“Aku salah, maafkan aku.” Ujarku sekali lagi.

“Anniemarie...” Panggilnya tiba-tiba setelah sekian lama terdiam.

"Apa salah jika aku ingin selalu bersamamu?"

Pertanyaan itu kembali terucap dari bibirnya, dan kurasa aku tidak ingin menjawab pertanyaan itu dengan jawaban bodoh yang hanya akan membuatku merasa menyesal di kemudian hari.

Aku menggelengkan kepalaku menjawabnya.

“Tidak, tidak ada yang salah dengan itu, Travis.”

Kebersamaan kami bukanlah suatu kesalahan... Tuhan sudah merencanakan semuanya, sekalipun kami tidak tahu apakah setelah ini kami dapat kembali bertemu lagi seperti apa yang kami harapkan.

"Kita... kita bisa pergi bersama... ke tempat manapun yang kita inginkan Travis."

Aku menatap lama pada Travis.

“Kau bersungguh-sungguh?”

Aku mengangguk cepat.

“Bagaimana jika kita melakukan apa yang kita inginkan selagi kita bisa melakukannya?”

Travis tampak berpikir sejenak, tetapi sedetik kemudian ia mengangguk dengan cepat.

“Aku ingin bersamamu, hanya itu.”
Ungkapnya membuatku tersenyum.

Dengan perlahan, aku mendekatkan wajahku padanya dan mengecup salah satu sisi wajahnya.

“Apa... apa aku juga bisa melakukannya padamu?” Tanyanya dengan ragu, membuatku tertawa mendengar pertanyaannya itu.

“Tuan Mason... Terakhir kali Anda melakukannya, Anda bahkan tidak meminta izin padaku, dan sekarang Anda bertingkah sangat sopan seperti ini?” balasku dengan nada yang begitu di buat-buat.

Aku tertawa kecil ketika melakukannya sementara ia tertunduk malu. Ah, aku dapat melihat semburat merah muda yang menggemaskan di wajahnya.

“Baiklah, cepat lakukan,” ujarku sembari menyodorkan sisi wajahku padanya. Namun, yang membuatku terkejut selanjutnya adalah ketika dirinya meletakkan bibirnya tepat di bibirku.

“Hei!” teriakku memprotes ketika ia berhasil menjauhkan dirinya dariku.

Tok tok...

Suara ketukan yang berasal dari jendela taksi itu membuatku tersadar jika sejak tadi kami berada di dalam taksi.

“Nona... kau belum membayar pesananmu di dalam.”

Ah, pelayan yang sempat memanggilku tadi...

Aku melirik ke arah supir taksi yang memberikan tatapan maafnya. Dia sudah berusaha menahan pelayan itu dan memberikan kami waktu untuk berbicara.

“Ah... saya berencana untuk masuk dan melanjutkan makan pagi saya.” Aku tersenyum merasa bersalah, sementara pelayan itu kembali masuk dan bergumam kecil memintaku untuk mengikutinya.

“Travis, ayo makan lebih dulu sebelum melakukan banyak hal menyenangkan setelah ini.” Ia mengangguk dan segera mengikutiku masuk ke dalam restoran itu.

***

Halo, sebelumnya aku mau minta maaf karena baru up sekarang... Jujur kemarin agak buntu sama cerita ini T.T maaf jg klo makin alay atau ga jelas :( aku berusaha gali cerita ini dulu, tp emang lg kehilangan arah gitu... Sekali lagi maafin ya... Doakan bisa up cepet setelah ini huhu

Luv, ridlvd

Travis Mason [END]Where stories live. Discover now