Dilihatnya Pak Firman meringis sakit sambil melihat kebawah. Raka pun mengikuti apa yang dilihat Pak Firman.  Raka terkaget dan melongo melihat kakinya yang di balut sepatu itu sudah stay diatas kaki Pak Firman. Raka syok dan merasa ini adalah akhir dari restu yang tidak akan cair. Raka cepat-cepat mengangkat kaki laknatnya dengan segera segera. 

Setelah kakinya terangkat. Raka hanya nyengir melihat Pak Firman dan tidak lupa mengucapkan beribu ucapan maaf.

Kaki sialan. Bisa-bisanya nginjek kaki camer. Dasar kaki tidak berakhlak!

----

Luar Kamar Rawat

Setelah meminta maaf dan memastikan bahwa restu dari camer tidak akan hilang. Raka dengan segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang rawat itu. Dia hendak mencari keberadaan Adelia yang sudah lama hilang dari radarnya.

Tepat pukul 04.15 Raka membuka pintu ruang rawat Selena yang subhanallah luasnya. Dia melirik kearah kursi yang ada didepan ruangan. Dan di sanalah Adelia berada. Matanya tertutup dan bersandar ke tembok.

Seketika Raka cemburu dengan si tembok.

Gue yang berjuang si tembok yang mendapatkan. gerutu raka.

Raka mendekati Adelia. Dia duduk disebelahnya.

Raka mengamati wajah Adelia yang begitu lucu ketika tidur. Kalau sudah bangun jangan harap ada wajah lucu. Yang ada wajah cantik. Yang selalu membuat jantungnya ketar-ketir ketika melihatnya.

Tapi sayang dia pacar orang. Ringis Raka.

Tangan Raka terulur untuk memindahkan kepala Adelia agar bersandar ke bahunya. Setelah kepala Adelia berpindah ke pundaknya Raka hanya bisa cengar-cengir. Dia meraih tangan Adelia mumpung yang punya tangan terlelap.

"Del. Adelia." panggil Raka pelan sambil tangannya tidak lepas menggenggam tangannya.

"Gue mau jujur."

"Gue suka sama lo. Bukan suka lagi tapi cinta. pasti Lo udah tau kan?" lanjut Raka dengan menghela nafas lelah.

"Sebenarnya gue duluan yang pedekatean sama Lo. Sayang aja lo kagak pernah peka," ringis Raka sedih.

"Boleh kagak gue rebut lo dari Bagas?" tanya Raka kembali sambil melirik wajah Adelia. dan tangannya dengan lembut merapikan rambut Adelia yang menghalangi wajahnya.

"Tapi gue udah tau jawabannya," jawabnya sendiri.

Dia meringis karena berbicara dengan orang yang tidur.

"Gue kagak boleh rebut Lo. Iyakan Del? Gue harus tau diri gue siapa dan Bagas siapa. Lagian gue kagak bisa nikung teman gue. Lebih tepatnya teman gelud," ucap Raka pelan.

"Jadi. Gue mau berhenti berharap. Gue benar-benar mau berhenti berharap," ucapnya lagi.

Tanpa Raka sadari ada yang mendengarkan pembicaraannya tentang pernyataan cinta sepihaknya. Bagas mengepalkan tangannya setelah mendengar ucapan Raka yang sudah berani-beraninya menyatakan cinta kepada pacarnya.

Tak berapa lama suara adzan shubuh terdengar.

Raka kembali memindahkan kepala Adelia ke tembok.

"Del.  Gue sholat Subuh dulu, doakan gue cepat-cepat ketemu pengganti. sekalian juga gue beliin sendal buat lo. Kasian gue liat lo nyeker kerumah sakit," ucapnya tertawa miris.

Raka segera berlalu.

-----

20 menit kemudian Raka kembali dengan menenteng kantong plastik hitam berisi sandal. Tapi dia segera menyesali keputusan yang segera kembali. Pemandangan didepannya sungguh membuatnya ironi. Ada Bagas disana. Tadinya dia akan memberikan sandal jepit murah ini agar kaki Adelia tidak terluka. Tapi didepannya Adelia sudah mengenakan sandal yang lebih bagus dari yang dia belikan.

Dia berbalik dan menggenggam kantong kresek itu dengan erat.

Tak berapa lama sebuah pesan Whatsap masuk ke hpnya.

Bagas.

Sadar diri brother. Lo siapa dan gue siapa👎🏻

Gue

Iya. Gue paham bro.

Ternyata gue benar-benar kagak ada apa-apanya dibandingkan Bagas.

Ibaratnya dia berlian dan gue kresek gorengan_-

-----

Uhuk

Batuk dulu gue;v

Pendek? Gue kurang puas dengan ketikan ini.
Sorry penulisan gue acak-acakan maklum author pemula:v

Kapan-kapan gue lanjut. Sorry telat update. Sibuk gue Munaroh:v

Kalau dipikir ulang bisa-bisanya gue buat cerita macam ni;v
Makin ngelantur, garing.















Playboy BukalapakWhere stories live. Discover now