"Alyo rebahan aja ya, Pa, capek mik--Awwh!" Alyo meringis pelan, karena kakinya diinjak oleh Ayla. Mata Ayla melotot padanya, Alyo hanya bisa menghela napas.

"Alyo kuliah, Pa."

"Bagus, tuh, mau ambil jurusan apa?" tanya Irwan. Alyo menggaruk kepalanya yang tak gatal, tak tahu mau ambil jurusan apa. Ingin kuliah saja ia masih ragu.

"Jurus--an rebahan fakultas rumahan, Pa," jawab Alyo tersenyum bangga. Ayla kembali menginjak kaki Alyo. "Awwh! Sakit, Ay."

Irwan terkekeh pelan. Ada-ada saja Alyo.

"Kalau Ayla bagaimana?"

"Ayla mau kuliah nanti di luar negeri, Dad."

"Loh, loh, gak boleh!" larang Alyo.

"Dih, gak boleh gimana? Gue kan pengen kuliah di luar negeri entar."

"Pokoknya gak boleh, entar kalau gue kangen sama lu gimana?" ucap Alyo yang tiba-tiba buat pipi Ayla memerah. Gadis itu dengan susah menahan bibirnya agar tak tersenyum.

"Kalau kamu kangen tinggal samperin aja, Yo," ucap Irwan. "Nanti Papa akan belikan rumah untuk kalian di sana, biar kamu bisa jagain adik kamu di sana."

"Wah beneran, Pa?"

"Iya dong!"

"Kalau gitu Alyo setuju!" ucap Alyo menaik-turunkan alisnya menatap Ayla.

"Ah, serrah deh! Masih lama juga," ucap Ayla kesal.

"Ya sudah, besok kita pikirkan lagi. Yuk, kita pulang!" ajak Irwan.

***

Ayla berpamitan pada Irwan lalu masuk ke dalam mobil Alyo. Mereka kembali berpisah, karena beda rumah.

Alyo pamit dengan Irwan, ia lalu berkata, "saya sudah melakukan apa yang Anda mau. Jadi mulai sekarang tidak usah mencampuri urusan saya lagi."

Irwan mengangguk singkat. Alyo lalu masuk ke dalam mobilnya meninggalkan Irwan sendirian.

"Alyo, Papa mohon sama kamu, satu kali ini saja. Kamu gak kasihan lihat adik kamu yang ingin kita berbaikan?"

"Tapi saya tidak bisa bersandiwara seperti itu. Jika memang Anda ingin hubungan kita lebih baik, ceraikan istri Anda."

"Tidak bisa begitu, Nak. Papa gak bisa menceraikan Sumi begitu saja."

"Oh, ya udah, itu tandanya Anda tidak pernah mau berbaikan dengan saya."

"Papa mohon, satu kali ini saja. Demi Ayla, demi adik kamu. Papa janji setelah ini tidak akan meminta kamu seperti ini lagi."

Alyo hanya diam saja. Irwan menarik tangan Alyo memohon. Lama berpikir, akhirnya Alyo mengiyakan saja dengan satu syarat ini adalah terakhir kalinya ia mau membantu Irwan.

Irwan tersentak dari lamunannya. Ia terlalu lama melamun. "Huft, yang penting Ayla bahagia malam ini," ucap Irwan membayangkan senyum manis Ayla tadi.

"Semoga hubunganku dengan Alyo bisa baik tanpa sandiwara lagi."

***

"Eh, Alyo! Gue mau nanya, deh," ucap Ayla memanggil Alyo.

"Kakak. K-a-k-ak apa susahnya, sih? Gue bilangin Tante Amira lo, ya!"

"Iyadeh, KAK ALYO, gue mau nanya."

"Apaan?"

"Gimana ceritanya lo bisa baikan sama Daddy?"

"Hah? Ke--kepo lo!"

"Ayolah, gue penasaran," ucap Ayla memaksa.

"Ah, panjang ceritanya."

"Ya pendekkin aja."

"Gak bisa."

"Ish, gue tanya Daddy aja, deh, lo nyebelin.

"Hmm."

Alyo hanya menatap depan tak berani menatap muka Ayla. Ia tak mungkin menceritakan yang sebenarnya, jika ia hanya bersandiwara. Ayla pasti kecewa padanya.

Alyo beralih menatap Ayla. Gadis itu ternyata sudah terlelap. Alyo membuka jas yang ia pakai, lalu menyelimuti Ayla dengan jasnya. Tangan Alyo mengusap rambut adiknya itu pelan dan membiarkan Ayla tertidur lelap.

****

HAI GUYSS. KIRA-KIRA ADA ORANG GAK YA? SEMOGA ADA!

Ya ampun cerita ini udah lama aku tinggalkan. Maafkan aku guys! Aku udah balik lagi nih semoga masih ada yang nungguin. Terima kasih semua.

Oh ya aku mau revisi ceritanya juga. Menghilangkan hal2 yg ga perlu dan yg ga masuk akal, karena cerita ini iseng banget awalnya😭

Kalian bantu aku yuk, komen bagian mana yg harus dihilangin atau diperbaiki! Untuk penulisannya akan aku ubah kok kemarin itu berantakan banget😭

Ya udah sekian. Terima kasih banyak guyz.

Bagi yang baca ini nongol yuk di komentar, biar aku bisa ambil keputusan ini cerita dilanjutin atau dibungkus aja. Kalau masih ada yg baca aku akan lanjutin sampai tamat.

Thank you guys.

~Amalia Ulan

Love You Brother 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang